15. Penyelamat

297 33 1
                                    

Disisi lain Jaemin pergi meninggalkan Heejin dan tasnya, dia membawa adik kelas tadi ke rumah sakit karena ternyata pengawas UKS sudah tidak ada. Dia pun tidak sempat mengabari yang lain karena buru buru.

Mark, kelasnya pulang saat bel istirahat berbunyi karena guru pelajaran setelah istirahatnya sedang rapat diluar. Sedangkan Renjun, Jeno dan Haechan sedang menuju pulang kerumah saat melewati dream high school, sekolah Mark, Jaemin dan Heejin. Renjun yang motornya berada urutan terakhir antara Jeno dan Haechan, ia melihat Jaemin membawa seorang cewe dan pergi menggunakan taxi tidak melihat Heejin disekeliling Jaemin.

Renjun memputarbalik motornya dan memasuki area sekolah. Setelah memarkirkan motornya Renjun berlari kecil mencari keberadaan Heejin, sampai akhirnya melihat tas milik Jaemin tergeletak ia mengambilnya semakin khawatir dengan keadaan Heejin. Saking khawatirnya Renjun tidak sempat menghubungi yang lain kecuali Heejin.

"Duh lo dimana sih?" Sambil mencoba menghubungi Heejin dan tidak diam, dia tetap bergerak mencari sampai akhirnya di depan gudang ia mendengar suara suara ribut. Renjun berusaha membuka pintu gudang yang sepertinya terkunci.

• • •


Yeri membuka satu kancingku lagi membuat kedua kancing itu jatuh, aku menangis semakin kencang karena bajuku sedikit terbuka. Jelas aku malu dan takut tentunya. Apalagi dari awal tadi mereka merekam ini, bagaimana jika nanti disebar? Itu yang aku takutkan.

Aku mendengar ada suara dari luar ruangan mencoba membuka pintu, Yeri dan yang lainnya terkejut mendengar itu. Bukannya berhenti mereka malah semakin menjadi jadi menjambak dan memukulku seakan akan puas puasin menyiksaku sebelum waktu habis. Tentu aku semakin memberontak dan meminta tolong pada orang yang sedang berusaha membuka pintu.

"Please tolongin" dengan suara serak.

"HEEJIN ITU LO? TUNGGU YA!!" kudengar suara Renjun dari luar sana, bukan Jaemin ternyata. Jika aku sedikit kecewa apakah aku melewati batas? Ah tidak, kecewanya tidak sedikit tapi banyak.

Beberapa detik berlalu akhirnya Renjun berhasil membuka pintu gudang. Aku sedikit lega, tapi salah satu orang yang memegangiku menjambak rambutku.

"Eh mantan" siapa lagi yang mengucapkan itu jika bukan Yeri.

"Bangsat" Renjun menendang orang yang menjambakku barusan yang ternyata pria tadi. Renjun menghajar pria itu.

Karena sebelah tanganku sudah terlepas aku menjambak rambut wanita yang bernama Giselle itu agar melepaskan tangannya dari tanganku. Lalu aku mencoba merampas ponsel yang sedari tadi digunakan untuk merekam dengan sisa tenaga yang kupunya.

Yang lainnya sudah meninggalkan Ning Ning yang memegang ponsel, Renjun dengan cepat mengambil ponsel itu saat Ning Ning sedang fokus padaku. Kemudian Ning Ning lari begitu saja meninggalkan aku dan Renjun.

Renjun tidak melihatku, dia melepaskan jaketnya lalu menutupi dadaku. Aku bahkan baru ingat kalau kancingku lepas. Aku langsung memakai jaket Renjun tapi terbalik, bagian belakang didepan dan bagian depan dibelakang.

Renjun jongkok menangkup wajah aku yang sudah terduduk lemas dilantai, bayangkan siapa yang tidak lemas diperlakukan seperti itu.

"Jin maafin gue ya lama datengnya" raut wajahnya terlihat sangat khawatir padaku. Aku menangis sambil memeluknya.

"Lo pasti sakit dan takut banget dari tadi, maafin gue ya" lanjutnya.

Aku mengangguk dalam pelukannya, "lo dateng tepat waktu kok" kini aku melepaskan pelukanku.

"Jun pasti ini langsung ketauan Haechan sama yang lain ya?" Tanyaku menatap Renjun dengan masih berkaca kaca.

Renjun mengangguk lalu menyodorkan ponsel yang digunakan untuk merekam tadi, "yuk pulang biar tuan putri cepet diobati" Renjun jongkok membelakangiku berniat untuk menggendongku dipunggungnya.

Selama diperjalanan aku sesekali mengeluh sakit karena luka di mukaku terkena angin. "Jun sakit banget" aku berteriak agar Renjun mendengar itu.

"Terus gue harus gimana? Maafin gue ya" Renjun berteriak juga.

Akhirnya kita sampai dirumah setelah melepas helmnya dan melepaskan helmku, ia menggendongku dengan bridal style. Tidak lama setelah itu Haechan membukakan pintu, dia yang melihatku penuh luka langsung mengambil alih menggendongku dari tangan Renjun.

"Lo kenapa bisa luka luka gini sih? Jun lo kok ga telepon gue?" Omel Haechan bergegas membawaku masuk dan menaruhku disofa.

"Heejin lo kenapa?" Tanya Jeno sambil mengepalkan tangannya.

"Dek siapa yang bikin lo gini?" Kak Mark ikut khawatir. Aku belum melihat keberadaan Jaemin, sepertinya belum datang.

Haechan mendekat dengan membawa kotak P3K, "Jaemin awas aja lo, katanya bisa jagain Heejin"

Aku menggeleng, "dia juga bantuin orang tadi" membela Jaemin. Kulihat raut wajah Renjun seperti kurang suka aku membela Jaemin.

"Renjun makasih banyak ya" tanganku membentuk love diatas kepala lalu terkekeh, "aduh duh sakit".

"Pokoknya gue berterima kasih sama kalian udah mau ngelindungin gue, terutama sepupuku tersayang ini" aku mengacak acak rambut Haechan yang sedang mengobati lukaku.

Haechan memelukku erat, "Jin maafin gue ga bisa ada disaat lo butuh" Haechan menangis sambil tetap memelukku erat.

Sepertinya dia sudah menahan tangis sejak tadi karena Haechan dulu pun seperti itu, jika aku terluka Haechan menangis dan menyalahkan dirinya karena tidak bisa menjagaku. Padahal aku juga bisa menjaga diriku jika satu lawan satu mungkin, meski begitu aku sungguh sangat beruntung memiliki orang yang sangat sayang padaku seperti mereka.

° ° °

Maapin ketidakjelasan ini yaa😭
Semoga suka 💚

Cemburu || JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang