Part 01~First Meet

1.8K 216 75
                                    


"Perpisahan yang mengharu biru itu mungkin lebih baik, daripada pertemuan yang tak pernah diharapkan."

~180 Day's~
.
.
.

Derap langkah pantofel yang bergesek dengan lantai marmer sangat mengundang perhatian. Semua orang berangsur menepi seolah memberi jalan, membungkuk hormat seraya melempar senyum ramah.

"Selamat pagi, Pak!"

Sapaan itu sepertinya tak diindahkan sama sekali. Pria berjas abu-abu ini hanya berjalan begitu saja tanpa kesan ramah sedikitpun. Datar dan menampakkan aura dingin. Langkahnya terhenti di depan sebuah ruangan-tangannya menggeser daun pintu-lalu bergegas masuk.

"Apa maksudnya ini?! Papa mau menjodohkanku?!"

Seorang laki-laki paruh baya terperanjat mendapati kemunculan pria ini. Diletakkannya koran yang baru dibaca lalu dilepaskan kacamata miliknya. Dilihatnya pria muda ini sambil menyunggingkan senyum lebar.

"Kamu sudah tahu? Padahal Papa ingin buat kejutan. Lalu bagaimana?"

"Apanya yang bagaimana, Pa? Kenapa tidak dibicarakan dulu denganku?" Pria bersurai hitam ini melonggarkan dasinya, kemudian menjatuhkan tubuh di atas sofa sampingnya. "Lalu Mama juga setuju?"

"Tentu saja setuju, Sayang," sahut wanita dengan dress hijau selutut yang baru saja keluar dari bilik kamar mandi. "Perjodohan ini memang sudah rencana kita sejak dulu."

"Tuan Hae Jin dan Nyonya Ye Won yang terhormat. Anakmu ini sudah dewasa. Bisa memilih pasangannya sendiri, tanpa harus dengan cara seperti ini!"

"Justru itu, Suho. Umurmu sudah lebih dari cukup untuk menikah. Kita berdua juga ingin lekas menimang cucu," balas Hae Jin yang kini sudah duduk di hadapan pria bernama Suho itu.

"Kalau aku menolak?" Suho melipat kedua tangannya di depan dada. "Perjodohan ini batal 'kan?"

"Terserah, tapi yang jelas undangan sudah tersebar." Ye Won tersenyum penuh kemenangan. Dilemparkannya sebuah surat undangan di hadapan Suho.

Manik mata sipit itu melebar kala membaca isi kertas di tangannya. "MINGGU DEPAN?! Apa kalian bercanda?!"

Pasangan suami istri ini mengangguk bersamaan. "Urusan tempat, dekorasi, dan segala macem sudah kita urus. Untuk fitting baju sama cincin, itu urusanmu sama calon istri kamu nanti," imbuh Ye Won kemudian.

Suho memijit pelipisnya. Ia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran kedua orangtuanya. Hal ini sangat mendadak. Baru beberapa jam yang lalu dirinya mendapat pesan dari sang ibu tentang rencana perjodohan, dan sekarang mereka mengatakan jika undangan telah disebarluaskan. Parahnya lagi pernikahan ini dilaksanakan minggu depan, tanpa ada konfirmasi dulu dengannya.

"Aku bahkan tidak kenal sama wanita itu, dan belum tentu juga dianya mau." Suho masih bersikeras mencari alasan supaya perjodohan ini dibatalkan. Tapi sepertinya itu sangat impossible.

"Dia sudah setuju, oleh karenanya nanti malam ada pertemuan keluarga. Alamatnya nanti Mama kirim, jadi kamu harus datang!" tegas Ye Won.

"Ingat, Suho. Jangan terlambat!" tambah sang ayah penuh penekanan.

Suho membuang napas berat, melepas dasinya kasar seraya bangkit dari duduknya. Ia menatap tajam pada Hae Jin dan Ye Won.

"Terserah! Lakukan semau kalian!"

Pria itu melengos pergi dan berakhir dengan membanting pintu cukup keras.

Di ruang kerjanya, Suho terduduk dengan posisi kedua kaki nangkring di atas meja. Ia memegangi keningnya yang terasa berdenyut karena mengingat hal tadi. Menjadi seorang CEO sudah cukup berat baginya. Impiannya menjadi fotografer harus kandas, karena sebagai putra tunggal mau tidak mau Suho harus mau meneruskan perusahaan milik ayahnya.

180 DAY'S || SURENE FAN-FICTION ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang