“Dek, aku mau menikah,” ujar suamiku tiba-tiba.
Bagai petir yang menyambar kilat tubuhku, tak ada angin tak ada hujan apa maksud dia bilang seperti itu?
“Jangan bercanda, Mas,” kataku. Mencoba menahan sesak yang kini mulai menyusup ke dalam dada. Karena aku tahu bahwa Mas Fariz bukanlah tipe orang yang senang bercanda atau bergurau.
“Dek, Mas tidak bercanda. Mas mau menikah,” ucapnya pelan dan serius, sembari tangannya menggenggam erat tanganku. Serta manik matanya yang lekat menatapku.
“Mas, apa yang kamu katakan? Ini tidak mungkin bukan?” kataku dengan air mata yang telah menggenang di pelupuk mata. Mencoba meyakinkan bahwa ini tidaklah benar.
“Maafkan aku, Dek ....” balasnya lirih.
Hancur. Hancur hatiku saat mendengar bahwa dia memang serius mau menikah lagi.
“Apa salahku, Mas? A-apa karena aku tidak bisa hamil? Apa karena aku sudah tidak sempurna? Apa aku sudah tidak layak lagi menjadi istrimu satu-satunya?” kataku dengan suara bergetar serta tangis yang kini tak mampu kutahan lagi.
Aku memang tidak bisa hamil. Aku tidak bisa melahirkan keturunannya. Aku sudah tidak sempurna. Tidak lagi sempurna untuknya ....
“Tidak, tidak. Bukan itu, Dek,” balasnya sembari mencoba meraihku untuk dipeluk. Akan tetapi aku menghindar, aku menolak untuk dipeluknya.
“Lalu, apa Mas? Apa alasanmu mau menikah lagi? A-apa, apa karena aku sudah tak menarik lagi untukmu?” tanyaku kembali masih dengan air mata yang berderai.
“Kumohon tenanglah, Dek. Aku akan jelaskan semuanya!”
“Bagaimana aku bisa tenang, Mas? Kamu mau menikah, kamu akan mempunyai wanita lain selain aku. Aku tidak bisa tenang, tidak ... aku tidak bisa!” sergahku lagi. Mana mungkin aku bisa tenang jika suamiku akan bersanding dengan wanita lain.
“Maafkan aku, tapi semua ini tidak ada kaitannya denganmu, Dek. Kamu selalu sempurna buatku,” ucapnya dengan suara yang melembut. Sementara aku masih menangis.
“Lalu dengan siapa? Kamu selingkuh, Mas? A-apa selama ini kamu selingkuh di belakangku? Jawab Mas, jawab!” tanyaku lagi semakin histeris.
Jangan-jangan dia selingkuh, dan kini selingkuhannya minta dinikahi? Astagfirullah ... aku tak sanggup, Aku tidak sanggup jika itu benar adanya.
“Tidak, Dek. Aku tak pernah selingkuh darimu. Aku setia denganmu. Cuma kamu. Ya, cuma kamu istriku,” sanggahnya sembari berjalan mendekat ke arahku.
“Kalau hanya aku, kenapa kamu mau menikah lagi? Tidak cukupkah aku sebagai istrimu, Mas?”
Sakit, sakit sekali ... jika hanya ada aku, kenapa dia mau menikah lagi?
“Ini semua, karena permintaan adikku, Fahmi. Dia memintaku untuk menikahi istrinya,” jelasnya yang membuatku terhenyak tidak percaya.
Fahmi? Mas Fariz mau menikah dengan adik iparnya sendiri?
Tidak. Itu tidak mungkin. Aku menggeleng, menggerakan kepalaku sebagai tanda jika aku tidak percaya dengan alasan mustahil seperti itu.
Bahkan, kini sudut bibirku tertarik membentuk senyum hingga mengeluarkan tawa dan tangis disaat bersamaan.
Ini terlalu mustahil dan sangat tidak masuk di akal. Mana mungkin seorang suami rela meminta dan membiarkan istrinya dinikahi oleh orang lain, meski itu dengan kakaknya sendiri.
“Omong kosong! Jangan mengada-ada kamu, Mas. Itu mustahil,” ucapku berapi-api. Mendesaknya untuk menyangkal alasan konyol itu.
“Aku serius, Dek. Aku berani bersumpah kalau memang Fahmi yang memintaku menikahi istrinya, Farah,” balasnya tegas. Meyakinkanku untuk mempercayai ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Madu Untuk Ipar (On Going)
RomancePoligami? Ya, poligami, sebuah kisah poligami yang memang tidak semua orang sanggup menerima dan melakukannya. Tentunya, karena apa yang dijalaninya tidak semudah mengucapkan namanya. Tiga tokoh dalam cerita ini juga memiliki karakter yang berbeda...