"Farah ....""Farah ...."
"Tidak! Stop! Kumohon, berhenti,"
"Jangan langkahkan kakimu lagi, Farah! Kumohon, jangan Farah!"
"Kamu akan celaka! Berhentilah ... kemarilah ...."
Aku berteriak terus menerus mengucapkan kata-kata itu. Aku tak tahu apa lagi yang harus kulakukan. Dia dalam bahaya. Dia akan celaka jika tak mendengar apa yang ku katakan.
Farah. Dia berada ditepi jurang. Dia terus berjalan dengan pandangan yang terlihat kosong.
"Ya Tuhan ... Farah, kumohon ... aku mohon padamu, tolong hentikan langkahmu. Kamu akan celaka Farah ...."
Aku yakin jika saja dalam dua langkah lagi Farah tak berhenti, maka bisa kupastikan dia akan terjun bebas kedalam jurang.
Tapi, tidak! Aku tidak akan membiarkannya terjatuh. Aku harus segera menghentikannya. Ya, aku harus segera menahan dan menghentikan langkahnya.
Saat pandanganku menangkap Farah yang sedikit lagi akan terjatuh, aku semakin panik. Aku tak mungkin bisa meraihnya, ini terlalu sulit. Ini benar-benar sulit. Jalanan yang kulalui tak mungkin dengan cepat untuk segera meraihnya.
"Ya Tuhan, tolong ... gerakan hatinya, gerakan jiwanya untuk membuatnya berhenti dan tidak terus melangkahkan kakinya,"
"Kumohon lindungi dia, Tuhan ... lindungi Farah! Jangan biarkan Farah pergi, aku mohon ...."
Dan tanpa diduga Farah menoleh, dia melihat ke arahku. Tapi, tunggu! D-dia menangis. Farah menangis? Ada apa dengan Farah?
"Bang Fariz ...." ucapnya. Meski aku tak bisa mendengar suaranya, namun gerakan bibirnya seolah mengatakan kata itu.
"Farah ... kemarilah ... kemarilah, sayang ...." kataku dengan suara lirih karena kepanikan juga ketakutan akan kehilangannya.
Tapi, Farah menggeleng. Dia menggelengkan kepalanya.
"Bang Fariz ...." lagi, ucapnya lagi yang masih bisa kutangkap dengan gerakan bibirnya.
"Farah ... sayang, kemarilah ... kesinilah ... hampiri aku, hampiri aku ...." kataku lagi, sembari kedua tanganku kugerakan untuk menyuruhnya mendekat padaku.
"Maafkan, aku ...." ucapnya. Namun kali ini samar aku bisa mendengar suaranya.
"Tidak! Kamu tidak salah, Farah. Tidak ada yang harus aku maafkan. Kamu tidak pernah melakukan kesalahan,"
Seketika, jantungku hampir tak berdetak saat melihat Farah yang benar-benar melangkah dan jatuh ke dalam jurang.
"Faraaah ...." teriakku refleks.
Tidak! Kamu tidak boleh jatuh! Kamu tidak boleh pergi, Farah!
Dan, akhirnya aku benar-benar melihat Farah terjatuh dengan tangannya yang terus melambai-lambai seolah meminta pertolongan.
"Faraaaah ...." teriakku lagi, dan hampir akan ikut meloncat menyusulnya, kalau saja tak ada seseorang yang menahanku.
Fahmi! Ya, tiba-tiba dia datang dan menarikku kembali.
"Fahmi, lepaskan! Cepat, lepaskan tanganmu dariku! Farah membutuhkanku! Dia memerlukan bantuanku!" kataku menggebu dengan berusaha melepaskan tangannya dari tubuhku.
"Bang, berhentilah! Untuk apa kamu ikut kesana? Belum tentu kamu bisa kembali sepertinya!" balasnya padaku,
"Hey, kamu tidak lihat? Farah terjatuh! Dia masuk kedalam jurang ini! Dia membutuhkanku untuk membantunya. Dia harus segera kutolong!" ucapku lagi dengan emosi yang rasanya sulit sekali ku kendalikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Madu Untuk Ipar (On Going)
Roman d'amourPoligami? Ya, poligami, sebuah kisah poligami yang memang tidak semua orang sanggup menerima dan melakukannya. Tentunya, karena apa yang dijalaninya tidak semudah mengucapkan namanya. Tiga tokoh dalam cerita ini juga memiliki karakter yang berbeda...