45. Satu Pintu Terbuka

4.4K 474 99
                                    

Sebelum kembali ke rumah, aku mengumpulkan anggota para keluarga yang mendukungku. Aku melihat wajah-wajah mereka sekali lagi. Ada paman Fredy, paman Ryan, Jojo, Rara dan Bobi. Mereka begitu sabar menunggu diriku berpikir. Sementara aku terus mencoret-coret kertas karena kesal.

"Ada saran gue harus gimana?"

"Hadapin aja," jawab paman Fredy enteng. Yang lain kebagian peran mengangguk.

"Gue gak bakal diusir kan? Dianterin paksa ke rumah Seun misalnya."

"Boleh itu, lumayan ketemu laki lo yang ganteng," sambung Jojo.

"Dih males banget." Aku mengedikan bahu.

"Ada kemungkinan gitu," balas paman Fredy.

"Tuhkan, apa gue bilang." Aku merajuk di hadapan mereka semua.

"Gue belain tenang aja." Paman Fredy berusaha menguatkanku.

"Emang laki lo ngeri banget ya, sampe harus kabur-kaburan segala?" tanya paman Ryan.

"Seun baik. Cuma aku mikir aja, kalo sama orang lain mungkin bakal lebih ngertiin dia. Aku kan gini amat ya jadi cewek, udah gitu status sosial juga beda berpengaruh sama gaya hidup," jelasku singkat. Mereka semua mencoba mengangguk.

"Kita belain lo tenang aja." Paman Ryan berdiri dari duduknya.

"Simulasi cara belain gue yuk! Coba, gimana caranya?" tantangku pada mereka berdua dengan harap-harap cemas.

"Simulasi gimana? Udah ayo gue anter, lo banyak omong." ujar paman Ryan.

***

Sesampainya di rumah, aku melihat ayah dan ibu sudah menungguku. Mereka duduk di sebuah sofa yang ada di ruang tamu. Aku tidak punya pilihan lain ketika ibu dengan tenang menyuruhku duduk. Aku pun memilih duduk di hadapannya.

"Apa yang buat kamu mau kerja?" tanya ayah.

"Kehidupan pernikahan Raci gak baik-baik aja, yah. Mungkin karena beda life style, Raci sering dibandingin-bandingin sama semua mantan Seun yang rata-rata kaya dan wanita karir."

"Jadi kamu kerja buat nunjukin ke suami kamu?" tanya ayah lagi.

"Iya, yah. Sama Raci kerja buat diri sendiri juga yang mungkin bakal pisah sama Seun. Raci gak kuat sama tekanan di lingkungan sekitar Seun. Beberapa hari kemarin ada cewek yang berhasil ngambil perhatian Seun dan Christian. Raci rasa cewek itu bisa lebih buat mereka bahagia dari Raci," ujarku jujur. Aku berusaha tidak menutupi apa pun.

"Jadi itu bukan perselingkuhan?"

"Raci gak tau itu perselingkuhan atau bukan. Yang Raci lihat mereka cocok banget. Makanya Raci milih pergi."

"Jadi dari awal kamu yakin buat cerai?" tanya ayah.

"Iya, yah. Raci udah siap. Sampe sekarang aja gak ada kabar apa-apa. Mungkin Seun dan cewek itu sibuk ngabisin waktu berdua, setelah itu baru ceraiin Raci."

"Jadi benar-benar karena ada cewek lain yang kamu rasa lebih unggul dari kamu ya?" tanya ayah dengan raut sedihnya.
"Kenapa lemah sekali jadi perempuan? Harusnya kamu lebih keras berjuang lagi untuk pernikahan kamu sedikit lagi."

"Percuma, yah, Seun juga cowok normal. Kalo ada cewek yang gak sesuai sama kriteria Seun, ya pasti bakal ditinggal juga. Raci udah beda banget jalan hidupnya sama Seun," sungutku.

"Dari awal, pernikahan kalian disetujui lagi karena Seun mohon-mohon sampe datang ke sini. Kenapa sekarang Seun berubah?" Ibu mulai mengikuti perdebatan antara aku dan ayah.

"Menjelang pernikahannya, Seun baru tahu, calon istrinya, Liette, ternyata adik kandung dari ibu Christian yang udah meninggal, namanya Caca. Seun batalin pernikahan mereka karena masih terbayang Caca, sedangkan Liette maksan pengen tetap nikah. Seun akhirnya nerima pernikahan bareng Raci supaya gak digangguin sama Liette," jelasku panjang lebar.

Bad PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang