56. Giving Gifts (END)

3K 267 34
                                    

Baca part sebelumnya deh biar gak lupa. Soalnya nyambung.


Btw, happy reading:)

Hari yang kutunggu sejak seminggu lalu akhirnya tiba juga. Aku dan Seun akan mengajak Christian untuk pergi ke taman hiburan. Sebenarnya ini adalah janji Seun karena rumah yang akan kami tempati ternyata memiliki beberapa perubahan. Masih belum sempurna di mata Seun. Sehingga kami pun harus menunda kepindahan kami.

Tapi aku tidak masalah. Mau tinggal di mana pun asal bersama Seun, aku yakin akan betah. Semua perhatianku kini tertuju padanya. Aku selalu bersiap dengan apa pun yang dia inginkan. Tapi Seun tidak seperti dulu lagi. Dia berubah menjadi sedikit lebih baik. Dia banyak mendengarkan saranku juga.

Seun benar-benar menatapku saat sedang berbicara. Kadang perasaanku berbunga-bunga sendiri mengingat kejadian di mana aku ditatap dengan dalam oleh Seun ketika sedang menjelaskan sesuatu. Kadang aku mengira Seun tidak memahami satu pun perkataanku karena dia hanya fokus menatap wajahku.

Kini aku dijuluki Putri Mahkota dalam rumah mertuaku. Bagaimana tidak, Seun hanya ingin melakukan sesuatu dengan diriku. Aku diminta mempunyai waktu yang lebih untuknya ketika dia sedang berada di rumah. Aku dengan senang hati memberikan. Oleh karena itu, Seun tidak pernah segan lagi bila ingin bermanja-manjaku padaku di depan keluarganya.

Aku menghabiskan banyak sekali waktu untuk mempersiapkan keperluan kami sebelum berangkat ke taman hiburan. Tenaga Atiq sepertinya tidak dapat mempersiapkan keperluan Seun dan Christian dalam waktu singkat. Maka di situlah peranku. Untuk menyempurnakan semuanya, setidaknya menurut pendapatku. 

"Sunscreen, kita butuh sunscreen," ujarku sembari berlalu lalang mencari botol berwarna biru yang tidak ada di tempatnya. Saat ini Seun juga aku paksa untuk memakai sunscreen setiap hari. Tidak hanya mencuci wajah dan memakai lotion, sunscreen juga menjaga agar wajahnya tidak terbakar sinar matahari.

Sebelum aku cecoki dengan manfaat sunscreen, Seun sudah memiliki benda kecil itu di walk in closet miliknya. Hanya saja Seun sering melewati tahap memakai sunscreen apabila sudah terlanjut menyemprotkan parfum di tubuhnya. Bagi Seun parfum adalah tahap finishing dari segala bentuk persiapannya untuk bekerja.

"Nyari ini?" Seun mengangkat sebuah botol yang sejak tadi aku cari. Aku melebarkan mataku melihat harta berharga itu ada di tangannya.

"Iya, kita bawa aja buat jaga-jaga," ujarku mendekat padanya bermaksud mengambil botol sunscreen dari tangannya. Ketika aku mendekat, Seun malah mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Aku sedikit kebingungan dengan aksinya yang di luar prediksiku. Aku menghela napas menatap matanya.

"Kenapa?" tanyaku lembut.

"Ambil," ujarnya dengan wajah datar. Aku tidak bisa menebak apakah Seun sedang marah atau justru bercanda. Suamiku itu tidak pernah seusil ini selama kami menikah. Keusilan yang Seun lakukan pastilah karena dia melihat ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya, atau dengan kata lain aku telah melakukan sebuah kesalahan. 

Aku pun menuruti kemauannya. Sedikit melompat agar bisa meraih botol itu tanpa protes. Meski wajahku pasti terlihat sedikit bete namun aku tetap berusaha keras untuk mengambil sunscreen tadi.

"Kalau marah ya marah aja, mukanya gak usah bete gitu," tegurnya.

"Aku tahu pasti ada sesuatu makanya mas tiba-tiba usil gini," ujarku pura-pura merajuk dengan memanggil dirinya menggunakan embel-embel 'mas'.

"Kenapa? Gak suka?" Seun mengangkat sebelah alisnya. Aku berhenti sejenak untuk menatap wajah sinisnya. Kemudian saat Seun lengah aku kembali berjuang mengambil botol sunscreen tersebut.

Bad PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang