Enjoy for reading guyss😊
"Only you can make me breath, make me dreaming. Please unlock the locked door of my mind"
Only U~Yoo Seung Woo ft Heize
.
.
.
Suho masih menatap sengit pada lelaki berlesung pipi, yang kini sibuk melahap nasi goreng miliknya. Tatapan mengintimidasi itu bukannya membuat Seonho merasa ciut, melainkan hanya tersenyum tanpa dosa di hadapan Suho. Seolah-olah ia tidak menyadari kesalahan apa yang telah ia perbuat kali ini.
"Sorot matamu seperti ingin membunuhku," ujar Seonho. Ia meraih gelas air mineral lalu menegaknya hingga tandas. "Akhirnya kenyang juga. Terima kasih atas makan siangnya, ini sangat enak."
"Dan kau jauh-jauh kemari hanya untuk makan siang.... juga membuat kekacauan, Hyung!" Suho mendengus kesal. Ia menoleh ke arah Yerin yang duduk di lantai bermandikan pasta cokelat.
Lagi-lagi Seonho tersenyum lebar, "Masakanmu jauh lebih enak dan yang paling penting... gratis," celetuknya. "Masalah itu, Yerin sendiri yang meminta pasta cokelatnya. Dan aku juga tidak mengira, jikalau bayi ternyata pintar membuka botol."
"Mandikan dia sekarang!"
"Aku juga berniat begitu, tapi.... sebentar lagi jam makan siangku habis. Jadi bagaimana?" alibi Seonho yang berusaha menghindari tanggung jawabnya.
Suho mendengus, "Kalau begitu, bersihkan lantainya! Biar aku yang mandikan."
"Sebenarnya aku mau, tapi setelah ini aku ada patroli."
Well, yang berbuat salah siapa yang mengalah siapa. Suho enggan untuk lama-lama berdebat dan memilih untuk menghampiri Yerin, lalu meletakkan bocah itu di atas baby bouncer. Ia mengambil kain lap, kemudian membersihkan lantai yang terkena noda pasta cokelat.
"Ayah yang baik," ucap Seonho setengah memuji. "Setelah kupikir-pikir, ternyata kau banyak berubah sekarang."
Suho menghentikan aktivitasnya sejenak—mengernyit ke arah Seonho, "Maksudmu?" tanyanya.
"Angkuh, dingin, dan tak berperasaan mungkin itu memang sifat lahiriyahmu. Tapi setidaknya, kau tak se-brengsek dulu. Tidak mengherankan saat Irene bilang jika menikah denganmu adalah suatu kesialan terbesar dalam hidupnya."
Suho berdecih dan kembali melanjutkan kegiatannya. Seulas senyum getir yang terukir di wajahnya, menyiratkan jikalau kalimat tadi terasa sangat menyiksa batin. Rasa bersalah dan penyesalan itu kembali muncul, menyeruak memenuhi relung hati. Ini bukan yang pertama kalinya, semenjak pertemuannya dengan Irene kala itu, entah kenapa Suho sering merasakan hal ini secara tiba-tiba. Semesta seakan memberi pertanda, jika ada hal yang harus diselesaikan di masa lalu. Namun sayangnya ia tak tahu menahu tentang apa itu.
Pria ini sedikit terperanjat saat tangan seseorang menepuk pundaknya pelan. Ia lantas mendongak dan dilihatnya Seonho yang bersiap untuk pergi.
"Aku nanti tidak pulang, jadi lebih baik kau bermalam di sini," kata Seonho. "Lagipula mana ada suami-istri beda tempat tinggal?"
"Umm... aku masih sedikit canggung untuk hal itu, Hyung."
Seonho mengangguk, "Oke, aku paham dan tidak akan memaksamu tinggal. Saran dariku, sebaiknya kau hilangkan rasa canggungmu itu jika ingin hubungan kalian kembali baik-baik saja seperti dulu. Aku pamit, terima kasih banyak makan siangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
180 DAY'S || SURENE FAN-FICTION ||
FanfictionIni kisah Romeo yang tak menginginkan kehadiran Julietnya. Bukan cerita romantis seorang Pangeran yang jatuh cinta dengan Cinderella pada pandangan pertama. Hanyalah sepenggal kisah lika-liku perjalanan rumit Kim Suho dan Bae Irene dalam skenario...