BAB 14

76.7K 10.4K 680
                                    

Happy Reading

.

.

Hari ini hari libur, Utara yang notabenenya penggemar berat warkop DKI sudah bangun dan selesai membersihkan kamar sejak pukul sembilan tadi. Dan sekarang waktunya menonton.

Utara keluar kamar, berucap syukur dalam hati karena Selatan belum nangkir di sofa ruang keluarga. Selatan itu kalau sudah dapat remot, nggak mau berbagi. Utara ke sana kemari mencari benda persegi panjang, remote untuk menyalakan tv.

"Kok nggak ada."

Utara sibuk mencari, mengangkat bantal-bantal, sampai ke majalah Ayah yang ada di atas meja, bawah meja, bawah sofa. Nihil.

"Di mana, ya?" Utara garuk-garuk kepala.

"Nggak mungkin, kan kalo di curi dedemit."

"Nyari ini, ya lo?" suara tawa Setan- maksudnya Selatan menggema. Cowok itu berdiri di puncak tangga menuju lantai dua sambil memegang benda persegi panjang hitam yang Utara cari.

"Pinjem woi! Gue mau nonton."

"Enak aja, tv punya gue, dan gue juga mau nonton," Selatan menuruni tangga.

"Heh, gantian dong, masa lo melulu yang nonton. Gue juga mau."

"Rumah, rumah gue, tv, tv gue. Semua yang ada di sini punya gue, ya suka-suka gue lah. Lo cuman numpang di sini. Oke? Ata selalu menang dari Uta, begitu seterusnya."

"Awas aja lo."

"Apa? Mau ngelapor? Bocil." Selatan mengambil duduk di sofa, sambil mengemil snack-nya. Sedangkan Utara hanya duduk diam dengan wajah datar.

"Gak usah ngiler," Selatan menyodorkan bungkus snack-nya.
"Siapa juga yang ngiler." Tapi Utara tetap mencomot snack milik Selatan, sampai separo malah.

"Wah... Senangnya melihat anak-anak akur." Bunda yang baru keluar kamar langsung bermimik takjub seolah melihat keajaiban dunia ke delapan.

"Kok lo mintanya banyak sih?" Selatan menatap bungkus snack-nya dan wajah Utara bergantian.

"Kan lo nawarin."

"Ya nggak harus banyak lah."

"Lo nggak bilang gak boleh banyak."

"Tau ah, dasar bocil."

Bunda menghela napas. Keajaiban itu tadi seperti gerhana matahari total, indahnya hanya sesaat, tapi menunggunya butuh proses yang panjang.

Selatan tetap tidak mau berbagi remote, dan menayangkan film Transformers yang tidak Utara tau alur kisahnya. Coba saja di channel itu tayang film horror, biar mampus dia.

Utara lebih memilih membantu Bunda memasak, walaupun dia tidak berbakat memasak, setidaknya Utara ada membantu. Kan gak enak kalau Bunda sendiri yang masak.

Selatan selonjoran di sofa sambil ngemil.

"Lo bantuin Bunda dong, nyapu kek apa kek, pel rumah kek," kata Utara menghampirinya.

Selatan menoleh. "Siapa lo? Bunda aja gak pernah nyuruh gue."

"Ketos kok gak punya inisiatif."

"Di sekolah gue Ketos, di rumah gue Bos."

Ada ya seperti itu?

ADA! SELATAN!

"Bantuin lah, masa lo gak kasian sama Bunda. Udah capek kerja, pulang ngurus rumah, anak satu-satunya gak berguna, kasian Bunda."

"Gak berguna kepala lo. Liat tuh." Selatan menunjuk lemari kaca di samping tv tancap, di mana berjejer piala yang dia dapatkan, juga medali kejuaraan. "Gak berguna? Lo punya sebanyak itu gak?"

Utara memutar mata malas mendengar kesombongan Selatan yang tidak pernah ada habisnya dari sejak kecil. Utara jadi teringat waktu kecil dulu di mana Selatan yang baru beli pensil warna baru berlari-lari ke rumahnya cuman buat pamer, lalu lari-lari ke rumahnya cuman buat pamer tembakan air.

"Sombong lo masih sama, ya?"

Selatan menyeringai, "Nggak Selatan kalo nggak sombong. Lo kan ada di sini, numpang di rumah gue, gratis, lo aja lah yang nyapu, ngepel, beres-beres."

"Ata," suara bariton khas Ayah itu membuat Selatan duduk dari rebahannya di sofa. Melihat Ayah yang baru keluar dari ruang kerja.

"Nggak boleh gitu sama Uta," kata Ayah sambil menggerkan jari telunjuknya ke kanan kiri. Senyum penuh kemenangan langsung tebrit di bibir Utara. 

HAHAHAH! MAMPUS LO! Utara bersorak dalam hati.

Selatan mendengus malas, kenapa Ayah harus ikut perdebatan mereka dan berpihak pada Utara, Bunda juga. Selatan merasa anak tiri di rumah sendiri. Selatan harus baik-baik sama Ayah, soalnya dalam bulan ini dia akan kembali turun ke jalan, bukan untuk minta bantuan sukarela, tapi untuk balapan. Tanpa Ayah, Selatan akah kesusahan untuk mencari strategi keluar rumah, apalagi sekarang ada Utara, cewek itu juga pasti ember.

"Uta, Ata, ayo makan!" seru Bunda dari meja yang sudah siap hidangan.
Selatan bangkit dan berlari membalap Utara sebelum kursinya didarati bokong Utara lebih dulu. "Gue duluan, Ata selalu menang dari Uta, begitu seterusnya." Selatan menatap Utara sinis. 

Utara vs Selatan, begitu seterusnya sampai rumah Sepongebob berubah menjadi terong.

_____

Selanjutnya atau selanjutnya?
Semoga kalian sukaaa
Always makasiiii buat yang udah baca
Tetap behat yaa pembaca Uta dan Ata
Luvvvv u gyussss

Berjumpa lagi dengan mereka di bab berikutnya...

Sweet Regards

Phinku

"Jangan lupa bersyukur hari ini"

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang