BAB 12

78.9K 11.2K 604
                                    

^Happy Reading^

.

"Muka lo kenapa kayak orang nahan beol?" celetuk Fahri yang baru datang bersama Ribi lalu mengambil duduk di kursi hadapan Utara, dan Ribi mengambil kursi di depan Erina sambil membawa mangkok yang kali ini bukan mie ayam, melainkan rujak, lagi diet katanya.

Omong-omong, Ribi dan Fahri itu sahabat Utara dari kelas 10 yang berbeda kelas. Mereka berdua anak IPA 5, Utara dan Erina anak Bahasa 2. Walaupun berbeda kelas, itu tidak menggangu hubungan pertemanan mereka.

"Biasa," shut Erina. Saking seringnya, melihat wajah Utara berkilat api dan siap menelan orang hidup-hidup, tidak lain pasti karena Selatan.

"Lo tau kan gue tinggal di rumah dia?" tanya Utara, dan Fahri mengangguk. Utara ada bilang di grup chat mereka.

"Nyebelin banget sumpah, masa dia gak mau bagi-bagi nonton tv? Suka putar musik keras-keras gak kenal waktu. Kalau gue jadi Bunda udah gue gampar, tapi Bunda malah biarin aja dia konser di kamar atas, mana tuh dedemit cowok pelit lagi, masa gue mau minta kuaci aja disuruh bayar. Pretttt! Pas dia ngambil lolipop gue aja kayak milik sendiri," cerita Utara dalam sekali tarikan napas.

Fahri bingung harus merespon apa, kalau Utara mendumel tentang Selatan, maka dia hanya mendengarkan. Paling cuman sebentar, nanti Utara balik lagi ke mode biasanya, lalu balik lagi mengomel tentang Selatan ini lah, Selatan itu lah, begini, begitu, seperti itu seterusnya sampai rumah Spongebob berubah jadi terong.

"Itu dia!" Tiba-tiba Ribi menyeru, kedua telapak tangannya menangkup di pipi, tatapan Ribi terlihat kalau dia sedang terlena.

Utara mengikuti arah pandangannya, mendapati rombongan Selatan bersama empat dayangnya, dan yang paling nyentrik adalah cowok berwajah arab tipis dengan ukulele di tangannya karena paling heboh diantara yang heboh.

"Gantengnya... Selatan bener-bener idaman gue..." Ribi geleng-geleng takjub.
"Kok lo malah belain dia sih?" tanya Utara setengah kesal.

Ribi mengibaskan tangan di udara. "Siapa coba yang nggak tertarik sama Selatan? Gak waras. Tara, ayo kita hurupan, biar gue yang tinggal di rumah Selatan."

"Apaan dah lo, temannya lagi berduka gara-gara si setan, bukannya di suport kek apa kek gitu, ini malah ngebela pihak musuh," Utara misuh-misuh.

"Gue di pihak lo, tapi kalau masalah Selatan gue tuh salah satu dari banyaknya cewek SMA Rajawali yang terpesona sama dia."

"Yaudah, sana lo ikutan dia aja."

"Dih, kok lo jadi ngusir gue sih? Suka-suka gue dong sukanya sama siapa," sahut Ribi.

"Kok malah lo berdua yang berantem?" Fahri mijat pangkal hidung. Selalu saja berujung seperti ini, padahal hanya karena topik Selatan. Kalau sudah berantem adu mulut, maka Fahri akan berperan menengahi. Sedangkan Erina hanya diam, tapi kalau sekali ngomong dia itu kayak ngomong sama bola ajaib, perkataan Erina pasti benar dan terjadi.

"Ribi sih, dukung si Bekantan." Utara mengaduk malas jus jeruknya.

Lain kisah di meja Selatan. Gugun, cowok itu berdiri di atas kursi, lalu mulai memetik senar ukulelenya.

"Sik asik sik asik kenal dirimu, sik asik sik asik dekat denganmu, serasa si hati ber bunga-bunga..."

Utara menolehkan kepala ke belakang bertepatan Gugun menunjuknya sambil menyanyikan bait lagu. Utara bergidik geli campur jijik.

"Seakan menjadi... Jadi apa?!" seru Gugun.

"Jadi pacarmu!" sorak serempak teman-temannya. Seluruh manusia di kantin merasa terhibur setiap kehadiran Dayang Boys. Kenapa disebut Dayang Boys? Karena mereka selalu bersama, berjalan di belakang Selatan seperti dayang pengantin, dan gesrek.

Utara melepas sepatunya, lalu mengangkat untuk mengancam Gugun. Cowok itu langsung melompat turun dari kursi.

"Ampun Tara, jangan banting abang," kata Gugun duduk alon-alon ke kursi.

"Tan maju Tan," Lintang mendorong-dorong Selatan untuk duel dengan Utara.

"Sikat!!!"

"Eaaaa!"

"Sik asik sik asik Eaaa!!"

"Bacot lo pada!" seru Utara memberikan jari manisnya, hampir saja sepatu melayang jika tidak ada suara yang mengintrupsi aksinya.

"Tara." Utara menoleh ke belakang dengan mata yang berkilat.

"Apa lo!" sahut Utara galak.

Keenan meringis kecil, tidak tau salahnya di mana, malah kena bentak.

OMG KEENAN!! Utara menjerit dalam hati.

"Mampus," gumam Fahri melihat itu. "Drama apa lagi ini..."

"Eh, maaf, Ken. Gue kira lo orang gila," kata Utara dengan mimik tak enak.

"Emang di sekolah kita ada orang gila?" tanya Keenan.

Utara mengangguk cepat, "Ada, itu," Utara menunjuk meja teman-teman Selatan yang lagi heboh ketawa-ketawa entah membicarakan apa.

"Oiya, btw gue mau bilang makasih, berkat lo nongol di vlog gue waktu itu, viewers gue naik drastis, terus banyak yang suka sama lo."

Utara refleks menutup mulut menggunakan tangan. "Serius? Aaaa! Selamat, yaaa." Utara meraih tangan Keenan, menjabatnya.

"Lo mau pulang bareng gue gak nanti?"

Kayang! Utara mau melompat-lompat di atas meja, berguling-guling andai kata dia tidak punya tata krama.

"Boleh," kata Utara sok kalem.

"Oke, nanti tunggu di halte ya..."

Utara mengacungkan jempol.

Tanpa Utara tau sedari tadi Selatan memperhatikannya lamat-lmat. Sampai Gugun menyenggol tangan Selatan.

"Cemburu lo, dugong?"

Selatan menggeleng, "Dih, sorry nih, ya. Ngapain gue cemburu? Gue masih waras."

"Biasanya pas udah jadian sama orang baru nyadar kalau suka," celetuk Bisma.

"Kayak cinta datang terlambat gitu, ya?" El ikutan.

Erina yang memperhatikan Keenan sejak kemarin, merasa mendapat sebuah sinyal. "Perasaan gue gak enak," kata Erina membuat tiga temannya menoleh ke arahnya.

"Ra, hati-hati ya, jangan baperan," pesan Erina setelah Keenan pergi.

"Gimana gak baper, gue aja suka dia dari lama," sahut Utara.

"Tara disenyumin Keenan aja mikirnya tuh cowok suka sama dia," celetuk Ribi.

"Nah bener," Utara tertawa.

"Ya, tapi hati-hati aja," kata Erina mengingatkan.

Apakah Utara juga sangat ceroboh tentang masalah perasaan?

_____

Menurut kalian mereka gimana?
See u next part! ^ ^
Makasihhhh banyak buat yang udah baca

To be continue

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang