BAB 17

76.2K 11.3K 1.2K
                                    

Note: Yuk vote dulu sebelum membaca. Aku tau kalian para pembaca yang baik ^ ^

^Happy Reading^

.

.

Pukul 21 malam. Selatan sudah siap dan rapi, stelan jaket denim hitam, t-shirt putih dan perpaduan celana jeans. Dia mengacak tipis bagian depan rambutnya, lalu mengambil kunci mobil sport-nya yang berada di atas meja. Sebelum turun ke bawah, Selatan memastikan tidak ada Bunda dan Utara. 

Selatan bersyukur dan menghela napas lega saat melihat hanya ada Ayah yang sedang duduk di sofa sambil membaca majalah. Selatan bergegas turun menghampiri.

"Ayah," panggil Selatan pelan membuat pria itu mendongak dari buku bacaannya. "Biasa, Yah," kata Selatan memberi kode mengambung-ambungkan kunci mobilnya.

Ayah celingak-celingkuk memastikan istrinya tidak ada. Hasan paham sekali bagaimana menjadi Selatan. Dia dulu juga seperti itu mudanya, hobi balapan, dan ternyata itu menurun ke anaknya. Ayah kembali celingak celinguk, lalu mengacungkan jempol. 

"Yes! Kalau Bunda nyariin Ata, Ayah kasih alesan, ya."

Ayah balas mengacungkan jempol, "Tapi ingat, harus hati-hati, jangan lupa doa biar aman."

Selatan mengangguk, memberikan simbolis andalan yaitu mengacungkan jempol. Sebelum pergi, Selatan menciup punggung tangan Ayah.

"Good luck anak gue," kata Ayah menepuk punggung Selatan.

Utara & Selatan

"Lawannya siapa?" tanya Selatan yang baru sampai ke arena balap.
Keempat temannya menggeleng tidak tau. Mereka hanya tau, kalau ada yang mengirimkan sebuah surat untuk menantang Selatan di arena balap. Sudah seperti SP1 dari sekolah pakai surat-suratan.

Tak berselang lama, mobil sport berwarna gold yang sangat familiar itu membuat Selatan terkesiap. Mobil itu ... Sang pemilik itu keluar dari mobil, detik itu juga Selatan terkejut. Tidak hanya Selatan, empat temannya juga sama terkejut. 

"Hai, long time no see, Selatan," kata cowok itu dengan wajah sinis, efek tinggal di luar negeri ternyata membuat aksen Amerika-nya semakin kentara, rambutnya pun di cat dengan warna coklat gelap yang masih bisa terlihat.

"Daffa?" Selatan mengamati lamat-lamat. Setelah sekian lama menghilang dari insiden itu, dia kembali lagi?

"Urusan kita belum selesai," kata cowok bernama Daffa itu. "Gue datang buat menagih lo!" Daffa menunjuk telak wajah Selatan.

Tatapan Selatan berubah dingin, dia mengangkat bahu acuh. Menurut Selatan semua yang terjadi bukan lah salahnya. Tidaka ada sangkut paut dirinya atas kematian Kiana, adiknya Daffa. Tapi Daffa terus menuduhnya tanpa mau mendengarkan penjelasan Selatan.

"Tunggu apa lagi? Ayo di mulai," Daffa masuk lebih dulu ke dalam mobilnya.

"Lah, sejak kapan tuh curut ke Indo?" Gugun bingung.

"Setelah dua tahun hilang, balik lagi dia." Lintang juga geleng-geleng tidak paham.

"Gue takutnya dia mau balas dendam," kata Bisma.

"Gue juga," El menimpali.

"Tapi, kan bukan salah Selatan. Daffa juga gak tau kalau ini salah dia, sama faktor broken home juga, Selatan nggak ada sangkut pautnya."

“Tuh cowok labil.”

Suara deru dua mobil sport itu saling bersahutan, menciptakan asap dengan aroma yang kental. Terlihat seorang perempuan berpakaian minim dengan bendera bermotif papan catur tengah berdiri di depan garis start.

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang