Mengabaikan rasa bingung akan poli yang Farah tuju, akhirnya aku mengalah dan membawanya masuk kedalam ruang poli kandungan. Farah nampak sedikit pucat, namun sudah tidak mengeluh sakit lagi pada kepalanya. Akan tetapi, sorot matanya nampak begitu takut padaku. Dia juga seperti gelisah ketika aku menggendongnya.
Ada apa dengan Farah? Apa yang tengah terjadi padanya?
Pikiranku tak tenang melihat adanya perubahan dengan sikap Farah. Dia berbeda. Dia tak seperti Farah yang aku kenal. Di-dia tidak mengingatku!
Debaran di dada seolah tak hentinya bertalu, mengingat akan kejanggalan yang terjadi pada Farah saat tadi. Mengapa Farah tidak mengenaliku? Mengapa dia seperti tak ingat padaku?
Jujur, hatiku merasa terusik setelah sekian lama dia pergi dan saat bertemu kembali dia menganggapku bagai orang asing yang tak dikenalinya. Apalagi, ketika aku tahu jika ada laki-laki lain yang begitu mengkhawatirkannya. Sungguh, rasanya percikan api cemburu telah membakar sebagian ruang dalam hatiku. Aku tidak mungkin salah orang, dia Farah! Farah, istriku!
Tapi, mengapa laki-laki ini memanggilnya Laras?
Setelah beberapa saat menunggu Farah diperiksa, akhirnya dokter kembali menuju mejanya. Namun, raut wajahnya nampak ada kecemasan.
“Bagaimana keadaan istri saya, Dok?” ucapku yang sedari tadi merasa panik dan takut terjadi sesuatu pada Farah.
“Bagaimana hasilnya, Dok?” ucap laki-laki itu bersamaan denganku.
“Ibu Lar—” baru saja dokter itu berucap namun dengan segera aku potong. Dia bukan Laras!
“Farah. Namanya Farah, bukan Laras!” tekanku membenarkan, nampak dokter itu bingung dan segera melirikku juga laki-laki yang berada disebelahku.
“Baiklah, ibu Farah dan janinnya cukup sehat. Hanya saja, diusahakan agar tidak terlalu capek atau stress. Karena bis—”
“Ja-janin?” ucapku terbata.
Janin? Benarkah? Apa aku tidak salah dengar?
“Jadi, benar kalau Laras hamil Dok?” sahut lelaki itu juga yang kini terlihat lesu.
“Iya, Ibu La—, maksud saya Ibu Farah hamil. Ada janin dalam rahimnya yang diperkirakan berusia 11 minggu, atau mau jalan menuju tiga bulan jika dilihat dari hasil USG.” paparnya menjelaskan.
Farah hamil? 11 minggu? Menuju tiga bulan? A-apa itu artinya, dia hamil anakku?
Bukankah, hampir tiga bulan yang lalu juga aku melakukan itu padanya?
Ja-jadi?
-
-
-Tak percaya. Sungguh, rasanya aku tak percaya akan kenyataan yang membuatku terkejut namun juga terharu disaat bersamaan. Semua ini seperti mimpi, mimpi yang terlampau indah yang selalu hadir sebagai pengantar tidurku. Namun, tidak! Karena aku sedang tidak tidur, dan ini memang benar-benar mimpi dalam bentuk nyata.
Kalian tahu, betapa senangnya aku ketika bisa melihat juga menemukannya, setelah sekian lama mencari dan akhirnya dia datang kembali padaku. Bahkan belum juga hilang rasa senangku, aku pun dikejutkan kembali dengan kabar yang membuatku seakan meledakkan butiran-butiran kebahagiaan dalam hati.
Ya, aku sangat bahagia. Dan, rasanya aku tak mampu menggambarkan rasa bahagiaku itu. Selain senyum yang terus mengembang pada sudut bibirku.
Farah. Ya, Farah. Dia istriku, dia wanita yang selalu menempati ruang hatiku. Dan ternyata, dia juga yang akan menjadi ibu dari anakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Madu Untuk Ipar (On Going)
RomancePoligami? Ya, poligami, sebuah kisah poligami yang memang tidak semua orang sanggup menerima dan melakukannya. Tentunya, karena apa yang dijalaninya tidak semudah mengucapkan namanya. Tiga tokoh dalam cerita ini juga memiliki karakter yang berbeda...