Yeorobuun!! Ada yg mau beli akun quipper temen aku gak? Masa aktifnya masih sampe Bulan Juni, kok. Bisa belajar buat Simak sama Utul. Kalau ada, message Didit ya di wattpad((:
*****
Tak ada angin tak ada hujan, tepat pukul 2 malam kondisi Arthur tiba-tiba saja menjadi drop. Alex dan Ara otomatis panik dan langsung membawa putranya itu ke rumah sakit agar langsung mendapatkan penanganan yang tepat.
"Ra, kamu pulang aja, kasian Alessia." Ucap Riana, sang Ibunda.
Ara menatap bayi gendutnya yang sedang tertidur pulas dalam gendongannya.
"Tapi Mah, Ara gak akan bisa tenang kalau harus ninggalin Arthur dalam keadaan sekarang ini." Ucap Ara.
Semua orang sangat khawatir, pasalnya sudah hampir satu jam lamanya Dokter tidak kunjung keluar dari dalam ruangan.
Alex bahkan sudah hampir kehilangan kesabarannya dan hendak mendobrak masuk, namun Ayah juga Ayah mertuanya langsung menenangkan. Karena dalam hal ini, semua orang ingin cepat selesai dengan kabar yang baik.
Drrt... Drrt...
Ponsel Ara bergetar tanpa sebuah panggilan masuk.
"Lex, dari pengasuh anak-anak. Kamu angkat dulu, kayaknya Arsen nyariin kita!" Ara memberikan ponselnya pada Alex.
Alex langsung mendengar protesan dari putra pertamanya yang merasa kesal karena ditinggalkan sendirian di rumah bersama pengasuhnya.
"Papah sama Mamah cuma sayang sama Arthur! Aku gak pernah diajak." Ujar Arsen dari seberang sana.
"Sayang, Papah sama Mamah nemenin Arthur berobat loh ini, bukan jalan-jal--"
Tutt... Tutt...
Alex mendesah pasrah ketika putranya yang lain marah.
"Arsen kesel karena gak diajak. Sekarang kamu pulang aja sama Mamah, Papah, biar aku yang nemenin Arthur di sini." Ucap Alex.
Ferry mengangguk setuju. "Biar saya sama Alex yang di sini. Ara, kamu pulang aja sama Ayah, Ibu kamu, kasian Alessia, tidurnya pasti gak nyaman banget."
"Tapi, Pah--"
"Kamu tenang aja, nanti Papah kasih kamu kabar kalau Dokter sudah selesai. Kamu harus bujuk Arsen biar gak marah lagi," ucap Ferry.
Ara mengangguk paham. Ayah mertuanya itu benar. "Makasih ya Pah, kalau gitu aku pulang."
Alex memeluk Ara terlebih dahulu, mencium keningnya dan mengusap punggungnya untuk menguatkan dan memintanya agar bersabar.
"Alex..." Lirih Ara.
"No, it's okay. He'll be fine, trust me." Ucap Alex seraya melepaskan pelukannya. "Di rumah nanti, kamu harus istirahat. Jangan overthinking,"
Ara mengangguk pelan.
"Jangan nangis, nanti kalau Arsen liat dia mikirnya aku yang bikin kamu nangis. Nanti aku diusir sama Arsen," ucap Alex sedikit bercanda.
"Ya udah, kalau gitu aku pulang bareng Mamah sama Papah aku ya..." Ucap Ara. "Kabarin aku kalau udah ada kabar," lanjut Ara.
Alex mengangguk. "Pasti, putri Papah yang cantik, temenin Mamah yah..."
Setelah itu, Ara pun berlalu pulang dengan diantarkan kedua orang tuanya.
"Sabar yah sayang, kamu gak boleh hilang harapan. Jangan pernah." Ucap sang Ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Our Life
DiversosKisah ini bukanlah kisah yang berdiri dengan sendiri, kisah ini sudah terjalin dengan kisah-kisah sebelumnya. Alexio Derald, ia bukan lagi orang yang mendominasi. Ia bukan lagi fokus satu-satunya bagi Ara dan bagi kalian semua. Kini Arsen dan Arthur...