19. Step One

3.2K 285 9
                                    

Keesokan harinya aku kembali ceria. Hari ini aku akan memberikan kejutan pada Seun. Setelah seluruh pekerjaan rumah selesai kukerjakan, aku menitipkan Christian pada Siti.

Pekerjaan pertama yang aku lakukan adalah memindahkan buku-buku di ruangan perpustakaan samping kamar Seun ke kamar tamu yang berada di lantai bawah. Aku meminta bantuan Pak Ibnu untuk mengerjakannya.

Aku menyulap perpustakaan itu menjadi sebuah ruangan santai yang di dalamnya terdapat rak buku estetik, bar mini, lemari es yang berisi berbagai macam minuman serta cemilan, dan televisi lengkap dengan stick PS.

Demi mencapai keinginanku itu, aku rela membeli beberapa perabotan rumah tangga. Aku juga mengganti dua lampu di ruangan tersebut agar terlihat redup dan nyaman.

Aku menyiapkan berbagai minuman beralkohol yang sering Seun nikmati di club malam. Harga minuman itu berkisar dari yang termurah hingga termahal.

Jika Seun ingin mabuk, ia tidak perlu ke club malam. Dia bisa mengajak teman-temannya untuk minum dan bermain PS di rumah ini.

Aku tahu dengan pasti bahwa itu adalah hal yang sering Seun lakukan bila menginap di rumah orang tuanya. Aku ingin membuat Seun nyaman tinggal di rumah ini meski ada aku dan Christian yang tinggal bersamanya.

Letak ruangan yang kudekor berada di lantai yang sama dengan kamarku dan Seun. Meski pun begitu, jarak antar ruangannya cukup jauh. Aku sudah mempertimbangkan letak ruangan ini dengan matang agar nantinya Christian tidak terganggu dengan apa pun ulah kami.

Ketika hari menjelang malam, aku telah selesai berbenah. Malam ini aku memesan makanan untuk aku, Seun, Siti dan pak Ibnu. Aku meminta kedua pekerja itu untuk membawa pulang makanan mereka sebagai bekal makan malam.

Aku menyemprotkan pengharum ruangan sebelum memutuskan keluar dari mini bar ciptaanku. Tepat di depan pintu masuk ruangan tersebut, aku menempelkan stiker heboh yang bertuliskan "suprise!". Di bawah tulisan tersebut aku menambahkan papan bertuliskan secret room.

Aku tinggal menunggu kepulangan Seun. Rencananya aku akan menutup mata Seun dengan kain hitam selagi aku membawanya menuju ke ruangan tersebut. Apa pun responnya saat melihat ruangan ini, aku harap pada akhirnya Seun bahagia.

Aku dilarang oleh Seun untuk bersantai di ruang tengah, oleh karena itu aku memutuskan untuk tidur-tiduran di lantai dapur. Aku membentangkan matras gunung agar badanku tidak bersentuhan langsung dengan lantai.

Meski pun tidak ada sekat antara ruang tengah, ruang makan dan dapur, tubuh kecilku tidak akan kelihatan oleh siapa pun yang duduk di ruang tengah. Aku memposisikan diriku untuk tidur diantara meja makan dan meja pantry sehingga tubuhku terhalang oleh meja makan. Tempat ini juga termasuk strategis bila tiba-tiba Christian bangun dari tidurnya dan menangis mencariku.

Aku mendengar deru mobil yang menandakan Seun telah pulang. Dengan semangat aku menggulung matras gunung kemudian berlari ke ruang tamu menghampiri Seun. Sialnya, mobil yang terparkir di luar halaman tidak hanya satu tetapi ada empat mobil.

Aku sudah terlanjur berdiri di depan pintu, tidak mungkin masuk kembali ke dalam rumah begitu saja.
"Halo papa, tumben balik cepet," sapaku. Aku refleks menerima tas Seun. Wajah Seun mengeras menatapku sedangkan teman-temannya yang lain tertawa mengejek Seun. Mungkin karena panggilan papa yang aku sematkan atau justru sindiranku yang mengatakan hari ini dia pulan cepat.

"Halo semuanya, selamat dateng di rumah kami. Kemarin kita sempet kenalan di club, gue Raci istri Seun, kalo pada lupa." Seun kembali menatapku tajam. Kami melangkah bersama menuju ruang tengah.

Seun mempersilahkan teman-temannya duduk sedangkan diriku berdiri di hadapan mereka. Aku menunggu giliran untuk berbicara.

"Pada mau minum apa?" tanyaku.

Bad PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang