(36) Problem

2.6K 131 2
                                    

Happy Reading🦋
.
.
.

"Baiklah, rapat kita hari ini cukup sampai di sini. Kalau ada masukan masukan lagi, kalian bisa bicarakan langsung ke saya atau ke Bagas," jelas Alfin yang mengakhiri rapat osis itu.

"Baik kak!"

"Kalau begitu kami permisi dulu kak," pamit salah satu anggota osis.

"Iya."

Alfin melepaskan jas osis yang sedari tadi melekat di tubuhnya. Ia membuka kancing baju seragamnya dan memperlihatkan kaos hitamnya. Lalu ia mendudukan diri ke kursi seraya memijat pangkal hidungnya yang terasa sedikit pusing.

Rakha yang melihat itu langsung menghampiri Alfin. "Kenapa lo?"

Alfin menoleh lalu menggeleng. "Gue gakpapa. Kalo kalian mau ke kantin duluan aja, gue masih ada kerjaan dikit."

"Lo gak makan?" tanya Bagas.

"Nanti aja, tuh kerjaan gue masih banyak." Alfin menunjuk meja yang terdapat beberapa tumpukan kertas.

Rivan menggeleng pelan melihat sahabatnya itu yang terlalu rajin menurutnya. "Lo jangan terlalu rajin rajin banget sih fin, lagian juga kita bentar lagi akan lepas dari tanggung jawab ini."

Ya, memang sebentar lagi Alfin dkk akan melepaskan jabatan mereka dan akan digantikan oleh angkatan kelas 10 dan kelas 11.

Alfin menghela napasnya. "Iya gue tau," lalu ia terkekeh saat melihat kursi yang didudukinya. "Pasti gue bakal kangen banget duduk dikursi ini."

Rakha tertawa kecil. "Ada ada aja lo."

"Yaudah kita duluan ya, kalo lo perlu bantuan hubungin aja kita," pamit Rivan yang mendapat anggukan dari Alfin.

Setelah kepergian ketiga sahabatnya, Alfin melanjutkan kegiatannya. Namun selang beberapa detik, pintu ruangan osis kembali terbuka.

"Kok lo pada balik lagi?" tanya Alfin tanpa menoleh.

"Lagi sibuk ya?"

Alfin menghentikan kegiatannya. Lalu ia menoleh dan memasang wajah dinginnya. "Ngapain lo kesini?"

Steffi tertawa lalu mendekat ke arah Alfin. Lalu dengan lancangnya ia duduk di meja berhadapan dengan Alfin.

"Jangan galak galak gitu dong." Steffi memasang wajah menggodanya.

Alfin memejamkan mata untuk menahan emosinya. Posisi mereka ini bisa dibilang begitu dekat. Dengan posisi Steffi yang mencondongkan badannya ke depan dengan kancing baju atasnya yang dibiarkan terbuka. Alfin berusaha menyembunyikan rasa cemasnya. Takut jika Steffi akan melakukan hal hal yang nekat untuk mendapatkannya kembali.

Steffi menyeringai seolah olah tahu jika Alfin sedang menyembunyikan rasa cemasnya.

"Pergi!" desis Alfin namun tak dihiraukan oleh Steffi.

"Enggak! Aku mau di sini!" ujar Steffi santai.

"Lo gak denger hah?! Gue bilang pergi ya pergi!" bentak Alfin. Untung saja ruangan itu kedap suara.

Steffi memegang tangan Alfin. "Aku perlu bicara sama kamu fin."

"Gak ada yang perlu dibicarain lagi!" Alfin menarik tangannya kasar agar terlepas dari Steffi. Namun bukannya lepas, malah tangan Steffi ikut tertarik yang menyebabkan mereka terjatuh dengan posisi Steffi yang berada di atas Alfin.

Ceklek

"A-alfin?"

Alfin menoleh ke arah pintu dan mendapati Zahra dkk beserta ketiga sahabatnya. Semuanya nampak terkejut atas apa yang mereka lihat.

Together With You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang