S2 Part 02~Hello! Sad Girl

975 143 110
                                    

Irene meregangkan otot-otot tubuh kakunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irene meregangkan otot-otot tubuh kakunya. Terpaan sinar mentari seolah membutakan retina, hingga membuatnya tak sanggup membuka kelopak mata. Selimut tebal membalut tubuhnya sampai ke leher, sementara bantal putih empuk yang menyangga kepala terasa sangat nyaman. Ditambah aroma sprei makin membuat ia betah berlama-lama di tempat ternyaman-bagi kaum rebahan.

Namun kemudian kelopak indah itu terbuka lebar kala teringat perihal rapat kantor pagi ini. Segera ia melompat dari kasur, dengan cepat melesat ke kamar mandi.

Tak butuh waktu lama bagi Irene untuk menyelesaikan acara mandinya. Sekarang ia telah duduk manis di meja makan sambil menikmati semangkuk sereal yang ia racik tadi.

"Berangkatmu sepagi ini?"

Irene menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Seon Ho yang baru saja datang dari arah luar. Ujung-ujung rambut setengah basah dengan handuk kecil dilehernya, cukup untuk mendeskripsikan jika pria itu usai jogging- aktivitas yang rutin dilakukannya tiap pagi.

Irene mengangguk, "Jam rapat dimajukan lebih awal."

"Sesibuk apapun itu, jangan lupakan peranmu sebagai seorang ibu. Yerin masih butuh banyak kasih sayang darimu."

Wanita ini mengernyit heran, lantaran saudaranya ini mengatakan hal yang tak biasa. Hidayah apa yang didapat, sampai-sampai membuat Seon Ho menjadi sebijak itu?

"Tidak akan lama, sebelum jam makan siang aku pulang," balas Irene lalu menyantap sesendok terakhir sereal miliknya. "Jadi, aku nitip Yerin sebentar."

Seon Ho berdecak, "Aku jauh-jauh kemari bukan untuk beralih profesi menjadi babysitter."

Ia menghembuskan napas berat. Bukan karena tidak mau. Saat ini ia masih dalam masa cuti kerja, jadi tak masalah jika harus menjaga Yerin seharian. Akan tetapi sikap Irene yang mulai sibuk dengan urusan pribadinya, membuat Seon Ho agak kecewa.

"Upahmu akan kutambah nanti, jangan khawatir."

"Bukan itu yang kupermasalahkan. Aku hanya kasihan pada Yerin," tegas Seon Ho. "Bagaimana bisa seorang ibu lebih mengutamakan pekerjaan daripada anaknya sendiri?"

Irene terdiam. Tangannya bergerak meraih gelas susu lalu meneguknya sampai tandas. Jujur, ia terlampau malas untuk meladeni ocehan Seon Ho yang sudah tak asing lagi di telinga. Pria itu kerap kali menyudutkan dirinya dengan asumsi yang sama. Kata 'tidak peduli' itu sangat kurang tepat. Seon Ho mungkin tak merasakan betapa sulitnya berperan sebagai wanita karir dan orang tua tunggal sekaligus.

"Lalu siapa lagi yang bakal meng-handle perusahaan? Lagipula aku juga tidak pernah full time di kantor, kecuali jika memang ada urusan mendesak."

"Oke, aku tahu dan aku paham soal kesibukanmu, tapi-"

"Pada intinya kau hanya perlu menjaganya sebentar," potong Irene cepat. "Aku harus pergi karena ini sudah hampir terlambat." Ia mengambil tas selempangnya kemudian berlalu dari hadapan Seon Ho begitu saja.

180 DAY'S || SURENE FAN-FICTION ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang