Bagian 16 (Back to Farah)

11.2K 717 61
                                    

Rasa sesak kian menderaku. Berbagai kalimat lontarannya seolah berputar diatas kepalaku. Tidak! Bukan hanya lontarannya saja, akan tetapi lontaran beberapa orang yang ditujukan padaku seakan terus terekam didalam memori otakku.

Istri kedua? Menjadi madu? Apa status itu terlalu buruk untukku?

Bahkan, aku tak pernah sedikitpun berharap menjadi bagian itu. Ya, tidak pernah! Tapi, mengapa semua orang menyalahkanku?

Masih kuingat beberapa hari lalu saat aku hendak menyusul Mba Hasna kerumah sakit, dengan perasaan gelisah dan takut terjadi sesuatu padanya aku berniat pergi untuk melihat keadaannya.

Namun, belum sempat tanganku mendorong handle pintu ruang rawatnya, aku mendengar suara lirih Mba Hasna dan juga Bang Fariz yang membuatku urung untuk melanjutkan niat awalku.

“Mas, aku butuh waktu. Aku akan selalu tersakiti jika kamu terus disini. Aku mohon, pergilah...”

Tidak, Dek... kalau kamu mau, aku bersedia untuk berjarak dengannya. Aku akan selalu ada buatmu. Aku akan selalu bersamamu. Asalkan kamu tetap mengijinkan aku untuk disini.”

Omong kosong! Kamu tak mungkin melakukan itu padanya, Mas. Dia wanita yang kamu inginkan. Aku tak percaya jika kamu akan melakukannya.”

Aku akan melakukannya, Dek. Demi kamu. Dan untuk kamu.”

‘Mba Hasna tersakiti? Berjarak dengannya? Wanita yang di inginkan?’

Apa maksud dari kata itu?
Apa yang sebenarnya terjadi?

Kepalaku terus berpikir, mencerna setiap kalimat yang tadi telah kudengar. Apa maksud dari semua ini? Ada apa dengan Mba Hasna? Lalu, siapa yang dimaksud Bang Fariz untuk berjarak? Dan, siapa wanita yang di inginkan?

“Kamu mendengarnya?” tiba-tiba suara seseorang dengan intonasi yang terdengar sinis menyadarkanku dari segala pikiran yang tengah berkecamuk didalam isi kepalaku, membuatku akhirnya menoleh ke arah sumber suara itu. Ya, seorang ibu paruh baya yang berada disampingku. Dia melihatku dan menatapku dengan tajam.

Namun aku tak menjawab, hanya memandangnya dengan pandangan yang seperti bingung.

“Apa kamu merasa puas? Apa kamu senang mendengarnya? Dia kini tersakiti karena keegoisan kalian.”  lanjutnya lagi dengan raut muka yang terlihat tidak suka padaku,

Menjadi Madu Untuk Ipar (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang