Siang ini, Ara mendapatkan kabar jika Alex akan makan siang di rumah. Maka dari itu, sepulang dari sekolah Arsen dan Arthur, ia langsung terjun ke dapur untuk memasakkan Alex sayur asam, sayur favoritnya selain sayur kacang. Sangan mendaerah, bukan begitu."Mamah ... Mamah ..."
"Hn? Kenapa, sayang?" Tanya Ara pada Arsen yang saat ini duduk di kursi samping lemari es.
"Di luar ada tamu,"
Ara menghentikan aktifitasnya. "Siapa, Kak?" Tanyanya.
"Arsen gak-- nah itu tamunya!" Seru Arsen seraya menunjuk seseorang yang baru saja masuk ke area dapur.
Ara tersenyum senang, "Keyla ..." Ia menghampiri Keyla dan memeluknya cukup erat.
"Maaf yah, waktu itu gak bisa dateng ke pernikahan kamu sama Idan ..." Sesal Ara.
Keyla mengangguk paham tanpa menghilangkan senyumannya. "Gak pa-pa, yang pentingkan Arthur sembuh dulu."
Ara menengok ke arah belakang Keyla, "Wildan mana?"
"Lagi main sama Arthur," jawab Keyla yang kini berjalan ke arah pintu kaca yang menjadi pembatas dengan kolam renang belakang rumah.
"Rumah kalian gede banget ... Penataannya juga bagus. Pasti Alex yang ngatur," tebak Keyla.
Ara mengiyakan kalimat itu. "Kamu tahu sendiri kan, kalau bapak-bapak satu itu orangnya gak percayaan ..."
Keyla tertawa dan setuju akan hal itu. "Alex emang ribet. Loh, itu Arsen lagi makan apa Ra?"
Ara yang tengah menyuapi Arsen langsung berdiri dan membuka lemari es. "Kamu mau nyobain? Tadi pagi anak-anak minta dibuatin puding coklat tapi pengen ditambahin buah-buahan."
"Arsen makan sendiri dulu yah, Mamah mau nyiapin buat makan siang dulu ..."
Arsen mengangguk paham. "Pudingnya aku bawa ke depan yah,"
"Iya, nak ..." Sahut Ara dan Arsen pun berlalu dari dapur.
Ara mulai membawa satu persatu masakan yang ia buat ke meja makan dengan di bantu oleh Keyla.
Lalu Wildan pun datang bersama Arsen juga Arthur. "Ini siapa yang masak?" Tanya Wildan.
"Gue dong," jawab Ara seraya membalas pelukan Wildan. "I miss you ..."
"Miss you too," balas Wildan yang kemudian berdiri di samping Keyla, istri sahnya.
"Gue masih gak percaya kalau lo yang masak," ucap Wildan yang kini duduk di salah satu kursi meja makan.
Ara tertawa pelan. "Gue cuma masak sayur asem doang, Alex mau makan siang di rumah dan dia mau sayur asem."
"Bikin sayur asem mah gampang, lu diemin aja tuh sayur selama satu bulan, pasti asem." Canda Wildan.
Baik Keyla maupun Ara, mereka tertawa mendengar candaan receh yang Wildan lontarkan.
"Arsen, Arthur ... Sini makan siang dulu!" Ujar Ara pada kedua putranya yang tengah bermain bersama.
Tanpa menunggu Ara kesal, kedua putranya langsung datang dan duduk di tempatnya masing-masing.
"Om, itu tempat duduk Arsen." Ucap Arsen.
Wildan tertawa geli dan pindah ke kursi yang lain. "Maaf ya ganteng, Om gak tahu ..."
"Iya gak pa-pa. Anak Om mana?"
"Om sama Tante belum punya anak, Sen ..." Jawab Ara.
"Iya, lagi proses nih." Tambah Wildan.
"Awas kalau otak anak gue lu kotorin." Bisik Ara penuh ancaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Our Life
RandomKisah ini bukanlah kisah yang berdiri dengan sendiri, kisah ini sudah terjalin dengan kisah-kisah sebelumnya. Alexio Derald, ia bukan lagi orang yang mendominasi. Ia bukan lagi fokus satu-satunya bagi Ara dan bagi kalian semua. Kini Arsen dan Arthur...