Bangun lebih awal di akhir pekan adalah hal yang cukup menyenangkan bagi wanita cantik bermarga Bae ini. Terbebas sejenak dari pekerjaan kantornya yang cukup padat dan bisa menghabiskan waktu seharian penuh bersama putri kesayangannya.
Irene meregangkan otot tubuhnya yang kaku sambil menguap. Beranjak dari peraduan, lalu menyibakkan tirai jendela kamar. Matanya menyipit tak kala sinar fajar terasa menyilaukan. Berdiri tegap mematung, memanjakan penglihatan dengan pemandangan elok di luar sana. Ia menghembuskan napas panjang lantas tersenyum cerah.
Selamat pagi dunia tipu-tipu.
Selamat pagi wahai para penikmat halu.
Terimakasih banyak untuk mimpi indahnya semalam.
Irene bermonolog dalam hati. Dirasa cukup puas ia kemudian menolehkan kepala, ke arah ranjang kecil Yerin. Dan lagi-lagi kedua sudut bibirnya mengembang kala mendapati malaikat kecilnya itu masih tidur terlelap. Tenggorokan yang terasa kering mendorong langkahnya keluar kamar-menuruni tangga-menuju ke dapur.
"Woah, tumben Seonho Oppa masak sebanyak ini," ujarnya terheran-heran mendapati hidangan-hidangan yang tertata rapi di meja makan. Diambilnya sepotong gimbab dari salah satu piring dan melahapnya.
Ceklek
Suara pintu terbuka dari arah luar. Memunculkan seseorang dengan celemek warna biru muda, masuk rumah sambil membawa keranjang sampah kosong di tangan kirinya. Namun Irene mencoba acuh tak acuh dan tetap terfokus pada makanan-makanan tersebut.
"Sudah bangun?" tanya orang tadi yang berjalan menghampiri Irene.
Wanita ini mengangguk mengiyakan pertanyaan itu. Ia kembali meneguk air mineral yang tinggal separuh gelas seraya menoleh ke arah sumber suara.
Byur
Belum sempat tertelan, tiba-tiba saja minuman itu tanpa sengaja menyembur keluar, membasahi muka seorang laki-laki yang kini berdiri tepat di hadapannya. Irene sedikit terbatuk-batuk dan kedua iris matanya terbelalak seolah belum percaya dengan apa yang ia lihat sekarang.
"Suho?"
"Apa ini caramu menyambut kehadiranku?" ujar pria ini seraya menyeka wajah dengan lengan bajunya.
"Maaf, a-aku tidak sengaja."
Sekedar melempar senyum tipis, Suho meletakkan keranjang sampahnya di sudut ruangan, lalu mencuci tangan di wastafel. Sedangkan wanita ini masih tetap pada posisinya, tak bergerak barang se-senti pun.
Tolonglah Dewa Mimpi... hentikan semua ini sekarang juga. Irene sudah cukup lelah dengan segala harapan semu yang akhirnya berakhir pada mimpi indah sesaat. Lamunannya buyar ketika melihat sosok pria lain yang tengah berjalan mendekat padanya.
"Oppa!" serunya tiba-tiba. "Kau bisa melihatnya?" Irene menunjuk ke arah Suho yang masih berkutat dengan beberapa perabotan kotor di sana.
"Dia adikku... Kim Suho. Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
180 DAY'S || SURENE FAN-FICTION ||
FanfictionIni kisah Romeo yang tak menginginkan kehadiran Julietnya. Bukan cerita romantis seorang Pangeran yang jatuh cinta dengan Cinderella pada pandangan pertama. Hanyalah sepenggal kisah lika-liku perjalanan rumit Kim Suho dan Bae Irene dalam skenario...