Happy Reading🦋
.
.
."POTONG SOSISNYA JANGAN KECIL KECIL GITU DONG!"
"INI DIOLESIN MENTEGA DULU, JANGAN LANGSUNG DIPANGGANG."
"YANG BENER DONG NGIPASINNYA, NANTI MALAH GOSONG!"
"RIVAN SETAN! INI PENYEDAP MAKANANNYA BANYAK BANGET, LO MAU NGERACUNIN GUE, HAH?!"
Terdengar suara kegaduhan di halaman belakang rumah Zahra. Siapa lagi pelakunya kalau bukan si pemilik suara cempreng, Ica. Malam ini mereka mengadakan acara Barbeque Night dadakan sekaligus merayakan Zahra yang baru saja keluar dari rumah sakit. Di sana juga ada Gibran serta kedua orang tua Zahra yang ikut meramaikan acara itu.
Rivan mengusap telinganya frustasi. Sedari tadi mulut Ica tak henti hentinya mengoceh. Ica dibuat geram karena ulah Rivan. Tadi cowok itu hanya duduk santai sambil bermain game. Itulah yang membuat Ica kesal. Cowoknya itu sama sekali tidak peka!
"Astaghfirullah, serasa ikut masterchef dah gue." Rivan mengelus dadanya dengan raut wajah yang masam. "Kok gue terus sih, ca yang salah? Liat noh Rakha bukannya bantuin malah enak enakan makan disuapin Putri."
"Iri lo? Lagian tadi Rakha udah bantuin bersihin halaman terus beli bahan bahan sama perlengkapan lainnya," ujar Ica membela Rakha.
"Dengerin tuh!" sahut Rakha menatap sinis Rivan.
"Iya iya!" kesal Rivan mengalah.
Alfin menghampiri Zahra dan membawa sepiring sosis dan jagung bakar. Mereka duduk di pinggir kolam sambil menikmati sejuknya angin malam. Tapi sebelumnya, Alfin membuka jaketnya dan memasangkannya ke tubuh Zahra. Ia tak mau jika gadisnya itu masuk angin. Karena udara malam ini terasa cukup dingin.
"Aku suapin ya?" saat Alfin hendak menyuapi Zahra, tangannya langsung ditahan oleh gadis itu. Zahra terkekeh melihat wajah cemberut Alfin.
Rupanya Zahra lebih dulu memasukkan sosis itu ke dalam mulutnya, dan bergantian menyuapi bekas gigitan Zahra ke mulut Alfin. Alfin menahan senyumannya di tengah tengah ia mengunyah. Lebih tepatnya ia sedang menahan saltingnya.
"Kalo mau senyum, senyum aja, sayang." Zahra mencolek dagu Alfin lalu ia tertawa.
Alfin tak dapat menahan senyumnya, apalagi saat melihat gadisnya itu tertawa yang merupakan candu baginya.
"Aku seneng liat kamu ketawa lagi kayak gini," ujar Alfin. Kemudian ia mengecup punggung tangan Zahra. "Janji jangan pergi lagi, ya?"
Zahra mengangguk dan langsung memeluk Alfin. "I promise," bisiknya.
Diam diam Gibran tersenyum bahagia saat melihat kedua insan itu. Kini adiknya sudah kembali ceria seperti dulu, dan ia berjanji akan selalu menjaga Zahra dan tidak membiarkan siapa pun yang berani menyakiti adiknya lagi. Bagi Gibran, insiden kemarin menjadikannya pelajaran agar lebih memperhatikan dan tak lalai menjaga adik adiknya itu.
"Gibran, kamu jadi, kan bawa cewek kamu ke sini?" tanya Dina membuyarkan lamunan Gibran.
Tiba tiba semua kegiatan terhenti. Mereka langsung mendekat ke arah Gibran dengan raut wajah yang tak terbaca. Gibran yang ditatap seperti itu memalingkan wajahnya seolah olah ia tak tahu sambil mengorek hidungnya yang entah ada isinya atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Together With You (END)
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] ****** Kehidupan keempat gadis cantik yang awalnya baik baik saja berubah setelah keputusan orang tuanya yang memindahkan mereka ke luar kota. Gadis gadis cantik dengan sifat badgirl mereka mampu membuat kaum adam terpe...