BAB 55

63.8K 8K 2.1K
                                    

Selamat membaca, Tanta readers ^^

.

.

Malam gerimis ini, Selatan kembali turun ke jalan untuk balapan ditemani Dayang Boys. Selatan mendapatkan bakat ini dari sang ayah yang dulu juga merupakan pembalap ulung. Deru mesin mobil beradu, asap putih dari knalpot mulai keluar. Selatan baru saja melintas di garis finish dengan gelar sang juara.

Para cewek langsung turun tangan saat melihatnya keluar dari Kali ini, Selatan mengenakan kaos putih dilapisi kemeja hitam, dia tampak tebar pesona dengan menyugar rambut dengan wajah tanpa ekspresi. Para perempuan memekik menahan napas, sedangkan Dayang Boys ingin muntah di tempat melihatnya.

"Amit-amit gue belok." Gugun bergidik ngeri.

"Kampret!"

"Habis Selatan, gue yang bakal nyerbu tuh cewek-cewek pakai kegantengan gue," sahut El.

"Halah, lo pakai minyak nyong-nyong aja belagu," sahut Gugun.

"Eh, punya gue, woi!" Bisma menggeplak Gugun yang mengambil jagung bakarnya.

"Bagi dong, Bis. Pelit amat sama kawan," ujar Gugun santai.

"Nggak beradat."

Selatan menjauh dari para cewek. Ia menerobos gerimis menghampiri teman-temannya yang menunggu di trotoar jalan sambil memakan jagung bakar.

"Widih, Tan. Lo menang lagi, nih. Traktir dong."

Selatan mengibaskan tangan. "Ambil aja yang lo pada mau. Ambil puas-puas."

"Wow, Selatan Kafin Prasetya. Selamat!" Suara familiar tersebut membuat kelima cowok itu langsung menoleh serempak. Mereka menatap cowok berkemeja flanel yang menghampiri, membuat kelimanya tercengang. "Lanjutin aja makannya," lanjutnya sambil memutar-mutar kunci di dalam jari telunjuknya.

"Lagi makan, kan?"

"Lah, emang dari tadi kita pada ngapain? Buang air?" celetuk Lintang.

"Ada apaan, nih?" El yang baru kembali bergabung setelah menggoda para cewek langsung terkejut saat melihat ada cowok berflanel itu. "Loh, sejak kapan si penuduh ada di sini?"

"Baru aja nyamperin itu curut."

"Oh, pantes langit gerimis."

Cowok itu berdecak sinis. "Penuduh apanya? Temen lo yang salah. Dan, gue datang mau balas dendam adik gue."

"Emang adik lo dendam? Lo aja kali," sahut Lintang.

"Biasa, bocil," Gugun menimpali.

"Biasa apa?! Ini masalah nyawa bego!" Cowok itu membentak.

"Kalau lo nggak egois dan gegabah, pasti sekarang kita masih temenan, Daffa," kata Bisma.

"Najis," sahut Daffa sinis.

"Lo mau apa? Dengan pindah ke sekolah gue, lo mau balas dendam ke siapa? Utara?" tanya Selatan tanpa ekspresi dan langsung to the point.

Sebelah alis Daffa meninggi. "Gue tantang lo balapan sekarang."

"Oke," setuju Selatan tanpa banyak berpikir. Ia langsung berdiri dan menuju ke mobil sport hitamnya

"Daff, Selatan nggak salah. Lo denger dulu penjelasan dia," ucap Bisma menahan lengan Daffa. "Nggak usah kayak anak kecil, lo."

"Apa? Udah jelas sore itu." Daffa menyentak tangan Bisma dan menuju ke mobilnya.

***

Halte kini sudah kosong, kali ini Utara tidak mau lagi menunggu Selatan dan Alana seperti di gazebo waktu itu, ia lebih memilih menunggu di sini. Menjuntaikan kaki bosan, Utara mendongak. Ia melihat awan di langit yang menggumpal seperti akan turun hujan. Sudah hampir satu jam Utara menunggu, tapi belum ada tanda-tanda Selatan datang.

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang