17. Berantem

381 29 0
                                    

Jaemin malam itu pergi ke tempat tongkrongan Changbin orang yang ikut membully Heejin tadi, Jaemin sendiri. Sebenarnya Jaemin sudah dilarang oleh Mark, Renjun, Jeno dan Haechan tapi dia tidak mempedulikan larangan mereka karena ia sudah sangat emosi sekarang.

"Yaudah kalo lo maksa kita ikut" ucap Haechan dengan sungguh sungguh.

"Ga usah" Jaemin memakai jaketnya.

"Ya udah kalo ada apa apa langsung telepon kita" Mark menepuk pundak Jaemin, dan dijawab anggukan.

Jaemin melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menuju tongkrongan Changbin dan gengnya, Jaemin tidak memerlukan waktu lama untuk sampai ke tempat Changbin nongkrong.

"Bangsat lo bin dia cewe padahal, kenapa lo ikutan main tangan?" Jaemin menarik kerah baju Changbin, sementara Changbin terkejut dengan kedatangan Jaemin.

"Santai Jaem" ucap Guanlin teman tongkrongan Changbin.

Changbin menyeringai, "Yeri mau gue temenin ya sekalian aja gue ikut siksa cewe murahan itu" setelah selesai mendengar ucapan Changbin.

Jaemin meninju wajah Changbin bertubi tubi diiringi dengan berbagai macam nama hewan dari mulutnya. Sampai akhirnya Felix dan Hyunjin masing-masing memegangi tangan Jaemin.

Changbin kembali menyeringai sambil memegang luka disudut bibirnya, "lo ga nyadar? Lo yang ngebuat Yeri berbuat gitu ke cewe murahan itu, gue sakit hati karena Yeri milih lo tapi lo malah nyakitin Yeri ya gue ga bakal diem aja" Changbin balas memukul Jaemin bertubi-tubi. "Gue bisa ngelakuin yang lebih parah dari itu kalo lo masih buat Yeri sakit hati" lanjutnya.

"Udah bin lo obatin dulu luka lo" Guanlin bangun dari duduknya sambil mematikan rokok ditangannya lalu ia memukuli Jaemin yang tidak bisa melawan karena tangannya dipegangi meskipun Jaemin sesekali menendang Guanlin.

Sampai akhirnya Jaemin mengerahkan seluruh tenaganya untuk melawan mereka, dan Jaemin berhasil melepaskan tangannya lalu ia mulai membalas pukulan mereka. Memang Jaemin tentu saja tidak mungkin bisa mengalahkan semuanya dengan keadaan yang sudah banyak luka ini. Sakit tentu tapi ia menahannya.

"Gue kasian sama lo Jaem sana balik tapi lo inget kata kata gue tadi, kalo lo masih buat Yeri sakit hati gue bakal lakuin hal yang lebih parah ke Heejin" ucapan Changbin membuat Jaemin merenung. "Gue udah tau lo tinggal dirumah Haechan kan sekarang? Bareng cewe itu dan yang lainnya" lanjut Changbin, Jaemin semakin khawatir sekarang.

"Dia cewe yang gue kasih tau itu bin?" Tanya Hyunjin, dijawab anggukan oleh Changbin.

Jaemin memutuskan untuk pulang sekarang khawatir Changbin akan melakukan sesuatu yang lebih parah pada Heejin jika ia terus memukuli mereka. Sekarang sudah hampir jam dua belas malam, Jaemin memasuki rumah dengan keadaan banyak luka. Ia melihat teman temannya ketiduran di sofa.

"Ga mungkin banget mereka bisa tetep bangun nungguin gue pulang" ucapnya sambil menuju kamar.

"Gue masih bangun kampret" Renjun membuka matanya lalu menatap Jaemin dari atas hingga bawah. "Lo ga bisa ngelawan emang selama itu kita ga berantem? Sampe lo lupa cara ngelawan gini" Renjun menyentuh salah satu luka Jaemin.

"Sakit goblok" sahut Jaemin membuat beberapa yang sedang tidur tersentak tapi itu tidak membuat mereka terbangun.

"Ya maap" ucap Renjun dengan wajah tanpa dosa. "Gue ngerasa bersalah udah pegang luka lo, sini gue obatin" lanjutnya.

Jaemin hanya menurut saja lalu duduk di kursi meja makan diikuti oleh Renjun dengan kotak obat ditangannya. Setelah hening beberapa detik Renjun akhirnya membuka pembicaraan.

"Lo suka Heejin?" Dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

Jaemin membulatkan matanya karena Renjun sangat tiba tiba bicara seperti ini, Jaemin memilih untuk tidak menjawab. "Titip Heejin" gumam Jaemin sangat pelan, sepertinya Renjun masih bisa mendengar itu tapi tidak mengerti apa yang dimaksud Jaemin jadi ia memilih untuk tidak menjawab juga. Setelah selesai diobati Jaemin masuk ke kamarnya, begitu juga dengan Renjun tanpa berbicara terlebih dahulu selain Jaemin mengucapkan terimakasih.

• • •

Pagi ini aku tidak bisa berangkat sekolah karena badanku masih sakit dan jujur aku sedikit takut untuk ke sekolah, ya meskipun ada kak Mark dan Jaemin.

Haechan sering masuk ke kamar untuk mengecek keadaanku, setiap aku bergerak dan suaranya terdengar oleh Haechan dia langsung datang ke kamar selebay itu memang. Dan pagi ini pun begitu.

"Heejinku sayang" ucapnya saat membuka pintu. Ah iya karena kemarin aku lupa mematikan alarm jadi hari ini aku bangun pagi meskipun tidak berangkat sekolah.

"Hmm.." aku hanya memainkan ponselku.

"Si Jaemin juga ga berangkat sekolah, jadi ga usah terlalu khawatir" ucapan Haechan membuatku terkejut.

"Jaemin bolos?" Tanyaku.

Haechan menggerakkan jari telunjuknya kekanan dan kiri, dengan kepala menggeleng. "Dia juga sakit semalem" aku kembali terkejut.

"Kok bisa?"

"Banyak tanya, kalo mau gue kasih tau bayar" Haechan berbalik badan untuk pergi meninggalkan kamar. Tapi dihentikan oleh Heejin, "gue bayar Chan"

Haechan kembali membalikkan badannya agar menghadapku, "kemaren Jaemin berantem tapi lo pura pura ga tau aja ya" Haechan sedikit berbisik dengan menyodorkan tangannya.

"Kenapa bisa berantem?"

"Males ah lo banyak tanya tapi ga ngasih ngasih duitnya" Haechan pergi sambil menghentak hentakan kaki dengan mempoutkan mulutnya.

"Cih sok ngambek" aku sambil berusaha bangun dari tidur, berniat untuk minum. Karena minuman dikamar sudah habis, padahal baru tadi malam dibawakan oleh kak Mark.

Aku menuruni tangga dengan perlahan tidak buru buru seperti biasa, kulihat Jaemin sedang duduk di kursi meja makan. Tapi sepertinya dia belum menyadari keberadaanku, aku langsung saja menuju dapur.

"Nih makan" Jaemin menunjukkan bubur, "dibeli Renjun sebelum berangkat" lanjutnya sambil memakan bubur bungkus lainnya. Aku bingung mengapa Jaemin kembali dingin padaku, itu membuat suasana menjadi canggung.

"Lo kok bisa luka gitu? Udah diobatin? Masih sakit ga?" Aku menghujani berbagai macam pertanyaan pada Jaemin.

° ° °

Semoga suka
Makasii yang udah baca ❤️

Cemburu || JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang