Bagian 15 (Fariz)

11.9K 695 92
                                    

“Apa yang Bude katakan memang benar kan? Kamu seharusnya lebih pandai jika mencari calon untuk istri keduamu. Sekarang kamu lihat sendiri, dia pergi bahkan tanpa pamit dahulu. Apa itu bisa dikatakan istri yang baik? Tentu tidak, bukan? Berbeda sekali dengan Hasna, dia yang tersakiti saja masih tetap bertahan untuk memilih tinggal bersamamu juga madumu! Sedangkan dia? Istri macam apa begitu...” ucapnya pongah dengan pandangan yang terlihat sinis.

“Bude, udah Bude. Jangan berkata apapun lagi...” pinta Hasna yang terlihat takut karena aku mulai merasa tak nyaman.

“Tak apa, Bude tidak takut jika suamimu itu tak suka dengan semua ucapan Bude. Bude hanya mengingatkan dia, jangan karena mencintai wanita itu dia jadi menutup mata dan telinga akan kesalahannya.” elaknya dan masih terus berbicara. Sedang aku terus melangkah maju mendekatinya.

“Istrimu itu tidak benar, dia tidak baik. Dia tidak pantas menjadi istri kedua. Sifat dan kelakuannya saja sama seperti namanya! Apa yang kamu harapkan dari dia? Anak? Mau jadi apa keturunanmu kalau Ibunya saja tidak patut dicontoh.  Wanita baik-baik tidak akan mau menjadi istri kedua, menjadi selir yang menyakiti hati sesama wanita. Yang-,” ucapnya yang dengan segera aku potong.

“Berhenti! Berhenti anda mengatakan apapun tentangnya. Sekarang, saya adalah suaminya. Saya yang bertanggung jawab atasnya. Baik buruknya dia anda tak berhak ikut campur! Saya tidak suka ada orang yang selalu ikut campur dengan urusan rumah tangga saya! Meskipun anda adalah keluarga dekat istri saya, tapi anda harus tahu kalau saya tidak akan membiarkan anda terlalu jauh mengurusi kehidupan rumah tangga saya!” ucapku tegas dengan nada sangat dingin. Terlihat dia sedikit terkejut namun akhirnya mencibir.

“Hh... lihat sendiri kamu, Nduk. Sekarang suamimu sudah membela istri mudanya. Dia sudah berani berbicara tak sopan pada Budemu, bahkan panggilannya saja sudah menjadi anda bukan Bude lagi.”

Astaga... rupanya dia tidak mendengarkanku untuk berhenti bicara. Dia malah mengadu pada Hasna tentang tidak sopannya diriku padanya.

“Mungkin tidak lama lagi dia juga tidak akan membelamu, tidak akan mendengar apa katamu. Kamu harus hati-hati dengan suami yang mempunyai istri selainmu, bisa saja suatu saat nanti dia mengabaikanmu bahkan meninggalkanmu demi bisa hidup bahagia dengan seorang madu!”

Geram. Aku merasa geram dibuatnya. Otakku terasa panas dan semakin mendidih mendengar semua ucapannya.

“Bude... kumohon, jangan mengatakan apapun lagi. Aku tak ingin kalian bertengkar karena hal ini. Kumohon, Bude berhentilah...” mohon Hasna pada Bude. Wajahnya menyiratkan ketakutan. Dia melirik pada Bude lalu melirikku dan pada Bude lagi. Aku tahu Hasna semakin tak nyaman dengan suasana ini.

“Bude tidak akan berhenti. Bude tidak mau rumah tanggamu hancur karena kehadirannya. Kehadiran yang sudah jelas-jelas membuat kalian kemarin bermasalah. Bude ingin suamimu sadar, kalau orang yang dia cintai tidak sebaik dirimu. Kalau wanita itu-,”

“Saya juga tidak perlu penyadaran dari anda! Saya bahkan sudah sadar sebelum anda mengatakan semua yang saya rasa tidak perlu. Saya menghormati anda karena anda adalah keluarga dekat Hasna, istri saya. Tapi, sekali anda mengusik dan menganggu kenyamanan rumah tangga saya jangan harap saya menghormati atau bahkan menghargai anda lagi dengan menjaga sikap dan tutur saya.”

“Kamu-,”

“Berhenti berbicara yang tidak perlu, jika masih ingin dihormati! Kalau tidak, anda bisa pergi dari sini sebelum sikap saya berubah lebih jauh pada anda!” tukasku cepat dan berlalu meninggalkan ruang makan. Aku tak ingin rasa emosiku semakin terbakar, aku tak ingin melakukan hal fisik padanya karena terpancing akan semua ucapannya.

Kulihat Hasna yang gemetar mendengar suaraku yang dingin juga pandanganku yang bisa dikatakan tidak bersahabat. Pikiranku bercabang antara emosi dengan kelakuan Bude juga khawatir dengan keberadaan Farah.

Menjadi Madu Untuk Ipar (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang