BAB 59

69.5K 8.6K 5.9K
                                    

Absen dulu hehe, pake emot 😎ini biar kece, azekkkk

Tanta! Challenge menembus 1k komentar! Apa kalian bisa??

~H A P P Y R E A D I N G~
T A N T A

[.]

[.]

[.]

Malam ini langit cerah, buktinya banyak bintang-bintang bertaburan.

Hawanya tidak panas, juga tidak dingin. Atmosfer arena balap kali ini pun terasa sangat berbeda setelah Daffa mengucap selamat atas kemenangan Selatan yang baru saja melintasi garis finish. Bukan hanya mengucap selamat, tapi dia juga bertos ria, bertos bahu bersama Selatan seolah mereka adalah teman akrab seperti dulu. Api permusuhan selalu terhunus melalui dua iris matanya yang tajam.

"Lo kenapa?" tanya Selatan. Tidak hanya terkejut, tapi ia juga heran dengan reaksi Daffa. Beberapa hari lalu, cowok itu datang dengan senyum dan wajah sinisnya, tapi kali ini berbeda. Daffa yang Selatan rindukan, dan Daffa yang teman-temannya rindukan.

Apa kembali ingin berteman? Setelah tuduhan, dan niat balas dendamnya?

Daffa mengusap tengkuknya. Biasa, laki-laki terkadang selalu gengsi dan kaku untuk meminta maaf saat sedang bertengkar. Setelah pembicaran waktu itu bersama Utara di mobil, Daffa seperti mendapat sebuah cahaya dan ketenangan.

Kiana, yang hadir dalam mimpinya juga membuat hatinya merasa ringan, tidak ada beban untuk membuatnya terus berambisi balas dendam. Rasanya, ia tidak tega jika melukai Utara untuk sasaran balas dendam, sementara cewek itu masih bisa berdiri tegak di tengah lukanya.

Meskipun kedua orangtua Daffa masih hidup, tapi kasih sayang mereka sudah mati. Daffa bisa merasakan apa yang Utara rasakan, pasti menyakitkan. Rasanya seperti ia kehilangan Kiana.

"Gun, jagung bakar, kuy," ajak Daffa membuat Gugun terkejut.

"Lo, Daffa, kan?" Lintang bertanya sedikit ragu. Cowok yang sudah dua tahun menghilang dengan api permusuhan itu, hari ini ingin berkumpul bersama mereka lagi? Ini Daffa atau ia terbentur lalu amnesia dan melupakan dendamnya?

Tidak bisa dipungkiri kalau ada sepercik bahagia di hati Gunawan Rahidan. Setelah sekian lama, akhirnya Daffa kembali mengeluarkan kalimat yang sering ia ucapkan ketika melihat penjual jagung bakar di tepia trotoar. Kalau diingat-ingat, Daffa itu yang paling sering traktir jagung bakar di arena balap.

"Lo kesambet, Daf? Terharu Akang." Gugun mencoba untuk mengubah atmosfer yang kaku dan canggung itu.

"Lo semua juga, yok! Karena Selatan menang, gue yang traktir jagung bakar," kata Daffa lagi. Begitupun sebaliknya, kalau Daffa menang, maka Selatan yang traktir jagung bakar.

Itu dulu, saat pertemanan mereka baik-baik saja. Namun sekarang berbeda, dan malam ini Daffa seolah kembali seperti dulu. Percikan dendam itu seolah tidak pernah ada.

"Apa maskud terselubung dari ini?" tanya Selatan curiga. Tidak hanya di arena balap, tapi di sekolah hari ini pun Daffa menunjukkan gelagat yang aneh. Bisa saja, kan, ini strateginya untuk balas dendam?

"Udah, Tan, kuy, ajalah. Udah lama si Dapot nggak traktir kita," kata Bisma menengahi. Mungkin saja, kan, si Daffa ingin kembali dan memperbaiki apa yang terjadi, tapi tidak bisa langsung diucapkan lewat lisan? Ekspresi Daffa yang membuat Bisma yakin, matanya tidak bisa berbohong.

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang