Acara makan malam kali ini berjalan lancar. Setelah semuanya selesai, mereka kini tengah berada di depan restoran untuk bersiap-siap kembali pulang.
"Irene, kamu pulangnya biar sama Suho. Dia tadi bilang katanya mau mengantarmu."
Sontak mata Suho membulat seketika. Ia menatap ke arah ibunya tanda tak setuju. Hatinya jelas-jelas menolak, menghadiri pertemuan ini saja sudah membuatnya jenuh. Dan sekarang dia dipaksa untuk mengantar pulang gadis ini.
"Itu kalau Suho tidak keberatan," balas Irene ramah.
"Tentu saja tidak, Rene. Kalian harus lebih dekat mulai sekarang." Ye Won tersenyum, mengedipkan mata pada Suho sebagai isyarat untuk segera mengantar Irene pulang.
Dengan senyum yang dipaksakan, pria itu pamit dan melangkah menuju mobil sports hitam miliknya. Begitupun Irene yang menyusul di belakangnya. Tak lama kemudian mobil itu pun melesat pergi menyusuri jalanan kota Seoul yang sudah tak terlalu ramai.
Sepanjang perjalanan, kecanggungan menyelimuti keduanya. Hening. Suho yang fokus nyetir dan Irene yang asik sendiri dengan ponsel miliknya. Karena tak tahan dengan suasana ini, Suho memilih untuk menyalakan player music-nya. Belum ada semenit, tiba-tiba alunan musik itu berhenti.
"Berisik!" tukas Irene datar dengan pandangan tak lepas dari layar handphone-nya.
Suho terkejut bukan main. "Apa maksudmu?" Ia sedikit tidak terima dengan tindakan yang dilakukan gadis ini. Menurutnya ini sangatlah tidak sopan.
"Musiknya mengganggu. Aku tidak suka kebisingan." Gadis itu berbicara tanpa menoleh sedikitpun pada Suho.
"Dimana sopan santunmu? Ini mobilku dan kamu itu cuma penumpang!" gertak Suho.
"Cih ... sombong," ejek Irene. "Kamu bisa putar nanti setelah aku turun 'kan?"
Rahang Suho mengeras. Raut wajahnya terlihat jelas menahan emosinya. Dia sedang malas untuk berdebat dengan siapapun, terutama perempuan ini. Jika bukan karena suruhan ibunya, mungkin sudah sejak tadi dia menurunkan Irene di tengah jalan.
"Alamatmu dimana?" tanya Suho malas.
Irene diam tak menjawab. Tangannya beralih menyalakan layar GPS mobil dan mengetikkan alamat tujuan di sana.
"Bisa baca GPS 'kan?"
Suho tercengang mendengar ucapan Irene yang terkesan meremehkan. Kesabarannya benar-benar sedang diuji kali ini. Dalam hati ia masih belum menerima fakta, jika ternyata perempuan ini yang bakal menjadi calon istrinya nanti.
Sekitar tiga puluh menit, mobil itu berhenti di sebuah rumah mewah bernuansa Eropa.
Bercat putih perpaduan abu-abu dengan air mancur di tengahnya. Sudah tidak salah lagi, rumah ini milik keluarga Bae.Irene merupakan putri tunggal dari pasangan Sung Wo dan Yeon Jo. Ayahnya seorang pemilik yayasan pendidikan terbesar di Korea dan ibunya juga seorang desainer terkenal.
Tanpa mengucapkan terima kasih, gadis itu turun begitu saja. Tapi sebelum keluar, ia mengeluarkan beberapa lembar uang dan di letakkan pada dashboard mobil Suho.
"Ongkos ganti bensin. Kembaliannya buatmu."
"Tidak perlu. Kau ambil lagi uangnya."
"Saya penumpang, jadi harus bayar!" Irene menekankan kalimatnya. "Jika tetap tak mau, kamu buang saja. Permisi."
Suho menatap kepergian Irene dengan geram. "Dia pikir aku sopirnya? Woah, cantik-cantik tapi sifatnya sangat buruk."
Pria itu tak habis pikir, Irene yang tadinya bersikap manis di depan keluarganya ternyata punya sifat menyebalkan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
180 DAY'S || SURENE FAN-FICTION ||
FanficIni kisah Romeo yang tak menginginkan kehadiran Julietnya. Bukan cerita romantis seorang Pangeran yang jatuh cinta dengan Cinderella pada pandangan pertama. Hanyalah sepenggal kisah lika-liku perjalanan rumit Kim Suho dan Bae Irene dalam skenario...