Sudah hampir tiga bulan aku menjadi istri Bang Fariz, namun sampai detik ini pun kita berdua belum pernah ada kontak fisik yang jauh hanya sebatas cium tangan dan cium kening yang saat beberapa waktu lalu.Bang Fariz pun lebih sering tidur bersama Mba Hasna di kamarnya, sedangkan tidur bersamaku masih beberapa kali saja. Aku juga tidak terlalu memikirkan itu, karena jujur saja hatiku masih digenggam kuat oleh Bang Fahmi dan belum bisa berpaling pada Bang Fariz.
Meski akhirnya entah apa yang sekarang mulai aku rasakan, sikap dan perlakuan Bang Fariz yang selalu baik dan lembut padaku membuat sedikit perasaan ini berdesir dan merasa nyaman ketika didekatnya.
Dia tak pernah menuntut apapun padaku, apalagi meminta hak nya dariku, dia belum melakukan itu.Selama ini aku rasa dia selalu berusaha mencoba berbuat adil padaku dan Mba Hasna dengan sikapnya, meski mungkin hatinya masih 100% dimiliki Mba Hasna, istri pertamanya.
Dan aku menganggap itu wajar, toh kita menikah pun hanya untuk mengabulkan keinginan terakhir adiknya saja, yaitu Bang Fahmi. Dan mungkin tidak ada perasaan yang lain lagi dihati Bang Fariz untukku, hanya sekedar untuk menjagaku tidak lebih.
*****
Malam kian larut dan udara pun semakin dingin menusuk, aku yang tak kuat akhirnya segera mengeratkan selimut untuk dapat segera terpejam. Namun belum lama aku terpejam, suara ketukan pintu kamar terdengar.
Dengan jalan gontai aku turun untuk membukakan pintu sambil sesekali ku eratkan tali piyama yang kupakai, berharap rasa dingin ini sedikit menjadi hangat.
Klek ... pintu kubuka. Dan kulihat Bang Fariz tengah berdiri dengan wajah lelahnya, pasti dia begadang lagi setelah berkutat terus di ruang kerjanya.
“Farah ... aku tidur di sini ya? Hasna sudah tidur dan pintu kamar kami dikunci,” ucapnya setelah kubuka lebar pintu kamarku.
“Boleh Bang Fariz, silahkan masuk. Udara malam ini sangat dingin, tak baik jika tidur larut malam,” balasku mempersilahkannya masuk.
Setelah ku tutup kembali pintunya, aku dan Bang Fariz berjalan beriringan menuju tempat tidur.
“Kamu tidur duluan saja ya, aku mau ke kamar mandi sebentar,” katanya dan berlalu menuju kamar mandi di sudut kamar ini.
Dengan segera aku pun naik ke atas ranjang besar ini lagi, mencoba menyambung kembali mimpi tidurku. Akan tetapi, sayangnya rasa kantukku malah sudah hilang ....
“Loh kamu belum tidur, Far?” suara Bang Fariz mengintrupsi ruang kamarku.
“Belum Bang, belum ngantuk lagi,” kataku menjawabnya.
“Maaf ya, mungkin aku ganggu tidur kamu tadi,” ujar Bang Fariz dengan nada bersalahnya.
“Ah tidak kok, aku juga tadi baru tertidur sebentar,” balasku padanya,
“Yasudah aku akan menemanimu sampai kamu benar-benar tidur,” katanya dan beringsut naik ke atas tempat tidur lalu duduk menyandar di kepala ranjang.
“Bang Fariz tidur saja, kasihan tadi kan udah kelihatan lelah banget,” kataku padanya tapi dia malah menggelengkan kepala.
“Gapapa, Far. Masa iya suaminya tidur tapi istrinya masih terjaga, apa mau aku bacain dongeng biar kamu merasa ngantuk?” tanyanya yang membuat aku malah terkekeh.
‘Udah gede kok dibacain dongeng, ada-ada saja Bang Fariz ini ....’
Akhirnya kami pun malah asyik ngobrol sana sini hingga tak terasa kini waktu sudah sangat larut, membuat aku dan Bang Fariz malah benar-benar tidak mengantuk lagi saking asyiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Madu Untuk Ipar (On Going)
RomansaPoligami? Ya, poligami, sebuah kisah poligami yang memang tidak semua orang sanggup menerima dan melakukannya. Tentunya, karena apa yang dijalaninya tidak semudah mengucapkan namanya. Tiga tokoh dalam cerita ini juga memiliki karakter yang berbeda...