Hari, bahkan 6 bulan telah berlalu. Bayi mereka terlihat semakin sehat dan berisi, membuat pipinya selalu menjadi incaran orang-orang ketika melihatnya. Ara masih dibantu oleh baby sitter dan juga satu pengasuh untuk putra kembarnya. Itu semua karena bayi besar, Alex. Dia mengeluh karena Ara jarang memanjakan dirinya, daripada terkena masalah, akhirnya Ara menggunakan jasa pengasuh untuk meringankan tugasnya.
Saat ini, Ara sedang menyusui putri kecilnya dengan susu formula, karena asinya tidak ingin keluar.
"Yaang..." Rengek Alex yang baru saja pulang bekerja.
Ia berjalan masuk ke dalam kamar kemudian menyenderkan kepalanya pada bahu Ara.
"Kenapa?" Tanya Ara seraya mengusap tangan Alex yang berada di atas pangkuannya.
"Cape..." Keluh Alex.
Ara berdiri dari duduknya. "Bentar dulu, mau nidurin dulu Alessia..." Kemudian berjalan menuju box bayi yang ukurannya lebih besar dari sebelumnya.
Setelah itu, Ara kembali menghampiri Alex yang sedang melepaskan sepatunya.
"Cape kenapa, hn?" Tanya Ara seraya mencium kening Alex sebelum ia duduk lagi di sampingnya.
Alex langsung memeluk Ara dengan erat. "Udah gak cape, soalnya udah meluk kamu..."
Ara hanya bisa tersenyum. Entah kapan suaminya itu akan berhenti bersikap seperti anak kecil ketika bersamanya. Tapi Ara suka Alex yang manja dibandingkan dengan Alex yang menyebalkan.
"Udah makan belum? Biasanya kalau meeting di luar, pasti mampir makan."
"Iya, udah. Si kembar mana?" Tanya Alex.
"Main ke rumah Papah, tadi Dina yang jemput." Jawab Ara.
Alex mengangguk paham, ia masih enggan melepaskan Ara dari pelukannya.
"Kamu udah makan?" Tanya Alex.
Ara menggelengkan kepalanya. "Belum, nanti aja." Jawab Ara jujur.
Alex melepaskan pelukannya.
"Kebiasaan banget, makan dong yaang... Ck." Ucap Alex tak suka dengan salah satu sikap Ara yang malas makan, dari jaman sekolah.
Ara menganggukkan kepalanya. "Iya, nanti aja. Kamu ganti baju dulu sana,"
"Makan dulu ayo, aku temenin. Ini udah sore loh, udah jam 5." Ujar Alex. "Jangan ngeskip makan siang,"
"Nanti aja sekalian makan malam, tanggung juga."
Alex berdiri dari duduknya untuk berganti pakaian.
"Kebiasaan banget, dari dulu kayak gini. Kayaknya sering banget lewatin makan yah kalau aku gak tahu?"
"Enggak Alex, baru hari ini doang kok..." Jawab Ara seraya membalik tubuh Alex agar menghadapnya.
Kemudian ia melepaskan dasi yang Alex kenakan. Setelah itu, melepaskan satu persatu kancing kemejanya.
"Jangan cemberut dong..." Ucap Ara seraya mengecup bibir Alex sekilas.
Alex melipat tangan di depan dada polosnya, menunggu Ara yang sedang memilihkan pakaian.
"Pake kaos ini aja," Ara memberikan kaos hitam bertuliskan balenciaga di depan dada."
Alex langsung memakainya.
"Celananya pake celana pendek aja, ini."
Alex menggantinya di depan Ara, membuat Ara menggelengkan kepala tak habis pikir.
Ara meraih jas di atas kursi, sepatu dengan kaos kaki dan kemeja beserta celana bahan yang tergeletak di atas lantai.
"Gak usah yaang, biar aku aja yang masukin ke keranjang cuciannya." Ucap Alex.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Our Life
DiversosKisah ini bukanlah kisah yang berdiri dengan sendiri, kisah ini sudah terjalin dengan kisah-kisah sebelumnya. Alexio Derald, ia bukan lagi orang yang mendominasi. Ia bukan lagi fokus satu-satunya bagi Ara dan bagi kalian semua. Kini Arsen dan Arthur...