33. Please

3.7K 366 35
                                    

Maaf banyak typo, ngeditnya cepet2 soalnya.

Aku masuk ke dalam kamarku tanpa kata. Aku menemukan Siti yang sedang menggendong Christian di dalam kamar. Aku membersihkan wajahku dari bekas air mata. Aku meminta Christian pada Siti lantas meminta wanita itu untuk pulang.

Siti mengangguk kemudian mulai membereskan botol susu dan pakaian Christian hingga rapi sebelum pulang. Aku memanfaatkan momen itu untuk bertanya lebih jauh mengenai keadaan rumah setelah aku pergi.

"Pagi itu pas Siti dateng, Pak Seun lagi siap-siap di lantai atas. Liette yang gantiin ibu masak di dapur," ujar Siti.

Aku tersenyum sinis. Keinginan Liette tercapai. Secepat itu Liette menggantikanku. "Itu emang yang jadi keinginan Liette," ujarku.

"Pak Seun kayak gak suka ada Liette di rumah. Pak Seun panik, nyariin ibu ke mana-mana gak ketemu. Akhirnya Siti bilang kalo ibu pergi dari rumah. Siti gak tega liatnya," jawab Siti.

"Apa reaksinya?" tanyaku sedikit penasaran.

"Dia kelihatan kesal gitu bu, terus marah-marah sama Liette. Mereka berdua sempat berantem, Siti gak denger jelas. Pokoknya ngebahas tentang Christian yang mau diambil sama mbak Liette, mereka juga nyebut cewek bernama Caca, saya gak ngerti."

Caca.

Aku ingat sekarang. Nama itu pernah diucapkan oleh Seun saat berbicara dengan Kak Adler. Caca adalah wanita yang membuat Seun susah untuk mencintai wanita lain. Seun kemungkinan masih mencintai Caca sehingga mengabaikan kehadiranku mau pun Liette.

"Ibu tahu siapa Caca?"

"Seun terlalu misteri, Siti. Aku gak tau siapa Caca sampai sekarang. Hubungan Liette sama Seun, sama Christian, sumpah gue bingung banget. Seun gak mau jujur ke gue, tapi dia maksa gue buat tetap tinggal di sini."

Aku bercerita pada Siti layaknya curhat pada sahabat dekat. Aku bahkan mengganti kata ganti namaku menjadi "gue" saking kesalnya diriku dengan kenyataan yang Seun sembunyikan.

"Ibu mau saya tanyain ke Atiq? Atiq udah lama kerja di rumah Pak Seun."

Aku juga mengenal Atiq. Dia adalah baby sitter Christian selama berada di rumah orang tua Seun. Aku cukup dekat dengan Atiq bahkan sampai menyimpan nomornya di ponselku. Namun, aku punya alasan kuat untuk tidak bertanya pada Atiq mengenai masa lalu Seun yang sebenarnya.

"Gak usah. Nanti ketahuan sama keluarga di sana, kalo di rumah ini ada masalah. Gini aja deh, menurut lo apa yang ngebuat Liette merasa berhak atas hidup Christian. Jujur aja sama gue," ujarku pada Siti. Aku juga ikut berpikir.

Aku sebenarnya memikirkan sebuah alasan yang berusaha kusangkal. Alasan itu akan terdengar sangat menyakitkan bila sampai Siti juga memikirkan hal yang sama sepertiku.

"Jangan-jangan Christian anaknya," ujar Siti terjeda sesaat.

Benar saja. Siti juga memikirkan alasan yang sama seperti kecurigaanku. Itu bertanda bukan hanya diriku yang berpikir buruk mengenai Seun dan Liette. Siti tidak berbicara lagi. Mungkin Siti berpikir dia terlalu lancang karena memikirkan kemungkinan itu. Wajah Siti menatapku dengan rasa bersalah.

"Christian anaknya Seun dan Liette maksud kamu?" tanyaku memastikan. Siti ragu untuk menganggukkan kepala sedangkan diriku tampak putus asa. Mengapa kemungkinan seperti ini baru terpikirkan oleh diriku?

Tiba-tiba pintu kamarku dibuka oleh seseorang. Seun berdiri di depan kamarku dengan sebuah koper di tangannya. Koper yang aku gunakan untuk menyimpan bajuku kala aku kabur subuh tadi.

Sekali lagi, aku merasakan ada yang aneh dengan Seun. Seun adalah pria yang suka dilayani. Lelaki itu tidak menyukai sebuah pekerjaan yang berat dan merepotkan. Dia mempunyai mental menjadi seorang bos sejak usia mudanya.

Bad PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang