(48) Thank You Felix

2.5K 127 0
                                    

Happy Reading🦋
.
.
.

Sudah satu bulan Zahra belum sadar dari komanya. Alfin pun tak pernah bosan untuk menjenguk gadisnya itu. Setelah pulang sekolah Alfin selalu menyempatkan untuk datang ke rumah sakit.

Kini Zahra sudah dipindahkan ke Jakarta atas usul dari Dirgantara dengan alasan agar lebih mudah untuk memantau keadaan putrinya itu. Beruntung dokter Fathan juga bersedia menuruti kemauan Dirgantara untuk ikut ke Jakarta.

Saat ini kedua orang tua Alfin datang untuk menjenguk Zahra. Mereka benar benar tak tega melihat kondisi Alfin saat ini. Bahkan di sekolah pun sikap Alfin berubah menjadi dingin. Alfin jarang pulang ke rumah, ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menemani Zahra di rumah sakit. Pratama dan Rita memaklumi hal itu.

"Udah lama kita nggak ketemu ya, din. Sekalinya kita ketemu dalam keadaan kayak gini," ujar Rita.

Dina tersenyum pedih mendengarnya. "Ini semua udah takdir, rit."

"Al, momny sama daddy mau pulang dulu, kalo kamu mau tetep di sini gakpapa." Rita mengelus bahu putranya itu.

Alfin hanya mengangguk menanggapi ucapan Rita. Tangan cowok itu masih setia menggenggam tangan gadis yang terbaring lemah di hadapannya berharap gadis itu segera bangun.

"Cepet bangun ya, sayang," bisik Rita sebelum ia meninggalkan ruangan Zahra.

"Jaga diri kamu, Al. Daddy pulang dulu," pesan Pratama.

Setelah kepergian orang tuanya, Alfin menelungkupkan kepalanya di samping tangan Zahra. Kemudian ia memejamkan matanya saat rasa kantuk mulai menyerang.

"Eunghh...."

Mata indah milik Zahra perlahan terbuka. Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah seorang cowok yang tertidur pulas di samping tangannya dengan keadaan rambut acak acakan dan mata sembab. Zahra menatap Alfin sedih saat melihat wajah tampan milik kekasihnya itu pucat.

Perlahan tangan Zahra mengelus kepala Alfin. Merasa terusik, Alfin mencoba membuka matanya saat merasakan elusan lembut di kepalanya.

"Sayang? Kamu udah sadar?" seketika rasa kantuknya tadi menghilang.

"Aku nggak mimpi, kan?"

Zahra tersenyum tipis dan menggeleng.

"Kamu tunggu sebentar ya, aku panggil dokter dulu."

"OM! OM FATHAN ZAHRA UDAH SADAR, OM!!" pekik Alfin.

Mendengar teriakan dari keponakannya itu, Dokter Fathan beserta beberapa suster menghampiri kamar inap Zahra untuk memeriksa keadaan gadis itu. Setelah memeriksa keadaan Zahra, Dokter Fathan tersenyum saat mengetahui kondisi Zahra sudah membaik.

"Keadaannya sudah membaik, tapi masih memerlukan istirahat yang cukup," ujar Dokter Fathan.

Alfin bernapas lega dan langsung memeluk tubuh Zahra. Ia sangat merindukan gadisnya itu. "Makasih, sayang. Makasih karena kamu udah mau berjuang buat kembali." Alfin mengecup kepala Zahra.

Di sana juga ada kedua orang tua Zahra yang tampak bahagia melihat putri mereka kembali. Alfin membiarkan Dina dan Ditgantara bergantian memeluk putri mereka.

"Sayang, mommy sama daddy kangen kamu, nak. Kamu jangan sakit sakit lagi, ya," tangis Dina.

"Iya mommy," balas Zahra yang mengusap air mata Dina. Kemudian ia beralih ke Dirgantara dan menatapnya takut.

"Maafin aku ya, dad. Gara gara aku kalian jadi repot gini." Zahra menundukkan kepalanya merasa bersalah.

"Hey, kenapa kamu minta maaf, sayang? Ini bukan salah kamu, kok." Dirgantara mengelus lembut kepala Zahra. Membuat Zahra tersenyum haru.

Together With You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang