12. Semakin dekat

334 43 4
                                    

Hari ini kita berangkat menggunakan motor aku sebenarnya bisa mengendarai motor namun tidak ada motor lagi jadi aku hanya dibonceng oleh kak Mark, kenapa? Karena satu sekolah, tidak dengan Jaemin karena pria itu sedang ada keperluan bertemu seseorang sebelum ke sekolah.

Kita masih memanaskan motor, "kak kalian bukan geng motor kan?" Tanyaku pada kak Mark sebelum berangkat.

"Bukan geng motor, cuma suka ngumpul sama suka naik motor bareng bareng aja" kak Mark terkekeh, "udah pegangan yang bener" kak Mark menarik tanganku agar berpegangan melingkar ke perutnya.

"Kak pegangannya gausah gini ya" aku ingin menarik tanganku yang sedang dipegang kak Mark diperutnya, ah aku susah menjelaskannya. Kalian mengerti maksudku bukan?

"Terserah kalo lo mau jatuh" kemudian dia menjalankan motornya dengan lumayan cepat diikuti oleh yang lain. Dan aku tetap berpegangan dengan memeluknya.

Aku melihat kak Mark dari spion menyadarkanku ternyata teman teman Haechan sangat keren, dan dengan sedikit berat hati aku mengakui Haechan juga keren. Meskipun mukanya tidak terlihat jelas karena helm fullface nya, mereka tetap keren. Tapi jika boleh jujur pagi pagi tadi Jaemin lebih keren.

Ah iya aku baru sampai parkiran siswa siswi disana menatapku aku langsung mengganti cara berpegangannya. Lalu aku turun lebih dulu.

"Makasih jaketnya kak" aku memberikan jaket kak Mark yang tadi aku kenakan di pinggangku.

"Di bawa lo aja dek" ya, beberapa kali terakhir kak Mark memanggilku 'dek' aku jadi merasakan punya kakak ehehe. Ah tapi Haechan juga terkadang bersikap seperti seorang kakak untukku, meskipun kita seumuran.

Aku melipat jaketnya di lenganku. "Gue anter sampe kelas ya" kak Mark merangkul pundakku. Aku hanya menurut meskipun sudah tau akan mendapat tatapan sinis dari beberapa siswi.

Diperjalanan menuju kelas tentu kita tidak diam kita membicarakan hal hal lucu yang sedang teringat. Sampai akhirnya kita sampai didepan kelasku.

Kak Mark menepuk puncak kepalaku lembut, "jaga diri ya, kalo jauh dari kita" lalu melambaikan tangan.

Aku baru memasuki kelas sudah disambut heboh penghuninya, "ya ampun Heejin jantung lo apa kabar deket sama banyak cogan" ucap Hana dengan dramatis.

"Huaa mauu" sahut beberapa siswi yang lainnya. Sebenarnya aku bersyukur berada di kelas yang penghuni dan wali kelasnya seru dan sefrekuensi tapi memang ada beberapa yang tidak. Keadaan kelas sekarang sudah berisik, padahal masih pagi.

Saat aku ingin menuju tempat dudukku ternyata sudah ada Jaemin yang sudah ditempeli oleh Yeri, ia menatapku iya Yeri. Sebenarnya entah kenapa terkadang didalam hatiku terbersit rasa tidak suka melihatnya seperti itu pada Jaemin.

"Heejin lo pergi dulu aja deh, gue masih pinjem bangkunya" ucapan Yeri membuatku melotot tak percaya. Belum sempat aku menjawab ucapannya Jaemin buka suara lebih dulu.

"Lo yang pergi" Jaemin penuh penekanan.

"Tapikan Jaem—"

"emang lo siapanya gue sih nempel terus" potong Jaemin dengan ekspresi seram yang jarang kulihat.

"Gue pacar lo" jawab Yeri.

"Halu njing" sumpah Jaemin sangat menyeramkan, sedari tadi aku hanya menatap mereka bergantian.

Dan sempat menarik perhatian teman teman yang lain, tapi mereka memilih untuk tidak mempedulikan itu kecuali ya ada beberapa orang tetap ikut menonton.

"Ngapain masih duduk?" Tanya Jaemin mulai bangun dari tempatnya. "Mau gue seret?" Tanyanya lagi.

"Lo kok gini sama gue?" Yeri balik bertanya.

"Dulu lo manfaatin sahabat gue abis itu lo selingkuhin dia, terus sekarang ga tau malu nanya gitu" sewot Jaemin dengan wajah padam karena emosi.

Yeri menghentakkan kakinya lalu pergi tidak lupa dia menabrak badan setiap orang yang berada didepannya termasuk aku.

Aku meraih tangan Jaemin dan tangan satunya mengusap punggung Jaemin pelan. Aku membisikkan Jaemin, "lo tadi kesambet dimana?" sambil sedikit menjinjit karena Jaemin lebih tinggi dariku.

Setelah diam beberapa detik akhirnya Jaemin tersenyum dia mengusap puncak kepalaku dengan senyuman dan menatapku yang sedang menatapnya, tentu keadaan jantungku tidak normal berdetak sangat sangat kencang. Untungnya teman teman yang lain sepertinya tidak menyadari itu. Karena tidak ada sahutan dari mereka.

"Udah lo duduk, mukanya merah tuh" ucapnya, menyadarkanku.

Aku ingin duduk tapi ternyata kulihat teman teman yang lain melihat aku dan Jaemin mereka cengar cengir dan baru menyahuti.

"Cihuyy"

"Ciee cieeee"

"Ya ampun mata gue masih pagi udah ga suci"

"Tolonglah jangan bikin iri"

Kurang lebih seperti itulah sahutan dari mereka, aku salah tingkah karena itu. Mereka mengatakan itu dengan candaan, aku paham itu.


• • •

Jaemin dikelas tadi sering mengajakku bicara padahal sebelumnya dia hanya menatapku dari tempatnya, terkesan terlalu percaya diri tapi memang begitu adanya. Aku sempat beberapa kali memergokinya.

Semakin hari ia tidak terlalu terlihat seperti Jaemin saat hanya berdua denganku, karena sikap dinginnya berkurang. Bel pulang akhirnya berbunyi seperti biasa Jaemin tidak bergerak cepat saat istirahat atau pulang. Jadi harus aku yang menariknya keluar.

Saat kita baru keluar kelas, "lo pulang bareng gue ya" Jaemin menaruh tangannya dikepalaku sambil jalan.

"Jaket kak Mark gimana?"

"Bawa aja lagian bang Mark pake jas almamater"

"Oke deh"

Saat kita diparkiran aku chat grup memberi kabar bahwa aku dan Jaemin duluan, setelah itu aku menaiki motor Jaemin. Dia mengulurkan tangannya padaku agar memudahkanku untuk naik, padahal jika tidak pun aku tetap bisa naik karena aku tidak sependek itu untuk menaiki motor besar. Aku bahkan bisa mengendarainya.

"Pegangan yang bener" Jaemin melakukan hal yang sama seperti kak Mark tadi pagi, tapi debarannya berbeda. Tidak lama setelah itu kita pergi meninggalkan area sekolah.



° ° °

Semoga suka yaa
Makasiii banget udah baca cerita ga jelas ini😭
Maap kalo ga ngefeel lagi

❤️💚❤️

Cemburu || JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang