"Love exists out of habit. Is not it?"180 Day's
.
.
.Setelah memarkirkan mobilnya, Suho dan Irene segera keluar dan berjalan masuk ke dalam restoran. Keduanya nampak sangat serasi. Suho memakai setelan tuxedo warna hitam dan Irene yang terlihat menawan dengan balutan dress hitam panjang. Rambutnya yang dibiarkan terurai bebas menambah kesan elegan serta mewah.
"Lihatlah, bintang utama kita baru saja datang!" seru Hae Jin begitu melihat pasangan ini masuk.
Suho berusaha tersenyum ramah, menyapa setiap orang-orang di sana. Ia menggenggam telapak tangan Irene lalu menariknya menghampiri Hae Jin. Ternyata di situ juga sudah ada Sung Wo dan Yeon Jo--orang tua Irene. Namun, ia tak melihat keberadaan sang ibu--Ye Won.
"Maaf, Pa. Kita sedikit terlambat karena kejebak macet tadi," ujar Suho menunduk sopan. "Mama tak ikut?"
"Dia tidak bisa datang. Ada keperluan mendesak katanya."
Suho mengangguk paham. Sekilas ia melihat sekeliling, rata-rata yang hadir dalam fine dining malam ini adalah relasi-relasi bisnis Hae Jin dan sebagian investor pasti baru, karena wajah-wajah mereka yang tampak asing baginya. Ia tersenyum simpul, paham kenapa ayahnya memaksa dia dan Irene hadir. Apalagi kalau bukan karena popularitas?
Membangga-banggakan putra tunggalnya dan memamerkan menantu cantiknya, demi meraup keuntungan. Sejak awal sebenarnya Suho tahu, jika alasan utama perjodohan ini tidak lain dan tidak bukan demi kepentingan bisnis semata. Kebencian itu kian menjadi, saat tahu jika Hae Jin lah yang membuat Jisoo pergi meninggalkannya.
"Oh, welcome Mr. Jackson," sapa Hae Jin pada seorang laki-laki jangkung yang berjalan mendekat ke arah meja mereka.
Pria berambut hitam legam, dengan setelan jas warna dongker gelap. Wajahnya tegas, penampilannya terkesan berkelas, dan langkahnya sangat berwibawa. Pria ini tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi putihnya. Ia membalas uluran tangan dari Hae Jin seraya menunduk sopan. "Suatu kehormatan bagi saya diundang ke acara makan malam ini, Tuan Hae Jin," ujarnya ramah.
Berbeda dengan gadis ini. Tubuh Irene membeku seketika begitu melihat sosok yang kini berdiri tak jauh di hadapannya. Tangannya mengepal erat dan rahang menegang. Sorot matanya datar. Emosinya kian tersulut, terlebih saat mendapati pria bernama Jackson itu tersenyum miring ke arahnya.
"Irene-ah, apa kamu sakit? Kenapa wajahmu nampak pucat?" tanya Yeon Jo yang menyadari perubahan sikap putrinya.
Irene menggeleng sambil memberikan setengah senyum, "Umm, a-aku izin ke toilet sebentar," ujarnya lalu melenggang pergi.
Gadis ini menyalakan kran wastafel lalu membasuh mukanya. Tak peduli jika itu membuat riasannya sedikit berantakan. "Sialan!" umpatnya. "Kenapa pria itu bisa di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
180 DAY'S || SURENE FAN-FICTION ||
FanfictionIni kisah Romeo yang tak menginginkan kehadiran Julietnya. Bukan cerita romantis seorang Pangeran yang jatuh cinta dengan Cinderella pada pandangan pertama. Hanyalah sepenggal kisah lika-liku perjalanan rumit Kim Suho dan Bae Irene dalam skenario...