46. Dua Pintu Terbuka

3.5K 400 31
                                    


Hariku mendadak menjadi suram. Keberhasilanku kabur dari Seun malah semakin menambah beban pikiran untukku. Aku akhirnya ditangkap oleh surat cerai yang dikirimkan Seun untukku. Letih terus berpikir, aku memutuskan untuk memulai hariku dengan sarapan di rumah paman Qadir.

Aku bersyukur tidak ada seorang pun yang memperlakukan diriku berbeda di dalam rumah ini. Bibi menerimaku dengan baik tanpa bertanya alasan aku mabuk semalam. Alih-alih diinterogasi, aku malah dilayani seperti anak sendiri. Sekali lagi aku tidak diijinkan membantu bibi mengerjakan apa pun.

Setelah selesai sarapan, aku memutuskan untuk mandi. Rencananya aku akan mengantar bibi mencari tanaman hias di pasar pinggiran kota. Selesai bersiap, aku melihat ponselku menampilkan notifikasi pesan dari Siti. Jantungku yang semula berdetak tenang, kini menunjukkan pemberontakannya. Aku sedikit panik.

Aku memberanikan diri menekan pesan dari Siti. Mataku tertuju pada sebuah gambar yang Siti kirim. Ada sebuah box cokelat berisi gaun berwarna peach. Aku ingat box itu pernah Seun berikan padaku. Aku yakin waktu itu Seun berkata bahwa box tersebut merupakan kado untuk Christian.

Selain box berisi gaun, Siti juga memotret sebuah surat berwarna pink. Aku memperbesar layarku untuk membaca isi surat tersebut. Di ujung atas surat tertera sebuah tanggal. Aku ingat tanggal itu adalah waktu di mana aku pergi meninggalkan Seun.

Dear, Christian's mom

Ambil kadonya Christian! Makan malam bareng gue di Dinaer Resto jam 19.00 WIB, pake gaun yang gue kasih.

Your Husband,
Seun

Aku terharu membaca panggilan Seun untukku. Selama ini dia selalu menentang menjulukiku sebagai ibu Christian. Namun kini entah apa yang merubahnya. Aku mempunyai sedikit firasat yang kutepis. Apakah Seun mulai membuka hatinya untukku? Mataku sempat berbinar sejenak sebelum aku teringat sesuatu.

"Email-nya," ujarku putus asa.

Mungkin awalnya Seun menganggap hubungan kami bisa berhasil, sebelum aku pergi meninggalkannya. Setelah aku meninggalkannya, mungkin Seun merasa ketiadaanku di rumah membuatnya merasa jauh lebih baik. Itu sebabnya Seun memutuskan untuk menceraikanku dengan mengirim surat cerai.

Rasanya sepadan bagiku. Tetap tinggal dengan Seun tanpa ada rasa cinta pun sama mengerikan dengan diberi harapan palsu. Ketika dia berlaku manis, aku terlena dan jatuh cinta. Saat aku terlalu cinta, perasaan Seun akan tetap sama padaku.

Mendapatkan kesimpulan itu, membuatku berani membuka email Seun. Aku sudah siap bila ujung dari masalah ini adalah perceraian. Aku menarik napas sekali lagi. Tanganku membuka aplikasi email di ponselku. 

Mataku terbelalak membaca isi email itu. Aku tidak percaya sehingga mencoba membaca sekali lagi pada bagian yang kurasa penting. Kalau ini memang surat perceraian, kupastikan ini adalah surat perceraian teraneh yang pernah kubaca.

"Diundang menghadiri pesta pengangkatan direktur utama," ujarku. Mataku mengecek alamat dan waktu pelaksanaan.

Acara ini akan diselenggarakan lusa. Aku diminta menghadiri acara sebagai istri sah Seun. Pengacara Seun memintaku untuk menjaga sopan santun di depan keluarga Seun selama acara itu berlangsung. Kami berdua harus tetap bertindak sebagai pasangan harmonis di depan keluarganya demi menjaga reputasi Seun sebagai direktur utama yang baru menjabat.

Kesepakatan pernikahan yang lain akan ditangguhkan hingga acara pengangkatan direktur ini selesai. Aku sudah tidak mempunyai daya untuk menerka-nerka lagi keinginan Seun lewat surat undangan ini. Aku meninggalkan semua beban pikiran dan lebih memilih pergi berbelanja bunga dengan bibi.

Bad PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang