13. Makan Malam

2.2K 258 11
                                    

Aku keluar dari kamar dengan keadaan rapi dan harum. Aku memutuskan untuk mandi lebih dahulu sebelum menghadapi orang-orang kaya di luar kamarku terutama Seun. Meski aku berharap tidak bertemu dengannya pagi ini hingga seterusnya.

Aku turun ke lantai bawah dan mendapati Christian sedang digendong oleh Atiq. Aku mendekat pada Christian, memegang kepalanya kemudian mencium wajahnya beberapa kali. Aku akan merindukan bayi mungil ini.

"Mbak, katanya Christian semalam sakit. Panasnya udah turun kata pak Seun," ujar Atiq sedikit panik. Aku tersenyum sebentar.

"Pagi sayang," sapa tante Aminar.

"Pagi tante," balasku dengan senyum.

"Tante gak ngerti sama Seun dan Liette. Semalam Christian dibawa ke rumah sakit padahal bisa tinggal telepon, nanti dokter Christian bakal dateng dengan sendirinya. Ini malah bawa Christian malam-malam pergi ke rumah sakit, pagi ini panasnya hilang tapi dia malah kena flu. Heran tante sama pasangan itu."

"Maaf tante, Raci minta maaf. Tadi malam ide ke rumah sakit dari Raci. Badan Christian panas banget, dia sesak napas, dan nangisnya kenceng banget. Karena ada ayahnya, Raci berani bawa Christian ke rumah sakit," cicitku sembari menunduk. Aku merasa bersalah.

Tante Aminar menatapku iba. "Ini semua bukan salah kamu tapi Seun. Dia gak bilang ke kamu kalo Christian ada dokter yang bisa dihubungi 24 jam," ujar tante Aminar. "Dia bohong sama tante, dia bilang pergi ke rumah sakit cuma sama Liette. Awalnya tante udah bisa nerima Liette, tapi kalo gini ceritanya tante malah kesal sama mereka," marah tante Aminar. Tubuhku berubah tegang.

Aku telah salah mengambil peran. Seun pasti berbohong soal kejadian tadi malam agar Liette bisa menarik perhatian tante Aminar. Dengan begitu Liette berkesempatan diterima dalam keluarga ini sebagai mommy Christian. Aku telah menghancurkan harapan itu hanya karena ingin menyelamatkan Seun dari amukan mamanya.

"Makasih ya sayang, kamu udah ngurusin Christian dengan baik. Tante gak tahu kalau Christian sampai sesak napas. Sekarang tante mau ke dokter sama Atiq. Nanti tante marahin Seun dan Liette, biar mereka telaten ngurus bayi," ujar tante Aminar dengan wajah penuh syukur.

Aku tidak bisa diam seperti ini, aku harus segera pergi dari rumah ini. Aku tidak ingin masuk dalam drama keluarga ini. Apa lagi kejadian selanjutnya adalah kemarahan tante Aminar pada Seun dan Liette. Aku tentu akan terkena getahnya. Seun pasti marah besar karena aku telah menghancurkan segalanya.

"Sama-sama tante. Sekalian Raci mau pamit pulang. Makasih atas segalanya tante, hari ini Raci keluar dari rumah ini. Saat tante balik, Raci mungkin udah gak ada di sini."

"Kamu gak bisa lebih lama lagi di sini biar bisa main sama Christian? Kelihatannya dia sayang sama kamu," ujar tante Aminar. Aku terdiam sesaat sembari memandang Christian.

"Gak tante, Christian gak boleh terlalu dekat sama Raci. Dia justru harus deket sama Liette."

"Itu alasan kamu pergi?"

"Bukan tante, pekerjaan Raci udah selesai. Selain itu, Tante tahu kan, sebenci apa Seun sama Raci, dia pasti lebih senang Liette dekat dengan keluarga ini tanpa ada Raci di sini," jelasku.

"Datang lagi ke sini kalau tante telepon ya. Kamu sangat tante butuhin di sini. Ini gak ada hubungannya sama Seun dan Liette."

"Siap tante, asal pas Raci dateng Seun gak ada."

"Bisa tante atur." Aku tersenyum lalu memeluk tante Aminar. Aku juga memeluk Atiq sekilas. Tidak lupa mencium Christian dengan gemas. Dia kelihatannya senang aku cium seperti itu sehingga aku mengulangi lagi tingkahku.

Bad PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang