16. Maaf

348 32 2
                                    

• • •

Haechan mencium kening Heejin lalu memeluk erat, "Jin maafin gue ga bisa ada disaat lo butuh" Haechan menangis dalam pelukannya.

Sepertinya dia sudah menahan tangis sejak tadi karena Haechan dulu pun seperti itu, jika aku terluka Haechan menangis dan menyalahkan dirinya karena tidak bisa menjagaku. Padahal aku juga bisa menjaga diriku jika satu lawan satu mungkin, meski begitu aku sungguh sangat beruntung memiliki orang yang sangat sayang padaku seperti mereka.

Terdengar suara pintu terbuka, sepertinya itu Jaemin. Karena siapa lagi yang belum pulang selain dia. Jaemin yang belum menyadari Heejin terluka, Jaemin dibawa Mark kembali keluar, tentu ia bingung karena baru masuk sudah diajak keluar.

"Jaemin Heejin dibully Yeri, Renjun tadi bilang si Changbin ikut ikutan" Mark bicara dengan serius. "Lo kemana sih? Udah tau si Yeri ga bakal diem aja anaknya" lanjutnya.

"Gue dihukum bang, ada adik kelas dihukum juga tadi terus dia pingsan ya gue tolonglah bawa dia ke UKS tapi udah ga ada penjaga dari pada kenapa napa ya gue bawa rumah sakit ga sempet ngabarin" jelasnya membuat Mark paham dengan keadaannya.

"Renjun yang bantuin Heejin bang?" Lanjutnya dijawab anggukan oleh Mark. Jaemin segera kembali masuk untuk melihat keadaan Heejin, jujur hatinya terluka ia kesal pada dirinya sendiri karena tidak bisa menjadi orang yang selalu ada saat Heejin membutuhkan bantuan.

Memang Jaemin selalu disamping Heejin, tapi dia tidak ada disaat Heejin butuh. Jadi itu percuma menurutnya. Saat baru masuk Jaemin melihat Haechan memeluk Heejin dengan tulus dan khawatir membuat hatinya kembali terluka karena selain tidak ada disaat Heejin membutuhkan dia juga tidak bisa menjadi orang untuk Heejin bersandar.

• • •

"Jin maafin gue" Jaemin mengusap puncak kepalaku saat aku masih berada diperlukan Haechan.

Aku belum menjawabnya tapi Haechan melepaskan pelukannya lalu memukul rahang Jaemin, yang dipukul pasrah tidak membalas. "Lo kemana sih? Kaya kejadian orang dibully Yeri pertama kali aja, sebelum Heejin kan ada yang dibully juga gara gara deket sama lo" Kemudian setelah dua pukulan dirahang Jaemin mereka dipisah oleh Jeno dan kak Mark.

"Lo sabarlah Chan dengerin dulu penjelasan Jaeminnya, lo aja ga ada buat bantuin Heejin pas kejadiankan" perkataan Jeno membuat Haechan sadar menunduk lalu meminta maaf pada Jaemin dengan memeluknya.

Sementara Renjun mengobati lukaku menggantikan Haechan tadi. "Makasih lagi Jun" ucapku yang dijawab dengan senyuman manis. Jaemin hanya berdiri ditempatnya menatapku dan Renjun, yang sepertinya disadari oleh kak Mark, Jeno dan Haechan.

"Udah gue aja Jun, kalian istirahat aja" ucap kak Mark perhatian. Yang lain tidak istirahat melainkan menatapku dengan tatapan khawatir, kemudian duduk disofa.

"Ntar gue aja bang yang bawa ke kamernya" Haechan menepuk pundak kak Mark.

Kak Mark mulai mengobati luka lukaku saat yang dibagian wajah dan leher karena itu bagian yang paling sering dilukai oleh Yeri tadi, rasanya sangat perih.

Aku tersentak kaget saat kak Mark mengobati, "aduh sakit kak"

"Bang pelan kek kasian Heejin"

"Bang ati ati dong"

Kurang lebih seperti itu sahutan Renjun dan Jeno membuat kak Mark memutar bola matanya, sementara Haechan dan Jaemin menatap risih melihat lukaku.

Setelah selesai kak Mark menatapku, "kepalanya ada yang sakit ga dek?" Tanya kak Mark sambil merapihkan rambutku.

Aku menggeleng, "gampang kak kalo sakit nanti aku bilang atau obatin sendiri aja"

Haechan yang disaat seperti ini sigap ia langsung membawaku menuju kamar yang berada di lantai dua. "Gila gila lo berat juga" Haechan tetaplah Haechan sifat menyebalkannya tidak hilang membuatku berdecak sebal.

Untungnya Haechan berhasil membawaku ke kamar dengan selamat. "Lo ganti baju sendiri bisakan? Atau minta bantuan temen gue?" Tanya Haechan, pertanyaan tentang baju membuatku mengingat kejadian tadi. Sebenarnya aku malu tapi jika tidak cerita aku takut, jadi aku memutuskan untuk menceritakan hal itu pada Haechan.

Aku tidak bisa menahan tangisku, aku menangis sangat keras membuat kak Mark, Renjun, Jeno dan Jaemin datang ke kamar "ada apa jin?" Tanya mereka serentak.

"Gapapa kok kalian tunggu diluar dulu ya gue mau cerita aja kok" aku tersenyum dengan air mata yang masih mengalir.

Haechan menutup pintu kamar, "kenapa?" Tanyanya raut wajahnya terlihat sangat sangat khawatir padaku.

"Gue cuma cerita lo jangan marah atau gimana ya?" Tanyaku sebelum cerita Haechan mengangguk ragu. Aku menceritakan apa yang terjadi tadi, sebenernya Renjun udah menceritakan itu tapi tidak jika kancingku dibuka oleh Yeri. Mungkin dia tidak mau aku malu, aku bersyukur karena Renjun langsung memahami itu dan tidak menceritakannya.

Setelah aku bercerita tentang kejadian bajuku itu Haechan mengepalkan tangannya raut wajahnya sangat marah, "tapi ga digimanainkan?" Tanyanya ambigu.

"Di video Chan" aku menangis sambil menunjukkan handphone yang tadi digunakan untuk merekam.

Haechan merebut handphone itu belum dilihat ia mengembalikannya lagi padaku, "jangan diapus buat kita laporin ke pihak sekolah jangan sampai ilang jin" ucapannya membuatku sedikit tenang tapi juga khawatir karena itu belum dihapus.

"Gue suruh temen gue kesini tunggu" Haechan keluar kamar.

• • •

Sementara diluar kamar tadi kak Mark, Renjun, Jeno dan Jaemin menguping pembicaraan Haechan dan Heejin di dalam kamar karena sangat penasaran. Saat Renjun mulai memahami apa yang akan diceritakan Heejin dia menyeret yang lainnya untuk tidak menguping pembicaraan itu, sampai akhirnya.

'Brug'

Renjun tersandung sepertinya tidak didengar Haechan atau Heejin, mereka yang berada di luar kamar spontan menahan nafas takut ketahuan.

"Si Yeri kelakuannya nenek lampir banget anjrit" Jeno semakin tidak menyangka ada orang sejahat itu hanya karena masalah beginian.

"Melebihi nenek lampir Jen" Mark mengepalkan tangannya, mereka semua emosi sekarang.

"Changbin awas aja lo" gumam Jaemin yang sepertinya didengar yang lain, karena mereka menoleh kearah Jaemin.

'Cklek'

Pintu kamar terbuka Haechan sedang menghubungi seseorang. Ia terkejut melihat teman temannya berada didepan kamar dengan duduk dilantai. Haechan kembali menutup kamar, lalu bicara pada yang ada diluar kamar.

"Kalian nguping?" Tanyanya berbisik, dan lainnya mengangguk dengan wajah tanpa dosa.

Haechan mengacak rambutnya frustasi, "please rahasiain gue percaya kalian" lagi lagi mereka mengangguk.

° ° °

Semoga suka yaa
Makasii yang udah baca

❤️💚❤️

Cemburu || JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang