BAB 50

62.3K 8.3K 3.1K
                                    

^Selamat Membaca, Tanta Readers!^

.

.

...

"Sepuluh menit. Kalau lambat, tinggal."

Utara yang baru mengambil handuk lantas terbirit-birit menuju kamar mandi. Utara lagi dan lagi bangun kesiangan. Sebut saja back to the routine. Mana jam pertama hari ini adalah bahasa Jepang, gawat jika terlambat karena harus berurusan dengan bu Geni, sesepuh bu Indut yang killer.

Utara menimpuk kepalanya saat baru ingat tentang tugas minggu kemarin yang belum ia kerjakan. Kalau terambat begini bisa tidak sempat nyontek jawaban. Ia semakin mengeluarkan bakatnya untuk cepat bersiap-siap.

"Uta cepetan!"

"Iya, sabar!" Setelah keluar dari kamar mandi dan berpakaian, Utara mengingat rambutnya asal. "Bedak mana bedak!" Utara semakin gelagapan sendiri karena di luar sana Selatan mulai hitung mundur. "Sat—"

"Selesai." Utara keluar kamar seperti orang yang habis lari maraton.

Selatan berdecak. "Kebiasaan." Ia merapikan kerah baju Utara yang naik sebelah.

"Lo juga sama, wleee." Utara memeletkan lidah, lalu memperbaiki tatanan dasi milik Selatan yang miring. "Udah selesai," ucapnya.

Setelah mencomot roti di atas meja. Keduanya lalu berpamitan hanya pada Bunda karena Ayah sudah berangkat lebih dulu.

***

Sepulang sekolah, Utara langsung pergi ke rumahnya, rumah Mama. Bukan untuk kembali menangis, tapi mengambil sebuah karton yang berisi delapan peraturan miliknya. Utara tersenyum memandang suasana kamar Mama yang hening. Ia menutup pintu dengan kelopak mata yang memanas.

Utara menggeleng. "Mama sudah bahagia, nggak merasa sakit lagi."

"Eh, ada Uta?"

Utara terkejut saat melihat Mang Dede menyembul dari balik pintu utama.

"Mang Dede ngapain?"

"Biasa... Mau merawat kebun, terus liat rumah nggak ditutup rapat."

Utara mengangguk-angguk. "Oohh."

"Ini teh apa?" Mang Dede menunjuk karton yang Utara pegang.

"Oh, ini. Kertas peraturan, Mang. Uta pergi ke seberang dulu, ya. Makasih udah rawat bunga Mama. Daaah Mang Dede." Utara langsung berlari ke rumah seberang.

Benar kata Vira waktu itu, kalau peraturan itu akan dipajang kembali.

Utara memotong lakban, lalu menempel di bagian atas karton. Ini adalah cara untuk kembali mensejahterakan bumi utara.

"Woi, bocil, ngapain lo?" Selatan menuruni tangga dan menghampiri Utara.

Delapan peraturan!

"Oh, sini gue bantu," kata Selatan membuat Utara terbelalak.

"Lo nggak sakit, kan?" Utara menempelkan punggung tangannya di kening Selatan.

"Apa, sih!" gerutu Selatan sebal.

"Diabetes lo?"

"Astagfirullah." Selatan mengambil alih gunting dan lakban di tangan Utara, berusaha ikut membantu. Utara mengulum senyumnya. Selatan membantu cewek itu menempelkan karton peraturan itu lagi.

"Gue taruh sesuatu di nakas kamar," ucap Selatan yang baru selesai menempel potongan kecil lakban di bagian atas secara keseluruhan.

Utara menoleh dengan tatapan penuh curiga. "Kejahatan apalagi yang sedang lo rencanai?"

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang