Hari ini hujan sejak jam makan siang tadi, dan membuat aku terjebak di sekolah. Aku tidak melihat tanda tanda kehidupan kak Mark disekolah entahlah kemana dia pergi. Sementara Jaemin dia masih dingin padaku.
Aku berada di lapangan indoor sekolah karena sedari tadi aku hanya memainkan ponselku sekarang aku memutuskan untuk memainkan bola basket yang tergeletak di dekat ring. Aku sedikit bisa memainkan basket, karena saat junior high school aku diajari oleh adik kelasku.
Saat aku baru memasuki bolanya ke ring as seseorang yang datang, ternyata Jaemin. Dia menangkap bola yang memantul karena tadi aku lempar.
"Ditunggu Renjun" setelah mengucapkan itu dia mendribble bola yang tadi ditangkapnya.
Aku masih diam memperhatikan Jaemin "sampe kapan sih lo mau nyuekin gue?" Hari ini sudah hampir dua minggu Jaemin cuek.
"Terserah gue lah, lagian emang gue gini kenapa lo ribet?" Jawabnya sedikit membentak. Mendengar itu entah mengapa hatiku terasa sakit.
"Dah lah" aku buru buru mengambil tasku dan berlari meninggalkan Jaemin. Aku ingin menangis sekarang, mataku berkaca-kaca. Cueknya Jaemin sekarang itu terasa menyakitkan, beda saat aku baru menginjakkan kaki ke rumah Haechan.
Sekarang aku sudah sampai di lobby sekolah kulihat Renjun berdiri aku diam menatap punggungnya. Sepi disini karena anak anak yang lain sudah pulang, yang belum pulang kebanyakan memilih belajar di perpustakaan atau kelas.
Aku berlari kecil dan memeluk Renjun dari belakang, air mataku menetes sekarang. Aku bisa merasakan badan Renjun sedikit tersentak.
"Ini Heejin kan?" Tanyanya tapi aku tidak menjawab.
"Heh? Apanih? Gue ga suci lagi di peluk peluk" ucapnya lagi.
Aku menyedot cairan dihidungku dan melepaskan pelukanku dari Renjun. "Sorry sorry" ucapku sambil cemberut saat Renjun baru berbalik.
Renjun memberikan jaketnya lalu menarikku menuju parkiran. Renjun menangkup wajahku "lo kenapa bisa nangis? Tumben banget, dibully lagi?"
Aku menggeleng "hujan hujanan dulu yuk jangan langsung pulang" tersenyum dengan mata masih berkaca-kaca.
Renjun tidak banyak bicara dia hanya menyetujuiku mungkin dia merasa aku perlu jalan dulu?
Kita hanya berkeliling karena setiap Renjun mengajakku berhenti ke suatu tempat aku menolaknya. Saat ini sedang perlu diterpa angin. Tiba tiba Renjun menghentikan motornya ke pinggir jalan, lumayan banyak pedagang kaki lima disini.
"Kenapa Jun?"
"Makan dulu, ntar kalo lo mati di motorkan ga lucu jin" Renjun mencubit pipiku setelah melepas helmnya. Aku mendengus menatapnya.
"Mau makan apa?" Tanya Renjun sambil menuntunku mencari makanan.
"Es krim kayanya enak Jun" jawabku setelah melihat es krim yang menggiurkan.
"Gue gerimis terus abis basah basahan gini lo mau es krim?" Renjun mengernyitkan dahinya.
Aku menghela nafas berat, "tteokpokki sama odeng kayanya enak nih" *serius nanya tulisan tteokpokki nya benerkan?
"Oke kita beli itu"
"Kalo udah abis beli es krim yang tadi ya jun" lanjutku sambil jalan mendahului ke tempat orang jualan makanan tadi. Renjun membelalakkan matanya, lalu ia hanya pasrah mengikutiku dari belakang.
Sekarang sudah pukul sembilan malam. Setelah makan tadi kita tidak terlalu banyak bicara, fokus dengan makanan masing masing. Ngomong ngomong handphone kita berdua di matikan aku yang meminta, jika tidak Haechan atau yang lainnya akan terus menghubungi kita. Untuk menyuruh pulang tentunya.
"Jin gue aktifin handphone ya, buat kita foto"
Aku menggeleng tapi beberapa detik kemudian berubah pikiran, "terserah lo deh"
Senyum Renjun merekah, dan benar saja ada 13 panggilan tak terjawab dari Haechan. 9 dari kak Mark dan 10 dari Jeno. Beberapa detik kemudiannya terdapat panggilan video masuk dari Jeno.
"Papa gak suka ya kalian bukannya pulang malah main sampe malem" Jeno menunjuk nunjuk ke layar handphone.
Haechan ikut inframe dengan genit, "mama juga ga suka, cepet pulang!" disana terdengar sangat ramai karena suara tawa mereka. Namun suara kak Mark yang paling dominan dan menular.
Aku merangkul pundak Renjun yang sedang duduk di sebelahku, aku menjulurkan lidah pada mereka yang berada di rumah.
"Heh heh pulang malah begitu" Haechan terlihat sewot sewot bercanda. Lalu aku memutuskan panggilan teleponnya sepihak.
Aku menatap Renjun, lupa kalau aku masih merangkulnya jadi membuat jarak wajah kita sangat berdekatan. Setelah bertatapan beberapa detik aku melepaskan rangkulannya. Jantungku tidak bisa dikondisikan.
"Dah yuk pulang" aku beranjak dari duduk diikuti oleh Renjun.
Saat sampai dirumah tentu saja kita disambut heboh penghuninya, "WAHH WAHH WAHHH" mereka bertepuk tangan dengan tempo sangat pelan.
"lo hujan hujanan?" Tanya Haechan setelah menyentuh lengan jaket Renjun yang ku kenakan. Aku mengangguk.
"Ya udah sana pada mandi dari tadi bukannya pada pulang malah jajan dulu" Haechan mendorong dorongku hingga aku pergi ke kamar.
"Kenapa lo diem jun?" Tanya Jeno heran.
Renjun bertingkah seperti bayi, "mandiin" rengeknya itu membuat kak Mark, Jeno, Haechan dan Jaemin bergidik lalu pergi meninggalkan Renjun sendirian diruang tengah.
° ° °
Makin ga jelas yaa? Huaa
Semoga suka
Makasii yang udah baca ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Cemburu || Jaemin
Fanfiction"Yang lo pikirin emang boleh gue lakuin?"-Jaemin Jangan lupa tinggalin jejak yaa Inspired by web drama: can i step in ©aku, 2021