Mobil Ferrari silver baru saja terparkir di depan sebuah mansion mewah bergaya Eropa klasik, dengan cat dominan krem berpadu abu-abu tua. Terlihat dua orang yang turun dari mobil dan kedatangannya langsung disambut dengan baik oleh para pelayan rumah."Selamat datang, Tuan dan Nyonya," sapa salah seorang pelayan itu sopan.
"Terima kasih, Bibi Hwang. Tolong nanti bawakan koper kita ke kamar," titah pria berjas hitam ini yang kemudian langsung masuk, diikuti wanita dengan dress warna ungu di belakangnya.
Suho--pria ini begitu sampai di kamar, ia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas spring bed king size, sambil menghela napas lega. Wanita berambut panjang ini hanya menatapnya sinis, dan berangsur berjalan menelisik sekitar ruangan. Setelah dirasa puas, dia pun duduk di tepi ranjang lalu menyalakan AC.
"Kenapa dinyalakan?" tanya Suho dengan tatapan kurang suka.
"Aku gerah," jawab wanita bernama Irene itu singkat.
"Nanti matiin. Aku tidak bisa tidur dengan AC menyala."
"Ck," decak Irene, "aku tak bisa tidur tanpa AC. Karena kamu laki-laki, jadi mengalah saja."
Mendengar itu, Suho sontak bangkit dan menatap tajam ke arah Irene. Pertanda bahwa ia tak suka dengan keputusan sepihak gadis itu. "Ini rumahku, ini kamarku, dan ini AC milikku. Jadi, kau jangan seenaknya saja, Bae Irene-ssi," ucapnya penuh penekanan.
"Cih, apa kamu sedang menyombongkan diri?" decih Irene seraya membalas tatapan itu dengan tak kalah sinisnya. "Jangan terlalu egois jadi orang. Sudah sewajarnya laki-laki itu harus mengalah sama perempuan, bukankah begitu, Kim Suho-ssi?"
Oh, Tuhan ... hanya karena perkara AC, pasangan pengantin baru ini berdebat panjang lebar di malam pertama mereka. Cuma masalah kecil dan sangat sepele saja sampai jadi pertikaian, bagaimana untuk kedepannya nanti? Andaikan salah satu dari mereka bersikap dewasa dan mengesampingkan egonya, semua ini bakal selesai tanpa ada perselisihan.
Suho menyambar sling bag milik Irene yang kebetulan tergeletak di dekatnya. "Berikan remotenya, atau kubuang tas ini," ancamnya sambil tersenyum licik.
Iris wanita itu membulat sempurna, tentu saja ia marah. Karena itu adalah tas kesayangannya. Dibeli saat menghadiri fashion week di Paris, dan barang itu limited edition. "Kembalikan tasnya! Jika sampai lecet sedikit saja, aku ngga akan segan-segan menghabisimu!"
"Ambil sendiri kalau bisa."
Irene mulai melangkah perlahan, ketika jaraknya semakin dekat, ia paham jika ini hanya akal-akalan Suho semata. Melihat tangan pria itu yang hendak merebut remote yang dibawanya, dengan gesit menghindar. Namun karena kurang menyeimbangkan tubuh, alhasil ia terhuyung ke atas kasur, menimpa tubuh pria itu tanpa sengaja. Kedua hidung mancung itu hampir saja bersentuhan, dan posisi mereka saat ini nampak sedikit intim.
Dengan jarak kurang dari sepuluh senti, Suho dapat merasakan hembusan napas gadis itu. Aroma Cherry merasuk indera penciumannya terasa begitu manis. Iris cokelat dengan lipatan yang tak begitu dalam, hidung mancung serta bibir delima merekah. Cantik. Golden Ratio yang nyaris sempurna. Pantas saja gadis ini mendapatkan julukan Dewi Korea Selatan.
"Permisi ... oh, maaf Tuan, bukan maksud mengganggu. Saya hanya akan meletakkan koper-koper ini," ujar pelayan yang barusan masuk seraya menunduk sopan. "Kalau begitu saya permisi," pamitnya dan kemudian langsung pergi meninggalkan Suho dan Irene yang masih tetap pada posisinya.
"Bisakah kamu menyingkir dulu," perintah Suho datar.
Gadis itu pun segera menjauhkan tubuhnya. Sedikit merapikan kembali dress yang ia pakai, sambil berdehem pelan guna mengusir rasa canggung yang muncul tiba-tiba. Direbutnya sling bag dari tangan Suho dan menyerahkan remote AC pada pria itu. "Jangan sentuh barang-barangku lagi," tegasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
180 DAY'S || SURENE FAN-FICTION ||
FanficIni kisah Romeo yang tak menginginkan kehadiran Julietnya. Bukan cerita romantis seorang Pangeran yang jatuh cinta dengan Cinderella pada pandangan pertama. Hanyalah sepenggal kisah lika-liku perjalanan rumit Kim Suho dan Bae Irene dalam skenario...