S2 Part 12~ U

1.3K 121 73
                                    


Selamat reading😊

Awal bermula, ini soal kekaguman. Bukan soal perasaan, yang muncul beberapa waktu kemudian.
.
.
.

Rumah besar itu nampak sunyi. Satu lampu pun tak berpijar dan menyisakan keremangan. Suho tak menutup jendela dengan tirainya. Pendingin ruangan pun tak dinyalakan seperti lazimnya saat ia berada di rumah.

Irene bisa memaklumi akan hal yang satu itu, lantaran musim gugur telah menanti di penghujung bulan. Terlebih lelaki itu memang tidak begitu suka dengan hawa dingin. Tetapi ini tidaklah seperti biasanya. Perasaannya mengatakan bahwa suasana hati Suho sedang tidak baik.

Setelah lampu dinyalakan, Irene dapat bernapas lega. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Terlihat sebuah koper yang terletak di sebelah kursi sofa dan satu tas kecil di atasnya. Sementara di meja makan tergeletak semangkuk ramyun yang sudah dingin dan sepertinya belum tersentuh sama sekali.

Waktu telah menunjukan pukul sebelas malam kala ia melirik jam dinding yang tergantung di ruang tengah. Suho adalah alasan terkuat kenapa Irene bisa berada di rumah keluarga Kim malam ini. Tidurnya tak nyenyak karena belum mendengar kabar dari Suho, bahkan ini belum genap 24 jam. Terkesan seperti istri yang posesif memang. Tapi begitulah adanya, Irene hanya ingin meluruskan kesalahpahaman. Itu saja.

Tungkainya melangkah cepat menaiki tangga menuju pintu kamar. Saat tangannya perlahan mendorong pintu kamar yang tertutup rapat, lagi-lagi Irene disambut oleh kegelapan. Segera ia menyalakan lampu redup di atas nakas, lantas menemukan sosok Suho yang tengah berbaring di atas tempat tidur. Satu lengannya diletakkan di atas kening hingga menutupi kedua matanya.

"Suho-ya...," panggil Irene lirih. Takut jikalau atensinya mengusik ketenangan pria itu. "Kau sudah tidur?"

Namun tidak ada jawaban. Saat digoyang-goyangkan tubuhnya, Suho tetap tidak merespon. Ia pikir lelaki ini memang sudah jauh terlelap, tapi saat hendak menyelimutinya, detik itu pula Irene menyadari sesuatu.

Ia tak melihat dada Suho yang bergerak naik turun layaknya orang bernapas sejak tadi. Bahkan saat ia menyentuh lengan kekar itu, suhu tubuhnya terasa dingin. Perasaan Irene makin tak tenang dan degub jantungnya mulai tak beraturan. Apalagi wajah itu terlihat pucat pasi.

"Suho-ya, kau bisa mendengarku?" paniknya sambil menepuk-nepuk pelan pipi Suho. "Apa yang sebenarnya terjadi padamu?"

Cepat-cepat Irene merogoh saku tasnya, mengambil ponsel miliknya dan langsung menekan panggilan darurat disana.

"Seseorang tidak sadarkan diri, tolong segera kemari. Secepatnya!"


●●●




"Overdosis?!"

Irene tak mampu menyembunyikan ekspresi terkejutnya setelah mendengar penjelasan dari dokter tampan berkacamata di hadapannya. Akal sehatnya tak mampu berpikir jernih, membuatnya sulit mencerna tiap bait yang dilontarkan oleh dokter muda itu.

"B-bagaimana bisa? A-aku bahkan tidak pernah melihatnya mengonsumsi obat-obatan selama ini."

Zhang Lay melepas kacamata lantas membuang napas berat. Mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan, dan kedua iris mata sipitnya menatap sejurus pada gadis itu dengan penuh keseriusan. Namun belum sempat bibir itu berucap, lagi-lagi Lay tertunduk seraya mengacak surai legamnya frustrasi. "Aishh! Dasar anak itu," desisnya kemudian.

"Kenapa?" Dahi Irene berkerut dalam. Hati kecilnya seolah berbisik, jikalau ini bukanlah hal baik. "Orang itu pasti tengah menyembunyikan sesuatu dariku, iya 'kan? Cepat beritahu aku!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

180 DAY'S || SURENE FAN-FICTION ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang