26. Step Three

3K 312 14
                                    

Selepas acara lamaran Oni, kehidupanku kembali normal. Aku kembali menjadi istri seorang Seun dan ibu tiri dari Christian. Aku menjadi lebih patuh pada Seun meski kadang dia mengesalkan.

Acara lamaran Oni sedikit merubah pandanganku pada Seun. Suamiku itu banyak membela dan menyelematkanku pada situasi-situasi sulit. Situasi di mana aku harus berhadapan dengan keluarga besar Seun.

Ketika malamnya aku mengucapkan terimakasih padanya, dia hanya berkata bahwa saat kami bersama di rumah orang tuanya, aku adalah tanggung jawab dan harga dirinya.

Bila aku dijatuhkan orang lain, maka harga diri Seun juga ikut jatuh. Aku tidak menganggap serius ucapan itu. Namun aku bisa menempatkan diriku dengan baik, yakni sebagai istri yang berbakti.

Malam itu, selepas aku menidurkan Christian, aku mendapati pesan dari Mas Reven, salah satu seniorku. Dia mengajakku ikut dalam study exercise bersama mahasiswa almamaterku.

Mas Reven ingin aku menjadi pendamping sekaligus mengijinkanku belajar mengenai manufaktur pesawat. Hal yang selama ini aku inginkan.

Aku ingin segera mengiyakan ucapan mas Reven namun aku sadar diri. Aku mempunyai suami yang tentu akan marah besar bila aku mengambil keputusan tanpa persetujuannya.

Baiklah, aku terlalu mendramatisir keadaan. Seun mungkin tidak akan peduli pada kehadiran istrinya, tetapi aku harus tetap meminta persetujuannya.

Aku mulai menyiapkan rencana untuk menyenangkan hati Seun. Dengan dia menjadi senang mungkin aku akan diijinkannya untuk ikut dalam kegiatan SE.

Aku menyiapkan makan malam romantis dengan ditemani lilin dan bunga mawar di meja. Beberapa makanan aku pesan sedangkan sisanya kumasak sendiri. Hampir semua yang kupesan adalah makanan kesukaan Seun.

Aku dan Seun menikmati makan malam kami dengan tenang. Dia tidak berkomentar atas konsep makan malam romantis yang kubuat. Dia makan dengan tenang.

"Habis ini sibuk gak?" tanyaku.

"Lumayan," jawabnya.

"Setelah gak sibuk, main PS yuk," ajakku padanya.

"Hm," jawab Seun. Rencanaku berjalan dengan mulus. Aku mengangguk kemudian lanjut makan.

"Semua ini lo beli?" tanyanya.

"Oh tentu tidak. Cuma lauk kesukaan lo aja yang gue beli. Sisanya gue masak sendiri. Hemat dikit." Aku kembali menyuapkan sesendok nasi ke mulutku.

"Jadi kenapa ada semua ini?" Seun membersihkan mulutnya dengan selembar tissue yang sudah aku siapkan. Aku hanya tersenyum simpul.

"Nanti gue kasitau," lanjutku. Aku menyudahi acara makan malam pada hari ini.

"Lo duluan aja ke atas, gue beres-beres dulu ya."

"Katanya mau main PS?" tanyanya.

"Iya, tapikan harus diberesin dulu meja makannya. Udah sana-sana, naik ke atas duluan," pintaku. Seun malah membawa piring kotor yang aku kumpulkan menuju wastafel. Dia menyalakan keran kemudian aku melihat sebuah kejadian langkah, Seun mulai mencuci piring tersebut.

"Jangan dicuci, biar gue aja," pintaku.

"Lo lama," balasnya datar.

"Gak akan lama kok. Tinggalin aja biar gue yang cuci. Lo udah capek kerja di kantor, sekarang malah harus capek nyuci piring." Seun tidak mendengarkan kata-kataku. Dia tetap melanjutkan cuciannya. Sebegitu inginnya diri Seun untuk ditemani bermain PS sehingga piring pun dia cuci demi mempercepat pekerjaanku.

Dari samping aku melihat postur tubuhnya dan gaya dia mencuci piring. Dia terlihat begitu sexy dan menawan ketika melakukan sebuah pekerjaan dengan sungguh-sungguh.

Bad PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang