Tidak menangis. Ya, aku coba untuk tidak mengeluarkan buliran bening itu dari mata indahku. Bukan semata karena janjiku pada Mas Fariz, tapi memang aku sudah bertekad untuk tidak membasahi pipiku dengan menangisi poligami Suamiku lagi.
Luka yang tak berdarah memang lebih sakit, tapi jika terus berkubang dalam rasa sakit itu saja mungkin hidupku akan berubah kelam dan semakin kelam. Bagiku yang kelam cukup hanya berbagi suami, tidak untuk yang lainnya lagi. Karena mungkin juga aku tidak akan kuat jika ada ujian lain yang lebih berat dari ini.
Aku mencoba berdamai dengan hatiku, aku mengalah pada perasaanku yang rasanya sulit untuk aku jelaskan. Mengenyahkan segalanya dengan semampu yang aku bisa.
Tersenyum. Aku melakukan itu untuk hal yang bodoh, menurutku. Bagaimana mungkin ada seorang istri yang benar-benar rela meminta suaminya untuk meniduri wanita selain dirinya, mungkin hanya aku seorang dan mungkin pula kini aku sudah menjadi istri paling bodoh didunia. Dengan merelakan suaminya untuk perempuan lain.
Kupejamkan mata ini namun entah mengapa sulit sekali untuk terpejam, hatiku seakan berontak yang menginginkan kembali Mas Fariz masuk kedalam kamarku, menemaniku membelai dan membuaiku hingga membawaku kedalam mimpi. Tapi nasi sudah menjadi bubur, tak mungkin kutarik kembali agar Mas Fariz membatalkan keinginanku.
Hanya karena merasa tak tega melihat maduku yang merindukan mendiang Suaminya, hingga membuatku lemah dan menyarankan agar suamiku menjadi miliknya.
Dorongan hati yang kuat entah mengapa malah membawaku keluar kamar hanya untuk memastikan kalau Mas Fariz benar-benar menurutiku atau tidak. Meski aku tak tahu apakah aku akan sanggup jika mendengar langsung mereka melakukan itu.
Aku berjalan dengan langkah pelan agar suara kakiku tak terdengar. Tapi baru saja beberapa langkah, aku mendengar suara Mas Fariz yang berada diruang kerjanya.
“Apa yang dilakukan Mas Fariz disana? Bukankah aku memintanya untuk kedalam kamar Farah?”
Penasaran. Ya, aku merasa penasaran. Bukankah seharusnya dia senang jika aku sudah ikhlas dengan mengijinkan dia bersama Farah?
Baru saja aku akan membuka pintu ruang kerjanya, tapi ku urungkan setelah mendengar semua kalimat yang dilontarkannya. Menyakitkan.
“Aku belum mampu melakukan itu dengannya, Hasna...”
“Selama ini aku tak mau menyakitimu jika aku melakukan hal itu dengan wanita selain dirimu... ”
“Sudah cukup aku benar-benar melukai hatimu dengan pernikahan ini. Meski Farah juga istriku, tapi aku hanya ingin sekedar menjaganya sesuai keinginan Fahmi. Itu saja, aku ingin menjaganya. Yah, Menjaganya...”
“Lalu, apa yang harus kulakukan jika kamu telah memintaku untuk melakukan itu padanya,”
“Dulu, aku memang menyukainya. Aku sempat menaruh hati padanya. Aku mencintainya. Tapi, aku sudah mengalah pada adikku. Aku ingin dia bahagia meski bukan dengan diriku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Madu Untuk Ipar (On Going)
RomancePoligami? Ya, poligami, sebuah kisah poligami yang memang tidak semua orang sanggup menerima dan melakukannya. Tentunya, karena apa yang dijalaninya tidak semudah mengucapkan namanya. Tiga tokoh dalam cerita ini juga memiliki karakter yang berbeda...