30. Step Back

3K 349 30
                                    

Aku tidak menyesali apa pun yang kulihat. Hanya saja fakta bahwa dia mungkin kembali pada Liette setelah bercerai denganku, membuatku gemas sendiri.

Jika sedari awal Seun ingin bersama Liette, seharusnya dia melanjutkan pernikahannya dengan Liette. Mengapa dia repot-repot mengejarku dan memintaku menjadi istrinya. Dengan menikahi Liette, Seun juga lambat laun akan naik pangkat karena telah memenuhi keinginan orang tuanya.

Menikahi Liette mungkin akan membuat Seun jauh lebih bahagia. Selain itu, Christian mempunyai keluarga utuh dan senantiasa diperhatikan oleh ayah dan ibunya. Kalau aku lihat dengan saksama, wajah Christian mempunyai kemiripan dengan Liette. Mata dan bibir bayi mungil itu hampir menyerupai Liette.

"Cariin gue kerja," ujarku.

"Proyek dosen aja, dapet pengalaman," sambung Davin.

Aku tahu Davin sedang mengejekku karena aku pernah mempromosikan pekerjaan dalam sebuah proyek bersama dosen dengan gaji yang sedikit.

"Ambil pekerjaan dari Reven aja." Mataku berbinar-binar mendengar perkaatan Roully. Aku mengingat beberapa minggu lalu pernah ditawari pekerjaan oleh Reven, seniorku yang mendampingiku di perusahaan kemarin.

"Iya, gue telepon sekarang. Kali aja masih ada lowongan."

"Lo yakin? Gue gak mau ngambil kerjaan itu karena letaknya lumayan jauh dari kota," ujar Sterli.

"Ya kan lo punya Davin di sini. Gue udah gak ada siapa-siapa lagi di sini. Bentar lagi juga cerai," ujarku. Mereka semua menatapku dengan kasihan. Aku memang pantas dikasihani.

"Jangan tatap gue kayak gitu. Gue udah berusaha jadi istri yang baik selama nikah, setidaknya gue ngelakuin hal yang benar. Gue gak akan dapet karma atas pernikahan ini," ujarku.

Aku segera mencari nomor ponsel Reven. Aku keluar dari dalam ruangan agar lebih leluasa mengobrol dengan Reven. Panggilan teleponku di angkat pada dering ke tiga.

Awalnya aku berbasa-basi menanyai kabar, kemudian merambat ke lowongan pekerjaan. Aku rasa pekerjaan ini menjadi takdir sekaligus rejeki bagiku karena jalanku sangat dipermudah. Reven bilang akan menjelaskan padaku mengenai seluk-beluk pekerjaan ketika dia mampir ke kota ini.

***

Kehidupanku dan Seun kembali normal. Sebagai seorang istri, aku tetap patuh pada Seun. Ada beberapa kemajuan yang jelas kusadari setelah segala drama yang terjadi di antara kami.

Seun dan diriku menjadi jarang berbicara. Kami saling mendiamkan satu sama lain. Namun untuk urusan makan, main game dan nge-chill ditemani beer di secret room, atau hal kecil seperti berdebat soal Siti, masih tetap kami lakukan.

Seperti malam ini. Setelah berdebat soal pekerjaan tambahan untuk Siti--sehingga dia bisa mendapatkan bonus yang sudah kami janjikan sebelumnya, aku masuk ke dalam secret room.

Kami membiarkan Siti menjalankan tugasnya yakni membersihkan seluruh toilet di rumah ini. Siti dengan senang hati menerima pekerjaan itu karena baginya cukup mudah untuk membersihkan toilet yang memiliki ukuran kecil dibandingkan ruangan lain.

Selagi Siti berkutat dengan tugasnya, aku mencoba meracik berbagai minuman di dalam secret room dengan mengikuti buku resep yang kudapat ketika memborong berbagai jenis alkohol beberapa bulan lalu. Kesenanganku terganggu kala pintu secret room terbuka. Seun masuk dengan memegang ponsel di tangannya. Seun kaget melihatku.

"Toilet lo udah dibersihin, ngapain masih di sini?" tanya Seun sinis.

"Gue masih ngeracik minuman. Lo mau coba? Yang ini enak," ujarku sembari menunjuk gelas minuman berwarna lime.

Bad PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang