13. Be kissed?

491 42 8
                                    

Sekarang aku berada di taman didaerah yang tinggi lebih seperti tempat perkemahan dari sini aku bisa melihat matahari yang terbenam, tidak jauh dari tempatku berdiri ada sebuah bangunan yang sepertinya sudah tidak dipakai lagi. Aku masih bersama Jaemin tentunya.

"Kenapa lo ngajak gue kesini?" Tanyaku.

"Pengen aja, lo ga suka?" Jaemin balik bertanya sambil menatapku.

"Sukalah siapa coba yang ga suka liat pemandangan gini mendung juga jadi sejuk, tapi tumben aja gitu" kulihat Jaemin tersenyum lega sambil menikmati pemandangan.

"Btw ini nanti ada lampu ga?" Aku khawatir susah pulang nanti.

"Ada biasanya"

"Eh gue mau tanya deh"

Jaemin mengangkat alisnya, "apa?"

"Lo setiap cewe diperlakuin kaya Yeri?" Lanjutku menatap Jaemin.

"Emang gue gitu ke lo?" Jaemin balik bertanya sambil balas menatapku. Aku menggeleng.

"Tergantung cewenya dan gitu gitu gue ga pernah main tangan ke dia" lanjutnya tanpa mengalihkan tatapannya dariku. Aku hanya mengangguk angguk paham.

"Tapi kadang ucapan lebih menyakitkan daripada tindakan Jaem" batinku.

Dia menghentikan kepalaku dengan menangkupnya, aku bohong jika sekarang tidak berdebar. Tentu saja aku berdebar dan jujur entah kenapa debaran saat bersama Jaemin itu berbeda dengan yang lain. Kaya ada manis manisnya, ehe.

Jaemin mendekatkan bibirnya pada bibirku, itu membuatku menutup mata karena tidak bisa menatapnya dari jarak sangat dekat dan aku pikir dia akan menciumku. Namun, tiba tiba dia malah mencubit kedua pipiku yang tadi ditangkupannya.

Aku meringis sementara pria itu tertawa terbahak bahak, "kok ketawaa" rengekku sambil memanyunkan bibir.

Aku baru lihat dia tertawa seperti ini, sekarang ada dua pemandangan indah disini. Pemandangan yang sama sama diciptakan oleh Tuhan untuk dijaga, dirawat dan disayangi.

Jaemin menggantikan tawanya dengan senyuman manis, "apa yang lo pikirin hm?" Sumpah aku malu bagaimana jika dia berpikiran aku mesum?

"Hah-?" Aku memalingkan muka.

"Emang boleh?" Tanyanya lagi.

"A-apanya?" Aku pura pura tidak mengerti apa yang dia maksud.

Dia memutarkan badanku jadi menghadapnya lalu dia menatapku dalam, "yang lo pikirin emang boleh gue lakuin?" Aku terdiam tidak tau mau menjawab apa, pipiku memanas sungguh ini sangat memalukan. Dan membuat jantungku bekerja keras didalam sana.

Tiba tiba turun tetesan air dari langit, iya hujan masih gerimis sih. Tapi lumayan serem loh ini sepi udah mulai gelap tapi belum ada lampu yang menyala. Aku bersyukur juga karena hujan ini aku jadi bisa mengalihkan pembicaraan tadi.

Dengan posisi yang belum berubah, "Jaem gerimis" ucapku. Jaemin menuntunku menuju bangunan yang seperti tidak terpakai tadi dengan jas almamaternya menutupi kepalaku.

Jaemin kembali manatapku serius, "jadi boleh ga?" Tanyanya lagi. Untungnya aku diselamatkan oleh panggilan telepon dari Haechan yang segera ku angkat.

Jaemin yang melihat itu memutar bola matanya malas, "ganggu aja" gumamnya. Aku senyum tipis membelakanginya.

"LO DIMANA SIH?? ANAK PERAWAN GA PULANG PULANG" Teriaknya spontan aku menjauhkan handphoneku dari telinga.

Jaemin merebut handphoneku, "GANGGU" teriaknya lalu mematikan teleponnya sepihak. Aku terkekeh melihat tingkahnya yang jarang kulihat.

Jaemin memasang muka masam, "kenapa? Jadi boleh ga?" Kembali membahas tentang tadi.

"Seru juga ya aku suka suasana disini" aku tersenyum mengalihkan pembicaraan, Jaemin menghela nafas menatap kedepan dan mengangguk. Sepertinya dia menyerah untuk membahas pembicaraan tadi.





'Cup'

Aku mencium pipi Jaemin, si pemilik pipi itu membulatkan matanya menoleh kearahku. "Kok ga ijin dulu?" Pertanyaannya membuatku melotot tak percaya karena malu.

Aku langsung mengusap pipinya yang tadi ku cium, "sorry sorry"

"Siapa yang nyuruh diusap?" Tanyanya lagi berhasil membuatku bingung.

"eh?" Aku langsung memalingkan muka malu.

'Cup'

Tiba tiba Jaemin juga mencium pipiku, jantungku tidak tenang didalam sana rasanya aku ingin jingkrak jingkrak sambil teriak. "Lain kali kalo mau nyium bilang dulu gue hampir jantungan gara gara lo cium tadi, jadi gue bales deh"

"Gimana? Lo juga hampir jantungan ga?" Lanjutnya membuat pipiku semakin memerah dan jantungku tidak aman, aku hanya menjawab dengan anggukan karena sudah tidak bisa berkata kata lagi.

"Kapan pulang huaa, kalo ngga bisa bisa ga panjang umur gue" batinku.

• • •



Saat kita baru masuk rumah sudah disambut yang lain dengan tangan dilipat depan dada dan tatapan tajam seperti orang tua ingin memarahi anaknya yang pulang terlambat.

"Jaemin lo bawa Heejin kemana? Udah mendung bukannya cepet cepet pulang" omel Haechan sok galak, disetujui kak Mark, Renjun, dan Jeno.

"Apa sih Chan" aku jalan menuju sofa ruang tengah, Haechan mengikutiku.

"Heh kemana? Kalo gue tanya jawab kek, kalo lo kenapa napa kan gue sedih" Haechan cemberut.

"Lo ga percaya gue Chan?" Tanya Jaemin, kemudian berlalu menuju kamarnya sampai dipintu dia menyempatkan diri untuk tersenyum padaku. Oke aku salah tingkah sekarang. Haechan mengacak rambutnya frustasi lalu menuju kamar kak Mark, sementara pemilik kamarnya sedang di ruang makan memainkan ponselnya.

Renjun duduk disebelahku, "sana mandi terus makan" tumben sekali dia mengatakannya dengan nada yang dingin. Jangan jangan dia cemburu? Bukankah aku terlalu percaya diri?

"Iya iyaa" aku bangun dari sofa lalu menepuk nepuk puncak kepala Renjun.

Saat sampai tangga aku berbalik menghampiri Jeno, "jen ada tugas bantuin yaa" dengan tatapan memelas. Jeno mengangguk tersenyum dan mengelus rambutku.

° ° °

Ngefeel ga? Berharap ada yang sukaa😭
Oh iyaa selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan, semangat puasanya
Makasiii yang udah baca ❤️

Cemburu || JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang