53. Bermekaran

3.9K 390 73
                                    

Aku dan Seun menyusuri jalanan yang ramai di kala jam istirahat kantor. Seun fokus menyetir sedangkan aku terdiam di kursiku. Segala bentuk adegan dramatis yang kami lakukan di rumah tadi mendadak terhenti. Seun melajukan mobilnya sekencang mungkin membelah jalanan.

"Pelan-pelan aja," ujarku lembut. Seun tetap bergeming tidak memperdulikan diriku.

"Ini aku udah bisa ngaturkan?" tanyaku penasaran. Seun masih tidak mengubris. Aku mengangguk mengerti sebelum kembali diam.

Lima menit berlalu, Seun baru mau berbicara padaku.
"Aku udah telat," ujar Seun. Aku melirik ponselku.

"Ini masih jam istirahat," balasku. Seun kembali diam seolah tak ingin membahas lebih lanjut setiap topik yang aku tanyakan.

"Mobil aku dipinjem sama Dinda."

Seun kembali mengalihkan pembicaraan. Aku mengangguk mengiyakan. Pantas saja Seun membawaku ikut ke kantornya. Rupanya karena masalah mobil.

"Yaudah gue drop lo di basement aja ya, nanti gue jemput balik," saranku.

"Kamu mau kemana?" tanya Seun.

"Rumah mama," jawabku mengutarakan keinginanku bertemu Christian.

"Jangan ke sana dulu, nanti mama salah paham." Seun tetap memandang ke jalanan dengan wajah seriusnya. Seun terlihat ingin cepat-cepat sampai ke kantor.

"Oke, aku bisa kontrakan Roully, tenang aja, biar gak ketahuan sama papa dan kak Adler," balasku. Seun tidak mendebat diriku.

Kesepakatan telah dibuat tanpa ada bantahan. Pekerjaan Seun terlihat lebih penting dari pada diriku saat ini. Aku turut menghargai hal tersebut karena selama aku pergi, hanya pekerjaan yang mampu membuat Seun melarikan pikirannya dari masalah dalam rumah tangga kami.

"Kamu diam di dalam ruangan aku aja," ujar Seun.

"Oke," jawabku sebelum mobil kami memasuki area parkir kantor Seun. Aku turun dari mobil diikuti oleh Seun yang berjalan di belakangku. Tiba-tiba aku teringat sesuatu sehingga perlahan bersembunyi di belakang Seun.

"Takut ketahuan papa dan kak Adler," ujarku saat Seun memberikan tatapan bingung pada tingkahku.

Kami berpapasan dengan seorang ibu muda dan Seun tersenyum sopan. Ibu itu ingin berbicara lebih jauh pada Seun namun suamiku tidak menghiraukannya. Seun memang sedang terburu-buru sekarang.

Akhirnya kami berdua tiba di ruangan Seun tanpa berpapasan dengan satu pun keluarga Seun. Aku cukup lega menyaksikan kenyataan tersebut.

Aku tidak tahu drama seperti apa yang sedang terjadi dalam keluarga Seun. Aku hanya perlu menunggu Seun melakukan sesuatu. Lagi pula ini adalah salahku kabur begitu saja dari hidup Seun.

***

Seun mengambil jas miliknya yang tersampir di atas kursi begitu kami memasuki ruangannya. Seun menatapku sejenak kemudian keluar dari ruang kerjanya dengan sedikit terburu-buru. Aku duduk bersandar di sofa empuk miliknya.

Seun membuatku bingung dengan semua ini. Apa betul dia mencintaiku seperti yang dikatakannya tadi? Bagaimana kalau sepanjang perjalanan kami menuju ke kantor, Seun malah menyadari perasaannya dan menyesal mengatakan cinta padaku. Aku menjadi serba salah sekarang.

Aku membuka ponselku untuk memainkan game wordle pada sebuah website. Beberapa menit berlalu, aku mendapatkan pesan dari Seun. Perasaanku semakin dilema.

Seun : Kmu boleh pergi ke kontrakan.

Aku berupaya mengetikkan isi hatiku yang mengatakan bahwa Seun tidak perlu cemas bila salah menangkap perasaanya padaku.

Bad PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang