4. Ice cream

544 50 1
                                    


Aku dan Renjun hening karena serius dengan es krim masing masing. Karena jalannya sedang sepi jadi aku bisa mendengar langkah kaki selain aku dan Renjun dari arah belakang. Aku sedikit menoleh ke arah Renjun, dan ternyata dia juga menoleh ke arahku. Sepertinya dia mendengar juga.

Aku dan Renjun memutuskan untuk tidak menoleh kearah belakang dan mempercepat langkah kami. Namun orang yang mengikuti kita itu ikut mempercepat langkahnya. Sampai akhirnya aku kesal memutuskan untuk berhenti dan menengok kebelakang, diikuti oleh Renjun yang juga geram dan menoleh ke belakang.

"Dek maaf kalo saya bikin takut, tadi saya panggil diem aja saya lagi sakit tenggorokan jadi ga bisa teriak teriak, saya mau tepuk pundaknya eh jalannya pada cepet banget kaki saya udah pegel jadi ga bisa ngejer" jelas pria itu dengan nafas terengah engah.

"Maaf pak" Renjun sedikit membungkukkan badannya sebentar.

"Ah ga apa apa kok dek, saya mau tanya disekitar sini ada tambal ban ga ya? Saya jalan dari sana lumayan jauh tapi ga ketemu ketemu" ucapnya sambil menyeka keringat.

"Ga jauh dibelakang toserba itu ada bengkel 24 jam pak, coba aja pak" Renjun menunjukkan.

"Baik dek makasih banyak, maaf loh sebelumnya" ucap pria itu diakhiri dengan senyuman canggung.

"Iya pak ga apa apa" jawabku ramah. Sedikit malu karena saat menoleh tadi aku memasang muka galak.

Aku dan Renjun menghela nafas lega lalu menoleh sama sama terkekeh. Kami pun melanjutkan perjalanan pulang.

"Untung kita tadi baru nengok ya belum ngehajar bapak tadi" aku kembali terkekeh dan memakan es krim suapan terakhir.

Renjun terkekeh, "tunggu lo belepotan tuh" sambil menunjuk daguku.

Aku membulatkan mata dan mengusap daguku. "Masih ada" Renjun mengusap daguku, aku berdebar memang lemah hanya karena hal itu aku bisa berdebar.

"Ehe tengkiyuu" ucapku diakhiri dengan cengiran.

• • •

Renjun baru saja memasukkan sandi rumah Haechan, lagi lagi aku terkejut saat kita baru masuk rumah ini.

"Woi kok lama banget, jangan jangan lo mau culik Heejin gue ya?" Sewot Haechan sambil berkacak pinggang.

"Paan si lo ga jelas" Renjun tidak mempedulikan Haechan dan pergi menuju dapur.

Aku menepuk jidat melihat tingkah Haechan, sedikit malu sebenarnya. Tapi kemudian aku menuju dapur juga untuk memasak ramen yang tadi aku dan Renjun beli.

"Udah lo duduk aja yang tugasnya masak si Jaemin" ucap Mark dengan handphone ditangannya.

"Gapapa kak aku bantuin, bolehkan Jaem?" Aku melihat kearah Jaemin yang baru mau beranjak dari tempatnya. Jaemin hanya menjawab dengan deheman.

Aku sebenarnya bergerak lebih cepat dari gerakan Jaemin karena sudah terlalu lapar, namun Jaemin membuatnya dengan tenang tidak peka dengan gerak gerikku.

"Ramennya dikasih susu gppkan?" Tanya Jaemin pertama kalinya mengawali pembicaraan. "Ini pedes udah malem gue ga mau mules tengah malem nanti" lanjutnya.

"Iya gpp"

Tidak butuh waktu yang terlalu lama akhirnya matang. "Guys udah mateng nih makan dulu" aku merasa seperti ibu mereka.

"Campur tangan Heejin pasti ga enak nih" Haechan terkadang memang sangat menyebalkan, ah bukan terkadang tapi memang sering.

"Pasti enaklah bege" Jeno mengusap kasar rambut Haechan.

"Makan aja berisik heran" ucap Renjun sambil mengambil ramennya.

"Biasanya juga lo sama Haechan sering berisik kali" gumam Jeno yang disetujui oleh Mark dan Haechan.

Kami pun akhirnya bisa makan dengan tenang tapi memang yang namanya Haechan kadang ada saja yang ia bicarakan dan memancing keributan. Saat makan malam selesai kami akan menentukan siapa yang akan mencuci piring dengan cara hompimpa.

Ternyata aku yang kalah dan akhirnya aku membereskan piring piring dibantu oleh Jaemin saat itu juga Renjun membuka suara.

"Oh iya Heejin di dream high school loh bang" ucapnya pada Mark, sedangkan Haechan membulatkan matanya.

"Wii nanti berangkat bareng aja kita" Mark tersenyum ramah.

"Lo kok ga bareng gue jin sekolahnya" Haechan cemberut.

"Malu gue" jawabku dan membuat yang lain tertawa, kulihat Jaemin tersenyum pertama kalinya.

"Ternyata normal dia bisa senyum juga" batinku.

"Tapi untung lo disitu, buat nemenin Jaemin kasian dia ga ada temen deket seangkatan yang satu sekolah" ucapan Jeno membuat Jaemin menatapnya dengan alis yang bertaut.



° ° °

Makasih banyak banget yang baca cerita ini
Bantu ramein yuk💚

Cemburu || JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang