BAB 63

20.7K 1.9K 158
                                    

Ritual dulu 😎 biar kece

...

Gue cuma suka lo sebatas itu. Sebatas partner, sebatas teman, nggak ada lebih dari itu, Na." Selatan melepas pelukan Alana tanpa sedikit pun membalas.

"Tapi kenapa? Nggak bisakah lo membalas sedikit pun? Usaha-usaha gue buat mendekati lo, berusaha tampil menarik di depan lo. Itu semua buat lo, Selatan." Alana melunak.

Namun Selatan menggeleng. "Jangan menjadi baik hanya untuk orang lain. Gue tau, lo cewek baik-baik. Dan suka itu nggak mesti cinta, Na."

"Tapi, gue cuma cinta sama lo, dan mau sama lo."

"Tapi gue nggak mau sama lo. Gue udah cinta sama orang lain," kata Selatan yang mungkin terdengar sarkastik. Alana terhenyak. "Siapa? Tara?" Selatan diam.

"Gue dibandingkan Tara, jelas lebih unggul gue, Selatan. Cewek bodoh kayak dia, rusuh, ceroboh, nggak ada feminimnya, gue lebih baik dari dia! Mungkin faktor dia tinggal di rumah lo aja lo jadi bilang cinta sama dia. Buka mata lo, Selatan!"

"Tau dari mana lo kalau lo lebih baik dari dia? Gue menilai bukan hanya dari penampilannya, Na. Gue nggak nyangka kalau lo bisa berkata kayak gitu, bahkan lo belum mengenal dia." Nada Selatan berubah dingin.

Selatan pun melanjutkan. "Seburuknya Tara, tapi dia nggak pernah berucap seperti itu, menjelekkan. Dan lo lebih baik dari dia?"

Alana mengepalkan tangan, tidak suka. "Tara itu masih kalah jauh sama gue, Selatan. Apa, sih, yang dia pake sampe lo suka sama dia?"

"Maaf, gue nggak bisa membalas perasaan lo. Gue duluan," ucap Selatan, lalu pergi.

"Selatan!" Lagi-lagi Alana menahannya. "Lo yakin? Milih si Tara itu daripada gue?"

"Gue sangat yakin," ucapnya mantap. "Satu lagi, gue terima panggilan lo waktu malam itu, cuma karena nggak mau ngerusak hari lo. Gue nggak mau menolak biar lo nggak malu sama orangtua dan tamu undangan. Tapi di balik itu, gue nggak ada perasaan cina' sama lo. Dan olimpiade, sikap baik? Gue emang gitu ke semua orang, Na. Kecuali Utara yang buat gue rusuh. Dan hari ini, lo udah

kelewatan. Sikap lo yang sebenarnya ternyata ini, ya?"

"Selatan, tunggu dulu—"

"Maaf, Na, gue buru-buru. Udah telat karena ngeladenin lo." Selatan menarik tangannya cepat, dan pergi meninggalkan Alana dengan segala kekesalannya.

"Tara sialan! Enyah aja lo dari Selatan!" Alana menghentakkan kakinya geram sambil berseru histeris.

Menghela napas gusar, Selatan mempercepat langkah kakinya di koridor. Kemarin-kemarin ia juga sudah menolak Alana, bahkan dengan baik-baik. Pada malam pesta ulang tahun juga Selatan tidak menolak agar ia tidak mempermalukan diri. Namun, hari ini Alana keterlaluan sampai menjelekan Utara, apalagi sekarang Selatan sudah bilang suka dan cinta ke Utara. Tentu, Selatan tidak suka kalau ada yang menjelekkan Utara selain dirinya.

Saat sudah berada di mobil, Selatan melihat pesan yang ia kirimkan untuk Utara hanya dibaca saja. Ia terkekeh kecil, lalu memasang seat belt. "Di-read aja, dasar si ceroboh, si rusuh. Untung gue sayang."

Baru saja melintasi gerbang utama SMA Trisakti, mobil Selatan berhenti saat melihat kerumunan orang yang tidak berjarak jauh dari halte. Ada ambulans juga di sana, terdengar misuh-misuh dan banyak orang berkerumun di sana.

Selatan menurunkan kaca mobilnya. "Kenapa, Pak?"

"Tabrak lari, Mas."

"Cewek apa cowok, Pak?"

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang