BAB 4

115K 15.1K 1.5K
                                    

Aku coba lagi deh pake lapak lama, kalo masih bab yang dulu, aku post pake lapak baru aja ...

Yuhuuu happy reading~
.
.
.

Putaran ke 5

Putaran ke 6

Utara membungkuk sejenak, mengusap keringatnya yang sudah seperti sumber air yang baru keluar setelah musim kemarau panjang. Sia-sia Utara bedakkan saat berangkat tadi jika ujung-ujungnya luntur juga.

Ini semua karena alarm sialan yang habis baterai. Dan Mama, Mama sengaja tidak membangunkan untuk mengajarkannya mandiri. Akibat kecerobohan Utara hari ini membuat Mama semakin tidak mengizinkannya untuk tinggal sendiri. Tapi Utara juga masih keras kepala gak mau tinggal di rumah Selatan saat Mama berangkat ke Leiden nanti.

Andai terlambat kayak di novel-novel, nabrak cogan di koridor, ditolongin, pdkt, jadian, indahnya romansa SMA Utara jika seperti itu.

Ini yang ada malah kena hukuman lari keliling lapangan 7 kali. Mana yang memantau Utara adalah Selatan, Ketua OSIS SMA Rajawali.

"Woi! Gak boleh berhenti!" teriak Selatan di bawah tiang bendera sambil asyikan minum marimas.

Utara mendengus malas, memberikan jari manisnya agar terlihat lebih sopan daripada jari tengah. Utara kembali berlari.

Hingga putaran ke 7 ...

Utara langsung duduk di tepian lapangan dengan baju di area ketiak yang basah karena keringat. Utara tidak suka bau keringat, tapi Utara lebih tidak suka bau keringat yang dipadukan parfum seperti para cowok kelasnya yang habis main bola langsung putar-putar baju dalam kelas, lalau pakai parfum.

"Kakinya gak boleh dilipat, nanti rabies," kata Selatan menghampiri.

"Rabies, rabies, varises!" sahut Utara ngegas lalu menyelonjorkan kakinya.

"Na, udah tau masih aja dilakuin. Nih." Selatan menyodorkan satu botol air mineral.

Utara menatapnya was-was, membuat Selatan berdecak. "Apa?"

"Nggak dijampi-jampi, kan?"

"Gue kasih kaporit! Cerewet aja lo."

Utara berdecak sebal, lalu mengambil botol air yang Selatan sodorkan. “Ya, kan siapa tau aja gitu lo udah bosan musuhan sama gue jadi mau bunuh gue lewat santet.”

“Gini nih otak pasaran yang primitif.”

Nyenyenyenye, Utara menjelekan mukanya.

"Pantas aja Mama gak izinin lo tinggal sendirian. Kalau ada event manusia terceroboh gue yakin lo juara umum." Selatan geleng-geleng kepala, ini bukan kali pertama Utara terlambat, dan ini bukan kali pertama Utara keliling lapangan 7 kali.

"Bacot!" Utara melempar botol air yang sudah kosong itu ke kaki Selatan.

Selatan tidak tau saja kalau Utara berlarian ke halte tapi bus sudah lewat, lalu menelepon ojol sampai mendesak abang-abangnya supaya cepat datang. Biasanya Utara diantar Mama, tapi Mama sudah berangkat bekerja. Mama benar-benar ingin mengajarkannya mandiri, sampai membangunkan Utara sekolah saja tidak, dan membiarkan Utara terlambat.

"Ini SMA Rajawali, buang sampah sembarangan denda lima puluh ribu," kata Selatan memperingatkan, membuat Utara memungut sampah itu kembali dengan kasar.

"Uta, lo nggak kasian apa sama Mama?" tanya Selatan tiba-tiba.

Utara yang baru saja berdiri sambil menepuk-nepuk rok abu-abunya tampak memunculkan gelombang kecil di keningnya. "Apa?"

"Pasti Mama kepikiran terus sama lo. Semua orantua tuh pengen yang terbaik buat anaknya, Mama juga gitu. Lo itu ceroboh, bocil, mudah dibodohi, makanya Mama mempercayakan lo buat tinggal di rumah gue. Gue juga kalo nggak dibujuk Bunda sama permintaan Mama, ya mana mau terima tamu dekil kayak lo."

"Apa lo bilang? Ceroboh? Bocah? Mudah dibodohi? Dekil? Hellow?!! Dasar hiperbola!"

Selatan mengangkat bahu acuh, "Tapi emang kenyataannya begitu."

"Lo nggak usah sok menceramahi gue."

"Gue bukan ceramah, gue gak mau Mama terus-terus kepikiran lo saat di Leiden. Sesekali dengerin ortu, jangan batu." Selatan itu tipe-tipe yang sangat menghargai wanita, terlebih seorang Ibu. Menemani Bunda ke pasar, bantuin Bunda nyapu halaman depan, tapi harus disuruh dulu sih baru gerak. Selatan itu sangat sayang sama orangtua. Mama Utara sudah dia anggap seperti Bundanya sendiri.

Utara jadi merasa bersalah karena kalimat Selatan barusan. Tapi dia juga gak mau tinggal satu atap sama Selatan.

"Lo pikir lagi baik-baik deh."

"Tapi gue gak tau Mama kapan pulang, dan gue gak mau lama-lama tinggal di rumah lo," sahut Utara.

"Lo pikir gue juga mau lo tinggal di rumah gue lama-lama? Dedemit."

"Terus kenapa lo setuju-setuju aja, sampe bujuk gue di depan Mama? Pencitraan."

Selatan menghela napas panjang. "Gue mau nurut sama Mama, gue sayang sama Mama. Emang lo? Sama Mama sendiri kok batu."

"Sik asik sik asik kenal dirimu, sik asik sik asik dekat denganmu, serasa si hati berbunga-bunga..." 

Jreng jeng jeng!

Perkenalkan, yang barusan menyanyi tadi adalah Gunawan Rahidan atau cowok yang kerap disapa Gugun. Kalau kalian melihat member Dayang Boys yang suka bawa ukulele, nyanyi gak jelas, sering nyanyi lagu sik asik milik Ayu Ting Ting, buka konser dadakan di kantin, maka itu adalah Gugun. Bahkan ukulelenya mempunyai nama, yaitu Ulegun singkatan dari ukulelenya Gugun.

"Seakan menjadi...”

“Jadi apa Guys?!”

“Jadi pacarmu!" Nanyi keempat cowok somplak itu, Gugun, El, Bisma, Lintang bersamaan.

Utara mendongak, di lantai dua sana terlihat teman-teman Selatan yang berjejer di tepian sambil melihat ke arahnya. Apalagi Gugun yang menurut Utara seperti pengamen itu anak yang paling aneh, terus saja dia menyanyi.

"Senangnya melihat macan betina dan jantan akur!" koar Lintang di sana.

Aksi dayang boys itu hanya sebentar, saat tertangkap basah oleh Bu Geni yang mengajar Bahasa Jepang di kelas sebelah keempat cowok itu langsung ngacir ke dalam kelas.
"Woi! Kabur, woi!"

Mungkin kerusuhan mereka yang sedang jamkos membuat kelas lain terganggu, termasuk kelas Bu Geni. Guru dengan jilbab dan bros besar di sanggulnya, terkenal moddy, dan jangan lupa lipstik merah hati yang membahana di bibirnya.

"Temen-temen lo emang gak waras, sama kayak lo," kata Utara.

"Lo lebih gak waras." Baru selangkah Selatan pergi, dia kemudian membalik badan. "Pikirin lagi perkataan Mama, semuanya demi kebaikan lo. Makanya jangan ceroboh kalo gak mau nyusahin orang."

Saat Selatan memunggunginya, Utara sudah berancang-ancang untuk melempar botol kosong di tangannya ke kepala Selatan.

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang