(44) Hilang?

2.3K 123 5
                                    

Happy Reading🦋
.
.
.

Mata indah milik Zahra masih setia memejamkan matanya. Ditambah dengan suasana malam ini yang sedang gerimis, membuat gadis itu enggan membuka matanya. Mungkin saat ini gadis itu sangat lelah. Pasalnya, setelah mereka pulang dari pantai tadi, Zahra langsung merebahkan tubuhnya di kasur dan tertidur hingga sekarang.

Tak lama kemudian, Zahra terbangun ketika merasakan perutnya yang berbunyi pertanda lapar. Gadis itu beberapa kali mengerjapkan matanya dan melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 19:30.

"Udah malem? Perasaan tadi sebelum gue tidur masih sore," gumamnya.

Gadis itu segera turun dari kasurnya menuju kamar mandi.

Setelah selesai dengan kegiatan mandinya, Zahra segera turun dari kamarnya menuju dapur. Gadis itu membuka kulkas untuk mencari makanan apa yang bisa ia makan untuk malam ini. Namun nyatanya kosong!

"Lah, kosong? Ini pasti kerjaannya si Putri. Kalo nggak si Putri, pasti si Ica! Astaga, terus malem ini gue makan apa?" gerutu Zahra.

Gadis itu menghela napasnya berat. Kemudian ia menghampiri Gibran yang sedang tertidur di sofa ditemani dengan TV yang menyala.

Zahra mengguncang pelan tubuh Gibran. Tak ada respon, gadis itu pergi ke dapur dan kembali lagi dengan membawa panci dan centong di tangannya.

Maafkan adikmu ini abang. batin Zahra.

Tengg ... tengg ... tenggg

"ABANG BANGUN!!"

Gibran tersentak kaget saat mendengar suara bising yang disebabkan oleh adiknya yang sinting itu. Cowok itu mengelus dadanya dan menatap kesal sang pelaku.

"Apa sih?!" kesal Gibran.

Namun Zahra hanya menyengir. Gadis itu malah menyodorkan tangannya di depan Gibran. "Gue minta duit dong, bang."

"Buat apa?!" Gibran masih tak terima dengan Zahra sudah mengganggu tidur tenangnya.

Zahra memanyunkan bibirnya. Tangannya mengelus perutnya yang rata. "Gue mau ke minimarket, buat beli makanan."

"Emang di dapur nggak ada makanan?" tanya Gibran.

"Nggak ada! Lo tega banget sama gue, bang, masa lo tega sih ngeliat adek lo yang imut ini kelaperan. Nanti kalo gue mati kelaperan gim--"

"Yaudah nih!" sebelum adiknya itu berbicara ngelantur lebih jauh lagi, dengan sedikit kesal Gibran menyodorkan beberapa lembar uang berwarna merah ke Zahra.

Zahra menerima uang itu dan menyimpannya di saku celananya. "Makasih abang ganteng. Kalo gitu gue ke minimarket bentar ya."

"Mau gue anterin nggak?" tawar Gibran.

Zahra menggeleng. "Nggak usah bang, lagian cuma ke minimarket bentaran doang, kok."

"Tapi di luar gerimis, ra."

"Cuma gerimis kan? Bukan hujan," sela Zahra.

Gibran menghela napasnya kasar. "Yaudah, tapi kalo udah selesai belanjanya, langsung pulang. Jangan keluyuran!" pesan Gibran.

"Siap abang! Gue pergi dulu ya. Bye!"

"Hati hati di jalan!" teriak Gibran.

******

Setelah membeli banyak makanan dari minimarket, Zahra berjalan pulang menuju mansionnya. Gadis itu berjalan riang sambil mendongakkan kepalanya menikmati rintik rintikan hujan yang mengenai wajahnya.

Together With You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang