35. Please

4.5K 408 41
                                    

Aku tidak mengerutkan tubuhku lagi seperti yang terjadi tadi malam. Akibatnya tubuhku dan Seun saling merapat satu sama lain. Aku memilih mengesampingkan tubuhku menghadap padanya untuk memperkecil tubuhku yang cukup lebar. Seun melirikku sedikit sehingga mata kami saling menemukan satu sama lain.

Seun menaruh sebelah tangannya sebagai bantalan kepala. Aku yakin Seun tidak ingin langsung tidur malam ini. Pasti ada hal yang ingin Seun bahas denganku. Batinku sudah siap bila nanti Seun berbicara mengenai suatu hal di luar dugaanku.

Lama aku menunggu, Seun tidak berbicara apa-apa. Mataku mulai memberat karena kantuk dan rasa nyaman yang menghampiriku perlahan. Mataku tertutup sempurna.

"Kenapa lo gak marah saat denger masa lalu gue yang brengsek?" tanya Seun. Aku refleks membuka kembali mataku.

"Gak tahu," jawabku spontan.

"Gak cemburu?"

"Cemburu cuma buat orang yang cinta sama pasangannya."

Malam ini, aku adalah pembohong sejati. Tentu saja aku cemburu dengan kehadiran Liette yang awalnya kukira kembali menjalin hubungan dengan Seun. Aku takut akan dimanfaatkan lebih jauh apabila aku jujur mengenai perasaanku yang mulai mencintainya.

"Emang gak cinta?"

"Enggak tuh," jawabku.

"Waktu sama Julia gue ngerasa gak bahagia. Kita berdiri dibalik pekerjaan dan keluarga masing-masing. Sama-sama keras kepala dan gak mau ngalah. Gue awalnya gak niat selingkuh. Ketemu Caca, dikenalin sama temen. Gue sama Caca ngobrol, terus nyambung, hubungan pun berlanjut sampai dia hamil anak gue, Christian," jelas Seun panjang lebar.

Aku ikut sedih mendengar nada pilu yang keluar dari mulutnya. Tubuhku kaku, tidak ingin melakukan apa pun. Aku benci situasi di mana Seun terlihat tak berdaya ketika hanya berdua bersamaku.

"Itu masa lalu lo, gue gak perlu tahu."

"Masa lalu gue bawa luka ke pernikahan ini, Ci." Aku terkekeh pelan karena tidak ada yang pernah memanggil sepenggal nama belakangku seperti yang Seun lakukan.

"Siapa bilang? Buktinya gue biasa aja dengar masa lalu lo. Gue juga jadi tahu kalo lo gak pernah selingkuh sama Liette."

"Gue gak akan selingkuh sama siapa pun lagi."

"Selingkuh aja, mau nyari ibu baru buat Christian kan?" ujarku dengan nada sindiran. Aku benci untuk kembali menaruh harapan pada suatu hal yang tidak pasti.

"Setelah semua ini, lo masih mau kita pisah?" tanya Seun.

"Kalo kita bakal pisah, kenapa gak dari sekarang aja?" tanyaku dengan cukup gemas.

"Emang udah nyiapin rencana apa kalo gue setuju pisah?" Seun mengelus rambutku dengan tangan kiri yang semula menjadi bantalan kepalanya. Tubuhku mendadak menegang. Perasaan apa ini?

"Bentar, emang kita gak jadi pisah?"

"Jawab dulu yang tadi, Raci. Udah siapain apa kalo gue setuju kita pisah?"

"Banyak. Udah ada kerja di luar kota, dapet asrama, dapet jasa ketring makanan, dan udah deal masalah gaji juga."

"Udah sebanyak itu persiapannya?" tanya Seun memastikan.

"Iya," jawabku spontan.

Seun berhenti mengelus rambutku. Aku merasakan tubuh Seun berbalik menghadap wajahku. Tangan Seun terulur untuk menarikku dalam pelukannya. Aku ingin mengelak dan keluar dari kungkungan tangan Seun namun pelukan itu terlalu mendebarkan untuk diriku.

Bad PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang