Bagian 31 (Fariz)

6.7K 468 379
                                    

Waktu sebulan rasanya telah benar-benar membuatku menjadi gila. Tidur tidak nyenyak, makan tidak enak, hingga pekerjaan pun rasanya tidak pernah beres dengan sempurna. Berhari-hari aku berada di rumah, tapi sayangnya pikiranku selalu berada di luar rumah. Kedua istriku yang entah bagaimana keadaannya membuat aku selalu tak tenang. Hasna yang tinggal di rumah budenya usai kutalak, hingga membuatku sulit untuk bisa kembali bertemu dengannya. Sedangkan Farah, istri keduaku yang hilang entah kemana membuat aku tak hentinya menyesal karena rasa bersalah. Sungguh, ini adalah pukulan telak untukku hingga membuat hidupku kacau dan tak lagi terarah.

Biasanya, ketika diriku seperti ini selalu ada Hasna yang akan senantiasa menenangkanku, memberi semangat untukku, juga memperhatikanku. Namun kini, semua tidak lagi sama. Hasna tidak ada di dekatku, dan mungkin juga tidak akan pernah memaafkan segala kesalahanku.

Farah. Beberapa orang sudah kukerahkan untuk mencari dimana keberadaannya. Menyelusuri setiap sudut kota, namun sayang hingga kini belum jua ada infonya. Aku tidak mampu membayangkan bagaimana kondisi Farah saat ini. Apalagi, dengan kasus penculikan yang dialaminya membuat aku cemas dan tidak berdaya.

Kini, hanya penyesalan yang ada. Seharusnya, aku tak terpancing saat Hasna mendesak cintaku hingga menuntut emosiku, dan seharusnya aku juga tak gegabah membiarkan Farah tinggal jauh dariku dengan orang-orang baru yang kutugaskan untuk menjaganya. Sungguh, ingin rasanya aku memutar waktu agar semua itu tidak terjadi. Akan tetapi, nasi sudah menjadi bubur dan aku tidak mungkin lagi membuat semuanya kembali seperti dulu.

Berkali-kali aku bermimpikan Farah, mimpi yang selalu saja membuatku takut, mimpi saat Farah terus memanggil diriku dan meminta pertolonganku. Namun, saat diriku terbangun justru malah bayang-bayang Hasna yang seakan terus memenuhi semua isi kepalaku.

Entah mengapa, aku merasa jika kedua istriku begitu mengharapkanku. Hasna dan Farah seolah meminta diriku untuk selalu berada di dekat mereka.

Ya Tuhan, aku benar-benar tersiksa. Aku tidak tahu harus berbuat apa ....

***

Sore ini aku berniat melakukan janji temu dengan orang yang mungkin bisa membantuku mencari keberadaan Farah. Aku kembali meminta pertolongan seseorang yang kupikir cukup bisa diandalkan. Aku sangat berharap usahaku kali ini bisa membuahkan hasil. Karena aku sudah benar-benar tidak tahu lagi kemana aku harus mencarinya.

Menutup pintu kamar, aku segera berlari menuruni anak tangga. Aku harus segera sampai agar aku bisa cepat menemukannya. Namun, saat baru saja diriku hendak memasuki mobil, tanpa disangka aku melihat sosok Hasna yang turun dari sebuah taksi di halaman rumahku.

Aku terpaku. Takut jika diriku sedang berhalusinasi. Karena bagaimana pun juga rasanya cukup mustahil jika Hasna kembali dan bersedia untuk hidup bersama dengan diriku seperti dulu. Akan tetapi, ketakutan akan halusinasiku rupanya menjadi buyar setelah gendang telingaku menangkap suara merdu Hasna yang benar-benar nyata di dekatku.

“Assalamualaikum ....”

Apakah benar itu dia?

Kukerjapkan mataku berkali-kali hanya untuk membuktikan jika aku tidak salah lihat. Sampai akhirnya, saat aku benar-benar yakin, barulah aku melajukan pandanganku pada kedua kelopak mata Hasna yang terlihat sembab, hingga kemudian pada raut wajahnya yang begitu sendu.

Bola mataku langsung berair merasa tidak menyangka jika akhirnya aku kembali bisa melihat Hasna sedekat ini. Bahkan, kini debar dadaku bertalu begitu nyaring seakan menyambut kedatangan istriku yang sudah sebulan ini membuatku sepi.

“Wa-waalaikumsalam ....” ucapku membalas Hasna ketika istriku itu mengucapkan salam. Aku merasa seperti mimpi bisa melihat Hasna benar-benar ada di hadapanku kini.

Menjadi Madu Untuk Ipar (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang