50. Kembali

3.7K 384 44
                                    

Tiga puluh menit telah berlalu dengan begitu lambat. Aku makan namun sulit untuk menelan makananku. Sementara Seun terlihat santai duduk tepat di hadapanku. Laki-laki itu memperhatikan diriku yang bersusah payah menelan makanan.

Setelah selesai makan, aku bangkit dari dudukku. Aku berjalan menuju dapur untuk mengantarkan piring kotorku. Ketika hampir mencapai wastafel, aku mendengar teman Jedan sedang bergosip dengan Jojo sebagai narasumbernya.

"Suami lo ganteng banget. Kaya tapi sederhana," komentar salah satu teman Jedan yang terkenal ceplas-ceplos. Aku semakin mendekat untuk menaruh piring kotorku.

"Jo, gue mau ngobrol bentar," ujarku pada Jojo.

Aku dan Jojo berjalan menuju ruang tamu yang jauh dari kerumunan orang. Aku memastikan lagi bahwa tidak ada orang di sekitarku. Aku menatap Jojo dengan wajah memberengut.

"Gue udah buat pesta, buat rayain kepergian dia. Kenapa dia dateng lagi sih!" marahku pada Jojo.

"Cinta tuh jangan-jangan."

"Gak mungkin Jo, tadi dia biasa aja ngeliat gue sama Jedan. Gak ada cemburu sama sekali. Kalo cinta kan harusnya cemburu ya," sungutku.

"Bisa aja di depan lo dia keliatan biasa aja, tapi hatinya sebenarnya cemburu." Aku tidak sempat memikirkan kemungkinan itu. Aku merasa bukan wanita menarik yang bisa membuat Seun sampai cemburu.

"Lo udah tidur sama dia kali, enak mungkin permainan lo," ujar Jojo tidak disaring terlebih dahulu.

"Bodoh! Mana pernah sampe gituan. Paling cuma ciuman, itu pun gue berantakan banget, gak mungkin ada cowok yang suka," ujarku dengan wajah yang memanas karena malu.

"Ah jangan-jangan itu!" pekik Jojo.

"Kenapa?" tanyaku penasaran.

"Dia masih penasaran sama rasanya elo. Tidurin deh, tidurin. Dia bayar mas kawin lo mahal loh, masa cuma dapet ciuman. Kayak anak SMA aja."

Lampu di kepalaku tiba-tiba menyala. Aku yakin itu merupakan sebuah alasan yang cukup tepat mengapa Seun masih bertahan di sisiku tanpa rasa cinta. Tiba-tiba pikiranku menjadi kembali keruh.

"Gak ah! Gue gak berani."

"Lu mau bebas dari dia gak?"

"Mau. Tapi nanti gue gak perawan gimana?"

"Justru lebih aneh kalo status lo janda tapi masih perawan. Dikira orang lo gak menarik. Atau tubuh lo banyak bintitannya." Aku meringis kemudian mengangguk sejenak karena mengerti logika pemikiran Jojo.

"Gimana cara lakuinnya?" tanyaku.

"Cowok kayak gitu lo deketin aja, tempelin badan lo ke dia, pegang bagian lehernya kayak gini," Jojo memperagakan tangannya yang melengkung pada udara seolah-olah ada pasangannya di sana, "terus--"

"Raci, ayo pulang sekarang. Ibu udah nelpon." Aku dan Jojo sama-sama berjingkat kaget. Aku buru-buru bangun dari dudukku.

"Kalian ngapain?" tanya Seun sembari memicingkan matanya.

"Bu-bukan apa-apa," ujarku sambil menggigit bibirku takut ketahuan oleh Seun.

"Jo, kita balik dulu ya, bye," ujarku. Aku meraih tangan Seun dalam genggaman tanganku sembari membawanya pergi. Jojo menaikan kakinya ke atas sofa dan melambai santai kepadaku.

"Kalo kurang jago, gue kirim videonya ya," canda Jojo. Tanganku bertambah gemetar.

"Kalian berdua tadi ngapain?" tanya Seun sekali lagi ketika kami mencapai pintu yang menghubungkan rumah dan halaman samping.

Bad PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang