3. Awal

4.6K 364 7
                                    

Maaf ya, aku kira udah update ternyata belum selesai prosesnya.

***

"Nginep di sini? Lo waras? Kita  baru ketemu beberapa jam yang lalu."

Seun membentuk tangannya menyerupai pistol lalu menembakkan ke kepalanya. Semakin memperjelas kelakuanku yang gila dan tak masuk akal. Aku juga merasa ingin menembak kepalaku sendiri. Aku masih duduk di atas tempat tidurnya dengan perasaan gugup. Saat ini aku mengenakan baju tidur berbahan lembut milik Oni.

"Lo tidur di tempat tidurnya Christian. Gue tidur di situ. Ini ranjang gue."

"I-iya," balasku lalu berdiri dari dudukku.

"Gara-gara lo temen-temen gue pada pulang."

Aku berpura-pura tidak mendengar keluhannya. Aku lebih suka mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru kamar yang terbilang sangat luas. Aku bertanya-tanya seperti apa bentuk kamar mandi milik Seun. Tadi aku memilih berganti baju di kamar Oni agar meminimalisir rasa maluku pada Seun.

"Gue boleh minta selimut gak? Dingin," tanyaku.

"Gak boleh."

Aku mengerucutkan bibirku. Pelit sekali lelaki ini. Hanya perkara selimut saja dia bisa sangat perhitungan.

"Gue mau bersih-bersih dulu di kamar mandi,"

"Kenapa harus nanya? Lo bersih pun gue gak akan khilaf."

"Bukan itu ya maksud gue. Emang lo gak bisa dibaikin!" marahku.

"Terus apa mau lo? Lo mau goda gue?  Main di kamar mandi? Gak akan." Seun berdecih lalu menarik selimutnya lebih tinggi. Seun kelihatan sangat nyaman berada di ranjang king sizenya.

Aku harus memaklumi bahwa Seun pernah membina rumah tangga bersama seorang wania. Urusan ranjang dan tempat untuk 'main' mungkin sangat mudah dia ucapkan atas dasar pengalamannya. Sungguh berbeda denganku yang sejatinya masih perawan ting-ting. Kalimat yang diucapkan Seun terdengar canggung bagiku.

Timbul sedikit ketakutan dalam diriku sehingga aku memeluk tubuhku sendiri dengan kedua tangan.
"Gue mau nanyain sikat gigi baru sama handuk. Gue harus bersih-bersih."

"Nyokap udah disiapin."

"Di kamar mandi?"

"Hm," balasnya singkat.

Aku membaringkan tubuhku di atas ranjang Christian yang cukup kecil. Perlu digaris bawahi, ranjang Christian tidak sekecil ranjang bayi pada umumnya. Ranjang milik Christian sepertinya dipesan khusus, karena aku jarang menemukan ranjang bayi yang modelnya seperti ini.

Kakiku menggantung di ujung ranjang karena tak muat bila sepenuhnya berada di atas ranjang. Panjang tempat tidur Christian mungkin setengah ranjang king size Seun. Kasurnya cukup empuk dengan tiang-tiang penyangga yang dicopot karena malam ini Christian tidak tidur di sini.

Tubuhku kedinginan, ditambah lagi suasana kamar yang remang, semakin menambah kesan menyeramkan untuk diriku. Aku merasa rumah ini terlalu besar untuk dihuni oleh keluarga Seun. Tiap ruangannya yang luas malah menambah kesan horor dalam diriku. Membuat aku sama sekali tidak bisa tertidur nyaman. Apalagi untuk sekadar pergi ke kamar mandi.

Sedangkan Seun? Aku yakin dia sudah tertidur pulas saat ini. Aku mengangkat kepalaku, berusaha menengok sedikit ke arah ranjangnya. Rupanya Seun sedang asyik memainkan ponselnya. Ternyata aku masih mempunyai teman untuk mengobrol. Lebih tepatnya teman berdebat.

"Nyokap lo, baik ya," ujarku.

"Lo belum digalakkin."

"Galak ya? Tapi di gue baik-baik aja."

Bad PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang